Mas dan Adek

177 39 0
                                    

Hari Pertama. Kalimat tersebut tertulis, dengan bolpoin bertinta pink pastel pada sticky note kuning.

Pada dasarnya mungkin sepele, hanya sebuah kertas tempel yang ya tidak ada gunanya. Namun kata Hari Pertama merujuk kepada hari dimana Erina berkencan dengan sang 'Kekasih'

Kaos pink pastel dengan di balut blazer putih gading yang di ikat lucu, dipadukan dengan bawahan rok tutu putih dan sepatu sneaker putih dengan coretan abstrak yang ia buat sendiri

Cantik dan imut menjadi satu. Turun kebawah dengan riang, mengayunkan tas selempang unyu miliknya dengan girang. Rambut yang sengaja ia gerai dengan dua kepangan kecil yang ia satukan ditengah-tengah dengan karet merah muda. Benar-benar cantik

"Papa"

Ketiga laki-laki berbeda umur menoleh, menatap sosok menggemaskan berdiri tepat di arah menuju tangga

"Sudah siap? Cantiknya anak Papa, kemari sayang" Sang Ayah menepuk samping tempat duduknya

"Tumben dandan lo? Biasa cuma kaus kutangan" Sahut Laki-laki berusia 23 tahun
"Kaus kutang gimana? Itu namanya tank top, kalau tolol jangan kebangetan deh" Sahut si cantik dengan sewot
"Erina, bahasanya di perhalus"

Sontak laki-laki yang memancing perkataan Erina tertawa

"Mampus, cewek bahasanya begajulan banget. Heran gue" Sahutnya
"Lo yang ngajarin bang" Sinis Erina
"Kagak, dih fitnah terus lo Kipli"
"BANG HOZIE IH NYEBELIN" Pekikan terdengar, tanda bahwa Erina tengah sebal dengan orang di depannya

"Udah-udah, ribut terus. Chan, coba hubungi Vino sudah sampai mana dia?" Papa Bima melerai pertikaian antara kedua anaknya, berusaha mencari topik pembicaraan lain
"Udah kok Pa, sepertinya sebentar lagi sampai" Sahut Bang Chan

Mereka bersantai sembari menunggu sang calon kekasih si cantik, sesekali Hozie menggoda Erina. Contohnya seperti

"Heh lo yakin sama Bang Vino? Lo tau gak dia kudis-an" Ucapnya sembari mencolek bahu sang adik
"Dih ngintip ya lo? Pantes minggu lalu bintitan" Tawa Erina terdengar setelahnya

Ketukan pintu terdengar

Tok
Tok
Tok

Erina bergegas membukakan pintu sebelum sang Ayah menyuruhnya. Ketiganya menatap Erina dan menggeleng kompak

"Gila tuh anak, semangat betul" Celetuk Hozie
"Adek kamu itu, dibilang gila. Kamu berarti juga dong" Sang kakak menimpali
"Dih Abang juga dong, kan Abang gue" Tawa Hozie terdengar, hingga suara tumpukan terdengar di depan rumah mereka. Ketiganya bergegas menuju tempat dimana Erina menyambut tamu

"Tolol, lo tolol banget sumpah" Suara si cantik terdengar
"TOLOL LO. NGASIH UNDANGAN KAWINAN, KENAPA LO? HAMIDUN? SIAPA LAKI NYA? SEMBARANGAN BUNTINGIN ORANG, ADUH YUN LO GIMANA SIH?!" Teriakan terdengar, nyatanya Erina terkejut dengan Yuna yang tiba-tiba datang memberikan sebuah undangan berbentuk amplop berpita biru tua

"KAGAK HAMIDUN GUE NYET, ENAK AJA GUE JUGA MASIH PERAWAN TOLOL. GUE TUNANGAN DARI SEMESTER PERTAMA KALI RIN, CUMA BARU BERANI NGOMONG SEKARANG" Toa Yuna terdengar, membuat Nyai Sina keluar

"BERISIK WOY, LAGI NGADON ROTI NEK BANTAT PERSIS SAMPEAN PRIPUN IKI? SAMPEAN GELEM GANTI?" Teriakan Nyai Sina terdengar, membuat Papa Bima menggiring mereka masuk kedalam dan membalas teriakan Nyai yang nyaring (Berisik woy, lagi ngadon roti kalau tidak mengembang seperti kamu gimana ini? Kamu mau ganti?)

"Nyuwun sewu Nyai. Ampun mboten rame-rame, monggo dilanjutaken ngadon" Papa Bima tersenyum cerah, sang Nyai mengangguk dan memasuki rumahnya (Maaf nyai. Tidak rame-rame, silahkan dilanjutkan ngadon*)

Erina & Om Vino│TaerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang