Garis Awal

11 0 0
                                    

Jam menunjukan pukul 05.45 Arima pun sedang bersiap untuk memasuki sekolah barunya. dengan setelan lengkap putih abu-abu khas SMA yang ia kenakan serta dengan sepatu convers andalan nya. Dengan harapan bahwa sekolah yang dipilihkan ibunya tersebut memiliki orang-orang yang bisa menerimanya seperti saat di SMP-nya dahulu.

 Arima tidak seberuntung lelaki lain yang mempunyai wajah tampan, kulit putih dan tinggi, ia hanya berkulit sawo matang, rambut yang sedikit ikal, tinggi 168 cm, wajah yang dikategorikan menengah kebawah serta tubuh yang berisi (bahkan jika wanita pertama kali melihat nya akan mengatakan “bukan tipe gw banget” “kurang menarik banget” ada juga yang mengatakan “jelek banget si”). Mau bagaimana lagi Arima hanya anak sekolah biasa.

Arima-pun izin kepada orang tua nya dan meminta doa agar diberikan kelancaran selama ia sekolah nanti. ia berangkat di antarkan Safa, Safa adalah satu satunya kakak perempuannya dan memiliki wajah yang berkebalikan dengan Arima. mereka pergi menggunakan motor matic kesayangan Arima serta satu-satunya dirumah. Dengan perlahan mereka pergi meninggalkan rumah, Arima tampak gelisah saat mau menaiki motor, dengan pemikiran yang selalu memutar di benaknya, karna ia harus bertemu dengan orang-orang baru (seperti apa mereka, bagaimana penilaian mereka, berkelan, memulai topik pembicaraan, suasana baru disekolahnya nanti, apakah akan indah seperti di cerita kebanyakan orang dan masih banyak lagi) Seperti itulah Arima selalu selalu overthinking

Dan ada suatu perasaan mengganjal dihatinya karena sekolah yang dipilihkan orang tuanya berada tepat dibelakang sekolah yang ia pilih, mau tidak mau Arima harus melewati sekolah pilihannya.

Sesaat melewati SMA 83 yang dipadati oleh peserta didik baru.  “Seharusnya gw sama kaya mereka melewati gerbang itu, menuju lapangan dengan kebingungan mencari barisan.”  berbisik kecil arima sambil menghela napas panjang.

*****

Sesampainya di sekolah Arima berpamitan kepada Safa. “Yang bener lu sekolah.” Safa mengacak-acak rambut Arima yang sudah ditata rapih.

“Bawel!,” dengan tersenyum dan nada sedikit naik Arima perlahan meninggalkan kakanya tersebut sambil menata kembali rambutnya. Setelah berada di depan pintu gerbang, Arima berhenti sejenak dan mengucapkan “Semoga baik untuk kedepannya,” itu adalah langkah pertamanya menjalani kehidupan SMA serta sebagai murid disekolah tersebut.

”Apakah kalian mengetahui tentang masa depan? Kalian merencanakan atau berencana? Atau mungkin kalian hanya mengandalkan firasat, kata hati atau mungkin dugaan?”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dua SisiWhere stories live. Discover now