A

18 2 0
                                    

"Jimin!"

Si Lelaki berambut merah menoleh.

Alih-alih sang pemanggil melanjutkan kalimatnya, wajah manis Jimin dihadiahi oleh cipratan air.

"Akkhh!"

"Hahahaha, lihatlah dia! Begitu cocok dibasahi oleh air." tawa mereka.

Jimin mengeluh, matanya perih akibat air teh yang memasuki mata miliknya.

"A-apa salahku..."

"Salahmu? Kau hidup! Itu salah besar, hahahaha" teman-temannya tertawa.
Setelah Jimin ditinggal sendirian, Jimin menggeram pelan. Ia bersumpah, ia akan membalas perlakuan mereka semua.

"Aku janji, nanti kalian kubalas..." lirih Jimin.

---

"Phew... Sudah pagi saja?" lirihnya.

Jam 05.00. Jimin terbangun karena mimpi buruknya itu.

"Lebih baik aku segera mandi."

Beberapa menit kemudian, ia menyelesaikan mandinya. Ia memakan sarapannya dan akhirnya menyikat giginya.

Jimin mengambil sisir kesayangannya, dan menyisir rambut merahnya yang indah.

Ia menghela napas.

"Seandainya, aku tidak lahir dengan rambut ini. Aku terlihat buruk." lirihnya dengan senyum miris.

Jimin akhirnya mengambil tasnya, dan berangkat kesekolah.

"Hari ini aku piket, toh." Jimin mulai mengambil sapu dan menyapu lantai kelas.

Setelah selesai, ia kembali mendudukkan diri dibangkunya yang paling belakang.

Ia menunduk, dan tanpa ia sadari ia menangis perlahan.

"Permisi..."

Jimin mengangkat kepalanya, dan mengusap airmatanya. Sejak kapan ia menangis? Pikirnya.

"H-hey, kau kenapa menangis?" panik lelaki bersurai kuning itu.

Jimin terdiam ditempatnya.

"Laki-laki ini... Tampan sekali.

Ia memiliki surai kuning yang bercahaya nan indah.

Mata yang manis,
Rahang yang tegas.
Wajah manisnya menatapku dengan tatapan...

Oh!

Tatapan itu... Terasa sangat berbeda.

Biasanya, orang-orang menatapku dengan tatapan ejekan.

Tatapan penuh penghinaan

Namun, lelaki ini...
Menatapku dengan tulus.

Ia benar-benar panik!"

"P-permisi!" Jimin terkejut.

"A-ah, iya?" lirihnya.

"Kau, kenapa menangis?" tanyanya lagi.

"T-tidak tahu, hehe, mungkin mataku kelilipan." Jimin mengalihkan pandangan, tersenyum kecil.

Anak itu tersenyum.

"Kenalkan, aku Jeon Jungkook. Senang bertemu denganmu!" Jungkook mengangkat tangannya, berniat untuk bersalaman dengan Jimin. Namun, Jimin tanpa sengaja menepis tangannya hingga memerah.

"Ah!" pekik Jimin.

"Tidak apa, kau mungkin bukan tipe yang suka bersalaman, hehe." tawa Jungkook.

"Namamu?"

"Park Jimin." jawabku. Jungkook tertawa.

Kaki Jimin tiba-tiba bergetar.

Ia pasti akan menertawakanku dan mengejekku karena mempunyai nama perempuan, pikirnya.

"Nama yang cocok untukmu." Jimin sekali lagi terdiam.

Apa-apaan?

Anak ini kenapa?

"Kenapa kau memujiku?!" pekik Jimin.

Jungkook terdiam, menatap lelaki bersurai merah itu heran.

"A-aku heran saja..."

"Kau ingin berkenalan denganku."

"Kenapa? Semua orang yang mengetahui namaku pasti akan tertawa dan mengejekku karena punya nama perempuan. Kau pasti juga kan?" seru Jimin lagi.

Jungkook tergelak.

"Kenapa ya?" tanyanya, melakukan gestur berpikir.

"Entahlah. Saat aku keluar dari ruang kepala sekolah, aku berlari untuk mencari kelasku. Lalu aku menemukannya, dan ingin melihat-lihat saja." jelasnya.

"Dan aku melihatmu."

"Lelaki berambut merah." Jungkook tersenyum.

"Jelek, iya, aku tahu-" Jungkook meletakkan telunjuknya dibibirku.

"Aku belum selesai, Tuan Park."

"Yang ingin kukatakan adalah..."

Perkataan Jungkook, mengejutkan Jimin.

"Aku tertarik pada rambut merahmu yang indah."

"Pada pandangan pertama." Jungkook membuat senyuman yang sangat lebar. Gigi kelincinya terekspos, dan itu terlihat manis.

Jimin terduduk dikursinya.

Jimin merasakan bahwa wajahnya memanas.

"J-Jungkook..."

"Terimakasih."



Vomentnya juseyo !
Ini cerita pendek ... doakan saja bisa pendek :')
sekali lagi voment , uwu

terimakasih banyak !

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

His Red Hair -KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang