Keberadaan Lethia di Lapis Lazuli adalah tanggung jawab terbesar yang Zaniah miliki.
Zaniah memiliki masa lalu dengan Seginus, seperti banyak dayang lainnya. Selera Seginus tidak pandang bulu, dan Zaniah sendiri tahu keterlibatan itu bukan didasarkan perasaan. Namun masa lalu tetaplah masa lalu.
Dayang itu berkali-kali teringat bagaimana Lethia berdiri di depannya, melindunginya dari amarah Aran. Jika Lethia tidak ada di sana dan melindunginya, apa putra mahkota itu bisa membiarkan Zaniah begitu saja?
Sejak kejadian itu, sudah satu minggu Aran tidak berkunjung lagi. Walaupun tidak berkata apa-apa, Zaniah tahu itu menimbulkan pertanyaan bagi Lethia. Tapi putri itu tidak berkata apa-apa tentangnya. Sebaliknya, ia mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Sedikit di awal, bertambah ingin tahu di akhir.
Zaniah mulai belajar tentang putri itu. Lembut, seperti bagaimana ia dengan sopan meminta ketika ia butuh sesuatu dari para dayang. Polos, seperti bagaimana ia bertanya penuh ingin tahu tentang Gondvana. Sabar, seperti bagaimana ia menanti dalam diam ketika para dayang terlambat menyediakan santapan malamnya.
Tapi putri itu jarang tersenyum. Sesekali Zaniah memergokinya, namun hanya selintas, dan tidak lama. Maka ketika Lethia meminta untuk melihat sekitar luar istana, Zaniah menyetujuinya. Mereka bisa berjalan di atas benteng yang mengitari istana, dijaraki parit kecil — Lethia tetap berada di Lapis Lazuli. Zaniah tidak melanggar tugasnya.
Senyuman merekah di wajah Lethia ketika Zaniah menyetujuinya. Namun walaupun sebenarnya tidak melanggar peraturan mana pun, dayang lain mungkin tidak akan menyetujuinya. Lethia seharusnya terkurung.
Zaniah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk membalas budi Lethia. Ia berjalan menyusul sang putri, menyelempangkan mantel sutera tipis ke atas bahu Lethia. Jemari Lethia menyingkap helaian panjang rambutnya keluar dari balik mantel.
Langkahnya menjadi lebih pelan segera setelah mereka berada di luar. Setelah hujan tadi sore, angin yang menerpa terasa sejuk di wajah Zaniah. Ia melihat putrinya menatap atap kubah bangunan utama istana di samping mereka. Mungkin membandingkan perbedaannya dengan kastil miliknya dulu di Assori.
Dari tempat mereka berdiri, Zaniah bisa mendengar suara deburan ombak. Lethia mendekat ke arah sumber suara, tangannya beristirahat di tepian benteng yang tersusun dari bata merah. Ia menerawang jauh.
Kemudian putri itu berbalik dan tersenyum pada Zaniah.
"Terima kasih."
***
Napas Lethia memburu. Tidak ada prajurit yang memperhatikannya, ia tahu. Satu set prajurit diperintah untuk menjaga Lapis Lazuli, tapi tidak ada yang siaga sekarang. Matahari hampir terbit, Lethia bisa melihat sinarnya dari batas cakrawala di laut utara.
Ia telah mempertimbangkan ini sejak ia datang. Keputusan tergila, terberani yang pernah ia ambil dalam hidupnya. Tapi ia tidak bisa diam selamanya, bukan? Kini kesempatannya ada di depan matanya. Jika Zaniah tidak merasa berhutang budi padanya, ia pun takkan dibiarkan berjalan di dinding terluar ini tadi malam. Kini ia telah hapal setiap tangga dan pintu yang menuju ke sini.
Lethia melihat ke bawah. Ombak berdebur-debur, tebing itu cukup tinggi untuk menyebabkan pendaratan yang menyakitkan di laut. Tapi hanya ke sanalah Lethia bisa melarikan diri. Tiga sisi lainnya di kelilingi parit, dijaga oleh prajurit-prajurit. Jika ia ingin pergi dari Lapis Lazuli, ia harus melompat.
Ia merosot turun dan bersandar. Membenamkan wajahnya di dalam tangannya, ia ingin menggumamkan nama Balvier, mengumpulkan keberaniannya. Jika ia tidak pergi, maka ia takkan bertemu kakaknya lagi.
Tapi kemudian kata-kata Aran terngiang di benaknya. Untuk apa mencari Balvier kembali, jika ialah yang membuangnya?
Lethia menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh mempercayainya begitu saja, pangeran itu. Walaupun itu adalah satu-satunya pilihannya. Ia tetap akan percaya pada dirinya, pada Balvier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapis Lazuli (COMPLETE STORY)
FantasyCOMPLETE STORY Silakan menikmati cerita ini dari awal hingga tamat! Arleth Blancia, seorang putri dari Luraxia, hanya ingin hari-hari yang damai bersama kakaknya. Aldebaran, seorang putra mahkota dari Gondvana, ingin membuktikan dirinya layak dengan...