Sembilan: Bersatu

32 3 0
                                    

Dalam sekali pandang semua orang di sana tahu bahwa Balvier adalah seorang Desmares. Rambutnya yang pirang, matanya yang biru, dan pasukan perak yang berjalan tegap di belakangnya. Balvier yang tidak sabaran tetap menarik perhatian, bahkan di jalan teramai di Algorab itu. Kanan kirinya dipenuhi losmen dan penginapan, kupu-kupu malam berkeliaran dengan beragam dandanan.

Lethia selalu menyukai segala yang berpendar dalam gelap, tapi tidak dengan Balvier. Ia tidak pernah membenci bintang atau bulan di langit, atau cahaya obor di waktu malam hari. Tapi semua lampu minyak dan cahaya berwarna-warni di jalan itu membuatnya muak.

Perjalanan ke Algorab sangat lancar, mereka sampai di sana dalam waktu tersingkat. Walaupun para tetua dan jenderal masih menolak akan ide mencari Seginus Celbalrai, tapi Balvier tidak bisa menunggu lagi.

Mereka bilang Sadakhbia ada di ujung jalan, dan Balvier tidak perlu meragukannya. Dari tempat ia berdiri, ia sudah bisa melihat bangunan itu menjulang di antara penginapan lain. Dibatasi sebuah parit dengan air jernih yang mengalir, sebuah jembatan melengkung menyambungkan jalan ke sana.

Sadakhbia adalah sebuah penginapan raksasa dengan pintu-pintu bertirai, balkon-balkon kayu keemasan, dan atap kubah raksasa penuh dengan ukiran. Parit di hadapan Balvier ternyata tampaknya mengelilingi penginapan itu, menyambungkan Sadakhbia dengan berbagai bagian Algorab. Ada beberapa bangunan dalam penginapan itu, masing-masing disambungkan dengan jembatan antar balkon. Di bawahnya adalah taman dengan berbagai macam bunga yang belum pernah Balvier lihat sebelumnya — ditanam khusus untuk menyesuaikan dengan iklim Algorab.

Walaupun memiliki semua ciri-ciri bangunan di Gondvana, tapi Sadakhbia jelas adalah khas Algorab. Menarik perhatian dan terbuka. Ketika Balvier berdiri di atas jembatan, ia bisa mendengar semua suara tawa dan cangkir beradu dari pintu-pintu yang menghadap ke balkon. Tapi ia juga tidak bisa mengabaikan suara derap kuda yang terdengar dari sisi lainnya. Satu pasukan yang mengawal seorang bangsawan baru saja datang.

Sadakhbia lebih dari sekadar penginapan. Yang ada di hadapan Balvier adalah tempat bertemu bangsawan dan petinggi dari kedua kerajaan. Tempat di mana segalanya yang dilarang menjadi mungkin, di mana semua rahasia ditimbun. Yang ada di hadapan Balvier adalah sebuah istana.

Claudes dan pasukan kecilnya sudah menunggu Balvier di depan gerbang raksasa Sadakhbia. Ia dan prajuritnya segera berlutut pada satu kaki mereka ketika melihat Balvier.

"Salam untuk Pangeran Balvier. Seginus Celbalrai telah menunggu," kata Claudes tetap menunduk. "Dua orang ajudan akan membawa kita ke hadapan dirinya."

Lalu ia bangkit. Balvier memberi sebuah anggukan setuju, dan mulai berjalan. Daripada menggunakan gerbang utama Sadakhbia, dua orang algojo suruhan Seginus menggiring mereka ke arah yang lain. Memutar di bawah jembatan-jembatan balkon, di sisi-sisi kolam dan taman hiasan. Mereka membimbing Balvier ke bangunan terujung dari rumpun bangunan Sadakhbia. Ukurannya lebih kecil, tapi jumlah algojo yang menjaganya jauh lebih banyak.

Balvier hampir melangkah masuk ketika gerbang dibukakan untuknya. Namun algojo itu merentangkan tangannya, melarang pangeran itu masuk. Jemarinya yang lain menunjuk ke arah pedang Balvier.

Dengan sebuah helaan napas panjang, Balvier menariknya dan memberikannya pada sang algojo. Prajurit-prajurit yang dibawanya pun dilarang untuk ikut serta masuk.

"Setidaknya Claudes ikut denganku," kata Balvier mengedikkan kepalanya ke arah jenderalnya.

Algojo itu menatap Claudes sesaat, sebelum jenderal itu menarik pedangnya dan memberikannya pada sang algojo. Melewati penjagaan, Claudes mengikuti langkah pangerannya dari belakang. Melewati koridor-koridor sepi di bangunan itu, mereka berdua hanya terdiam ketika dibimbing untuk naik ke lantai atas.

Lapis Lazuli (COMPLETE STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang