Whalien 52

62 14 5
                                    

Aera yang sedari kecil belum pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, tentu merasa sangat bahagia ketika mendengar ibunya akan menikah. Tidak seperti kebanyakan anak yang merasa keberatan menerima kehadiran orang baru, Aera malah sangat mendukung ibunya untuk mensegerakan pernikahannya.

Apalagi, ketika ia mengetahui jika calon ayahnya memiliki anak, tentunya ia tidak akan merasakan kesepian lagi di rumahnya. Ia bisa membayangkan, bagaimana seru nya memiliki kakak lelaki yang perhatian kepada adik perempuannya seperti yang sering di ceritakan oleh teman-temannya. Dan bagaimana asyik nya bisa bercerita sepuas hati kepada saudara perempuannya. Membayangkannya saja, sudah membuat Aera bahagia.

"Ibu, aku benar-benar tidak sabar, ingin berjumpa dengan saudara-saudara baruku" Aera berucap dengan begitu semangat, ia bahkan tak henti-hentinya memegang tangan ibu nya, saking bahagianya.

Ibunya yang melihat sang anak begitu bahagia, otomatis ikut tersenyum "Bentar lagi kita akan sampai" Aera menganggukkan kepalanya mendengar jawaban ibunya. Terus terang saja, jantung Aera berdetak begitu kencang. Sampai akhirnya, mobil yang di tumpanginya berbelok masuk ke dalam sebuah rumah besar.

Jantung Aera berdetak semakin tidak karuan, senyum tak pernah lepas di wajahnya yang cantik. "Siap Aera?" tanya ibunya begitu mobil sudah sepenuhnya berhenti. Aera menganggukkan kepalanya, kemudian turun mengikuti ibunya.

Begitu Aera dan ibunya menginjakkan kaki di rumah megah ayah barunya, Aera tidak bisa menyembunyikan wajah bahagia nya. Apalagi ketika ia melihat saudara angkatnya yang ikut serta menyambut kehadirannya.

"Selamat datang di rumah kitaa" sambut ayahnya memberikan senyuman hangatnya, ia kemudian memeluk ibu nya Aera--yang sudah resmi menjadi istrinya.

Aera menganga tidak percaya melihat rumah yang akan di tempatinya, ia melihat lampu besar yang menggantung di tengah ruangan, juga sofa yang kelihatan sangat empuk, seperti nya sofa itu bahkan lebih empuk di bandingkan dengan kasur yang dia miliki sebelum nya.

Dan jangan lupakan guci-guci dan juga tanaman yang di simpan di sudut ruangan, yang memberikan kesan mewah dan asri bagi yang melihatnya. Jika di bandingkan, ruang tamu ini saja luasnya bisa seperti rumah Aera sebelumnya.

Setelah puas mengamati rumah barunya, Aera kemudian mengalihkan tatapannya menghadap wajah orang-orang yang akan menjadi keluarga barunya. Ia tersenyum ketika matanya bertatapan dengan saudara perempuannya yang hanya membalasnya dengan wajah yang datar.

Aera memaklumi jika saudaranya itu tidak membalas senyumannya, maka ia mengalihkan kembali pandangannya kepada ayahnya.

"Kenalkan, ini anak saya yang kedua, namanya Min Naeri. Umur kalian tidak terpaut jauh, saya harap kalian bisa cepat akrab ya" Aera menganggukkan kepalanya sambil tetap tersenyum, ia kemudian menjulurkan tangannya--bermaksud untuk bersalaman.

Naeri hanya melihat saja ke arah tangannya, ia sama sekali tidak membalasnya, sampai ayahnya berujar, baru Naeri menggerakan tangannya membalas uluran tangan Aera.

"Oh iya, Naeri memiliki kakak laki-laki, namanya Min Yoongi, maaf dia tidak bisa hadir disini, karena sedang berkuliah"

"Tidak apa-apa, nanti kita bisa bertemu dengannya" ujar ibunya sambil tersenyum ke arah suaminya.

"Oh iya, kamar Aera di atas ya, bersebelahan dengan kamar Naeri" Kemudian ayahnya mengalihkan tatapannya "Naeri coba antar Aera untuk ke kamarnya"

"Hmmm" dengan malas, Naeri memimpin jalan menuju ke lantai atas, tanpa repot-repot menunggu Aera yang tertinggal di belakangnya.

"Maaf ya, kalau sikap Naera seperti itu" ujarnya sedih ketika melihat kedua anaknya sudah menjauh. Ia cukup kecewa dengan tingkah kekanakan anak bungsu nya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It Is My Fault?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang