BAB 2

3.7K 390 23
                                    

Selasa sore, Mrs. Hwang berjalan keluar dari kantor Jeno dengan tangan penuh.

“Aku akan pergi ke kantor pengadilan, Haechan. Aku harus memasukkan formulir ini untuk mendapatkan berkas izin, dan mengambil salinan peta datar untuk jemaah gereja. Setelah itu, aku akan ada di kantor penilai wilayah. Kau akan menjaga kantor selama sisa hari ini.”

“Tak masalah. Siang ini tak banyak janji temu kecuali dengan Wong Industrial Supplies. Yang lainnya adalah bisnis seperti biasa. Hati-hati diluar sana.”

Haechan benar benar menyukai wanita yang lebih tua itu. Mrs. Hwang mengutamakan bisnis dengan balutan keibuan diluarnya. Menyenangkan sekali bekerja dengannya hari demi hari.

Mrs. Hwang berhenti sebentar dalam perjalannya ke pintu dengan pandangan penuh perhitungan. “Oh, Lucas Wong yang itu! Kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Perusahaan ini telah membangun 2 gudang miliknya. Konsultasi ini cuma formalitas saja. Kita akan mendapatkan tendernya.” Ia memelankan suaranya. “Ia seorang pria yang baik, Haechan. Ia single, sayang. Ia membayar tagihannya dalam tiga puluh hari. Dan juga sangat tampan. Kau harus mengatakan padaku apa yang kau pikirkan tentangnya besok.”

Mrs. Hwang memberinya senyum penuh konspirasi dan berlalu dari kantor.

*****

Pada pukul tiga sore, Haechan mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas kerja di mejanya kepada pria yang masuk dari luar. Ia langsung paham apa maksud Mrs. Hwang. pria itu tinggi, besar dan amat sangat tampan, meskipun agak muda. Ia punya rambut coklat dengan lapisan keemasan. Haechan langsung menekan perbandingannya ke dalam tempat gelap sekuat baja dalam pikirannya dan fokus pada pekerjaannya.

“Anda pasti Mr. Wong.” Haechan memberi Lucas Wong senyum teramah miliknya.

“Dan kau pasti sekretaris baru yang terus diocehkan terus menerus oleh Mrs. Hwang.” Ia berjalan menyeberangi ruangan dan mengulurkan tangannya ke arah Haechan.

Haechan mendengar bunyi klik pelan di belakangnya ketika ia berdiri dan berjabat tangan dengan Lucas Wong. “Ya. Saya Seo Haechan.” Haechan menahan senyumnya ketika Lucas Wong terus memegang tangannya.

“Tolong panggil aku Lucas. Kita akan sering bertemu. Karena sekarang aku sudah bertemu denganmu, kupikir aku tidak akan menghabiskan waktuku dengan mencari tender-tender lainnya.” Haechan merasa Lucas mempererat jabatan tangannya. Jika otaknya belum terpikat dengan Lee Jeno, Haechan tahu ia akan menikmati sentuhan tangan Lucas.

Lucas memutuskan kontak matanya dengan Haechan saat mendengar suara yang datang dari seberang ruangan.

Jeno berdiri dan memandang tidak suka pada kami di depan pintu kantornya. Haechan merasakan efek provokatif Jeno padanya setiap kali Haechan berada dalam jarak pandangnya.

Jeno mengamati keduanya. Ketegangan mencengkeram Haechan. Akhirnya Jeno bicara.

“Lucas. Senang bertemu denganmu. Kalau kau bisa melepaskan tangan sekretarisku untuk sementara waktu, kita bisa mengurus masalah bisnis.”

Pelan pelan Lucas melepaskan tangan Haechan dan mengikuti Jeno ke dalam kantornya.

*****

Hampir dua jam kemudian, Haechan sedang membersihkan mejanya ketika kedua pria itu keluar dari pertemuannya. Mereka berjabat tangan dan Lucas Wong melihat kearahnya, mengangguk, dan meninggalkan gedung.

Jeno berdiri dengan tangannya menyilang, melotot ke arah Haechan. Detak jantung Haechan berpacu ketika Jeno mendatanginya. Jeno menyeberang ke belakang meja tempat Haechan duduk dan meletakkan tangannya di kedua lengan kursi Haechan dan memenjara dia pada posisinya.

Nafas Haechan menggila. Matanya terpaku pada Jeno.

“Jangan bermain-main dengan klienku lagi.” Kata-katanya tajam, penuh penekanan.

Haechan menarik nafas dan mulai menggelengkan kepalanya untuk menyangkal. Empat-puluh-tujuh-hari-lagi. “Aku tidak—“

“Bohong. Aku melihatmu. Aku tidak butuh bantuanmu untuk melancarkan bisnisku. Cukup kau kerjakan pekerjaanmu dan simpan senyum kecil manismu itu untuk dirimu sendiri.” Pegangan tangannya mengencang di kursi hingga memutih. Kemarahan memancar dari Jeno. Jeno Terlalu marah pada Haechan untuk mendengarkan alasannya.

Haechan mengangguk menyetujui.

*****

Jeno berdiri di bawah pancuran air dingin dan mencoba menahan emosi liar yang menghampirinya. Harinya sudah dekat. Lucas brengsek itu melihat Haechan seolah-olah ia mengira-ngira Haechan di tempat tidurnya. Senyum balasan Haechan pada Lucas. Dan nafsu serta posesif yang mengalir dalam tubuh Jeno ketika Haechan duduk dengan sangat kaku di lengannya.

Jeno adalah bom waktu yang berdetik dan menunggu untuk meledak. Ia butuh seorang pria di ranjangnya. Butuh seorang pria malam ini.

Tapi hanya satu yang bisa. Dan ia belum bisa memilikinya.

Penantiannya akan membuatnya tergelincir dan melakukan sesuatu yang bodoh.

Dengan sumpah serapah yang mengalir dengan ganas, ia menyalakan air panas dan ia mengarahkan tangannya penuh sabun ke bawah dan melakukan apa yang harus dia lakukan, jadi ia akan punya kendali yang cukup untuk menghadapi Haechan keesokan harinya.

To be continued
don't forget to vote and comment thank you see next chapter sorry for typos don't forget to follow me...

40 vote dan 10 comment aku up

✓ Bedded By the boss | nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang