tiga belas

34 8 6
                                    

Seminggu terakhir bener-bener cuma pantengin twitter sama instagram. Nggak ngecek Be With You sama sekali, saking takutnya ketinggalan kabar tentang tujuh anak bujang.

Curhat kan :(

*****



Saat sudah mendekati jam pulang. Tiba-tiba Digta mengabarkan bahwa ia sudah menunggu di lobby. Dengan segera Assa membereskan barang bawaannya dan berjalan cepat menuju lift.

Semua rasa kesal pada Digta tiba-tiba meluap saat pintu lift terbuka dan melihat lelaki itu tengah berdiri tepat di depan lift, bersandar di tembok dengan tangan bersedekap.

Assa tersenyum, rasanya ia ingin sekali menubruk tubuh laki-laki itu dan memeluknya erat seperti yang biasa ia lakukan. Tetapi, mengingat saat ini ia sedang berada di kantor dan suasana kantor sangat ramai karena memang sudah jam pulang, Assa harus menahan diri dan hanya menggenggam erat tangan besar milik Digta yang akan membawanya ke parkiran.

"Kita ke rumahku, ya?" tanya Digta, sambil membuka pintu mobil untuk Assa.

"Mau ngapain?" Assa balik bertanya seraya menaiki mobil milik Digta.

"Aku laper, dari siang belom makan. Mau masakin?"

Assa menatap Digta dengan raut bingung, namun gadis itu tetap mengangguk setelahnya.

"Yes! Makasih." Digta tersenyum lebar, lalu mengecup pipi Assa sebelum kembali menutup pintu mobilnya.

Sesampainya di rumah Digta, Assa segera berjalan ke arah dapur tanpa canggung. Karena memang gadis itu sudah sering sekali masak di rumah Digta, saat kedua orang tua Digta kembali ke Yogyakarta.

"Di kulkas ada bahan - bahan buat sayur sop sama kangkung. Kamu mau apa?" tanya Assa dengan posisi membungkuk memperhatikan isi kulkas.

Digta yang sedang menggulung lengan kemejanya, hendak mencuci muka pun mendekat ke arah Assa. "Itu doang?"

Assa mengangguk dan menegakkan kembali tubuhnya untuk menghadap Digta.

"Kangkung deh, sama bikin telur dadar ya."

"Oke." Assa langsung mengeluarkan dua ikat kangkung dan tiga butir telur dari kulkas.

"Bian pergi?" tanya Assa sambil mencuci kangkung di kitchen sink.

"Di kamar sama Kia."

"Mending kamu bantuin potongin bawang nih, aku mau goreng telur."

Digta bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Assa tanpa banyak omong.

"Tipis-tipis kaya biasa?"

"Iya, Sayang."

Setengah jam berkutat di depan kompor, akhirnya masakan sederhana ala Assa sudah berjejer rapi di meja makan. Digta naik ke lantai atas untuk berganti pakaian sekaligus memanggil Bian dan Kia yang sedari-tadi di kamar.

"Kapan dateng, Mbak?" tanya Kia saat melihat Assa yang tengah menyiapkan piring untuk mereka berempat.

"Tadi pulang kerja langsung ke sini." Assa tersenyum saat menoleh ke arah Kia lalu melanjutkan aktifitasnya lagi.

"Aku bawa jatahnya Bian ke atas ya, Mbak. Anak itu lagi demam," ucap Kia sambil memperhatikan Assa yang sedang mengisi gelas dengan air putih.

"Pantes kalian di kamar aja. Ya udah, bawa sana atau mau dibawain sama Digta aja?"

Kia menggeleng. "Nggak usah, Mbak. Aku bisa sendiri, nanti biar sepiring berdua aja sama Bian."

"Oke, bentar ya." Assa segera mengambil sepiring nasi dan menaruh lauk-pauk di piring yang berbeda, sedangkan Kia mengambil nampan yang berada di kabinet dapur.

"Segini cukup?" Assa memperlihatkan piring-piring yang sudah terisi nasi, kangkung dan telur dadar ke Kia.

"Udah, Mbak. Makasih ya." Kia segera kembali menuju kamar Bian, meninggalkan Assa sendiri di meja makan.

Tak lama Digta turun dengan bertelanjang dada.

"Loh, kok sendiri?" tanya Digta saat mendapati Assa sedang duduk sendiri di meja makan.

"Makan di kamar aja katanya."

"Kita makan di kamar juga nggak?" tanya Digta dengan nada menggoda.

Assa mengepalkan tangannya ke arah Digta, membuat lelaki itu tertawa geli.

"Bajunya pake, sih. Mau pamer sama Kia?"

"Gerah, Beb."

"DIGTA!"

Digta tertawa kencang sambil memakai kaosnya. Melihat Assa sampai berteriak sesewot itu tapi cukup menggemaskan di mata Digta. Assa akan terus berteriak marah kalau Digta sampai memanggil Assa dengan sebutan 'Beb'.

Setelah makan Digta segera mencuci peralatan makan yang mereka berdua pakai. Assa sudah duduk anteng di sofa depan TV dengan camilan keripik kentang yang berada di pangkuan.

Digta segera mendekat dan duduk di samping Assa yang hanya melirik lelaki itu sekilas sebelum matanya kembali fokus pada layar TV.

"Nginep?" tanya Digta sambil mencomot keripik kentang yang ada di pangkuan Assa.

Assa melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh lalu mengangguk karena memang sudah cukup malam untuk kembali ke kostan yang sudah pasti digembok.

"Yes!" Digta berteriak heboh membuat Assa menatapnya dengan dahi berkerut.

"Enggak aneh-aneh ya, awas aja!"

Digta mengangguk lalu merangkul bahu Assa untuk merapat ke tubuhnya dan mencium pipi Assa berkali-kali.

-

Aksa dan Bambam tengah menunggu tukang nasi goreng yang memang biasa lewat saat malam. Sebenarnya, bukan itu tujuan Aksa. Ia menunggu Assa yang sudah selarut ini namun belum juga muncul batang hidungnya.

Bambam yang memang kadar kepekaannya kadang suka di atas wajar hanya tersenyum-senyum sendiri, tiap ia melihat Aksa menatap gerbang dengan pandangan kosong.

"Gerbangnya nggak bakal ilang kali, Bang," ucap Bambam cuek sambil memainkan ponselnya.

Aksa tersenyum lalu menggaruk belakang telinganya yang tak gatal.

"Nungguin Mbak Assa?"

Aksa mengangguk. "Dia belom pulang kerja, kan?"

"Paling nginep di rumah Bang Digta."

Aksa cukup terkejut dan melihat Bambam dengan dahi berkerut. Banyak pertanyaan yang ada di kepala Aksa, tetapi laki-laki itu menahan diri untuk tak menyuarakan pertanyaannya. Sadar bahwa itu sudah bukan urusannya.

140121

140121

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang