Chapter 18: Reopen the Past

875 159 6
                                    

Haruto dan Jeongwoo hanya terdiam mendengar ucapan Jihoon.

"Kenapa diam saja? Kalian ke kamarku dan kita bicarakan ini semua," ucap Jihoon dimana Haruto langsung bangkit berdiri.

"Jihoon hyung, Mashiho hyung, maafkan aku─ tapi bisakah kalian meninggalkan kami sekarang? Aku maasih harus bicara berdua dengan Jeongwoo," ucap Haruto sambil menatap dalam Jeongwoo.

"Apa yang mau kamu bicarakan lagi? Apa kamu tidak lihat pipimu yang lebam? Masih belum puas kalian baku─" omel Mashiho yang dihentikan secara paksa oleh Jihoon dengan membekap mulutnya.

"Apa benar kalian bisa menyelesaikan permasalahan sendiri?" ucap JIhoon dimana Haruto menganggukkan kepalanya mantap. Jeongwoo tidak memberi respon maupun mengatakan apapun.

"Baiklah. Jangan kecewakan aku, Haruto," ucap JIhoon yang kemudian menyeret Mashiho keluar. Membiarkan Haruto dan Jeongwoo kembali berdua.

"Haru, kutekankan sekali lagi. Jika kamu tidak tahu apa yang terjadi, jangan sok─" ucap Jeongwoo yang terhenti akibat Haruto yang melanyangkan tinju tepat ke pipi Jeongwoo.

"Sekarang kita impas," ucap Haruto pada Jeongwoo yang terduduk sambil menatapnya dengan tajam.

"Aku tidak tahu apa kaitanmu dengan pembunuh itu sehingga kamu biarkan dirimu menderita akibat omong kosong yang dia lontarkan. Psikopat─ tidak akan pernah bisa dipercaya, Wo. Sadarlah," ucap Haruto dengan penuh amarah. Haruto sama sekali tidak habis pikir bagaimana bisa seorang Park Jeongwoo, menghukum dirinya selama bertahun-tahun, hanya karena pembicaraan seorang manusia keji yang dengan tega menghabisi nyawa sahabat Jeongwoo.

Jeongwoo pun terdiam sambil menundukkan kepalanya.

"Wo, kamu tidak membalas ucapanku?" ucap Haruto dimana Jeongwoo tidak merespon sama sekali.

Haruto lantas mendekati Jeongwoo dan mengguncang tubuhnya. "Park Jeongwoo─ jawab aku."

Bukannya menjawab pertanyaan Haruto, Jeongwoo malah tiba-tiba tersungkur pingsan yang menyebabkan pemuda Jepang dihadapannya panik setengah mati.

Disaat Haruto memberitahu dengan panik kepada member lain terkait keadaan Jeongwoo sekarang, pemuda Ikhsan tersebut malah terbawa ke masa lalunya yang kelam.



Ruangan kosong dengan udara pengap. Tiga pemuda yang terikat tangan dan kakinya dengan sempurna. Salah satu pemuda yang memiliki kepribadian paling lembut, menangis tanpa henti dimana pemuda yang paling kekar mencoba menenangkan dengan kata-kata bijak yang terlintas di pikirannya. Jeongwoo, salah satu pemuda yang terikat itu, berpikir keras bagaimana cara mereka untuk kabur dari tempat tersebut.

"Jeongwooꟷ Baekhoꟷ apa kita akan berakhir disini?" ucap Daehwi, pemuda yang menangis tanpa henti tersebut.

"Tidak, Hwi. Aku yakin kita semua pasti akan keluar bersama-sama dengan selamat dari sini," ucap Jeongwoo.

Entah apakah Tuhan menyayangi mereka dan memberi petunjuk, tanpa disangka Jeongwoo menangkap sebuah benda tajam yang menancap di pinggir kursi. Dngan memberi isyarat Baekho untuk tetap diam, Jeongwoo menggeser kursi yang didukuinya dan menggeser sehingga tali yang mengikat tangnnya di belakang berhasil mencapai benda tersebut. Meskipun tangan Jeongwoo sedikit terkena benda tersebut beberapa kali, dengan penuh ketelatenan Jeongwoo berhasil melepaskan tangannya. Ia serta-merta menarik benda tajam tersebut dan membebaskan kawan-kawannya.

Jeongwoo, Jeongwoo and JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang