BAB 5

3.2K 313 3
                                    

Jeno bersandar di kursinya dan menyilangkan tangannya di belakang kepalanya. Haechan menutup pintu dan berbalik menghadapnya, tetapi tidak bergerak mendekat. Haechan tidak mengatakan apapun. Dia berdiri di sana, menunggu dengan tenang. Dengan ketenangan yang membuat Jeno bertambah gila.

Haechan memperhatikan dengan terpesona selagi ekspresi Jeno makin bertambah kejam. Suara Jeno terdengar agak jauh. “Aku mau kau mengundurkan diri dari pekerjaanmu.”

Haechan menarik lurus punggungnya, berdiri tegak dan menjawab dengan sebuah kata sederhana. “Tidak.”

Jeno merubah taktik dengan segera. “Kemarilah.”

Haechan merasa terkejut hingga merasakan rona merah di wajahnya. Ia membiarkan tawa agak histeris keluar dan menggelengkan kepalanya. “Tidak.”

“Haechan, kemarilah, sayang.” Jeno menepuk permukaan mengkilap mejanya.

Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan Jeno jika ia benar-benar datang ke sana? Haechan tergoda mencari tahu. Keinginan tersembunyi momen itu mendorongnya dan Haechan menyadarinya. Haechan melangkah dua langkah ke depan meja Jeno, lalu ia berhenti. “Tidak.”

Jeno mengerang ketika Haechan berhenti. “Aku mulai lelah mendengar kata tidak dari bibir indahmu. Cari kata-kata lain.”

Jeno berdiri.

Haechan melangkah mundur.

Jeno menyeberangi ruangan hingga ia berdiri di depan Haechan. Ia meraih dan mengunci pintu.

Syaraf Haechan menegang ketika grendel kunci menutup dan ia mencoba mengontrol nafasnya. Jeno sangat besar. Jeno punya bahu selebar New Orleans Saint. Haechan tahu Jeno terbiasa mengerjakan pekerjaan fisik yang keras untuk menghidupinya hingga ia mengambil kesempatan dan membuka perusahaan konstruksinya sendiri. Hal itu sudah terbayar. Di lihat dari standar manapun ia kaya, tapi ia masih punya tubuh berotot seorang buruh pekerja fisik.

Haechan menginginkan hal ini hingga hal itu hampir menelannya. Tapi taruhannya sudah berubah. Bukan pekerjaannya lagi yang dijadikan taruhan. Pekerjaan akan datang dan pergi. Sudah berapa lama sejak ia terakhir kali merasakan perasaan seperti ini mengenai seorang pria? Apakah ia pernah merasa seperti ini? Jika ia membiarkan Jeno menangkapnya sekarang, segalanya akan berakhir. Jeno akan memanfaatkannya, mengeluarkan Haechan dari sistemnya, dan hal itu akan berlangsung seperti itu. Haechan menginginkan lebih. Ia tidak bisa membiarkan Jeno tahu pengaruhnya pada Haechan, ia tidak bisa menyerahkannya dengan mudah pada Jeno.

Nafas Haechan terengah ketika Jeno meraih dan mengunci rambutnya dengan tangannya. Jeno menyentuh kepala Haechan. Ia bersandar dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir Haechan. Punggung Haechan bersandar di pintu.

Jeno menjauhkan bibirnya. “Katakan ya, Haechan.”

Haechan menggelengkan kepalanya. “Tidak.”

Jeno mengacuhkan Haechan. “Celana ini panjang dan ketat, sayang.” Tangan Jeno meluncur ke bawah dan mengencang di sekitar keliman celana Haechan. “Apa kau memakainya untukku?”

Haechan berdiri kaku penuh antisipasi dalam genggaman Jeno. Otaknya meleleh. Jeno telah mendominasi Haechan sebelumnya di ruang arsip, mengguncang Haechan dengan kekuatan serta intensitasnya. Hari ini godaannya berubah. Kelembutan terdengar dalam suaranya. Sikapnya sama galaknya seperti sebelumnya, gerakannya posesif dan meyakinkan, namun suaranya lembut. Perubahan pribadinya mengancam keseimbangannya.

Mata Jeno berubah menjadi coklat tua sewaktu menatap Haechan. Ini sudah cukup baik hingga Haechan pikir ia akan mati. Haechan menelan ludah ketika ia merasakan tangan Jeno perlahan-lahan menarik celananya ke bawah pahanya. Haechan tahu jika ia melihat ke bawah, celana dalamnya akan kelihatan.

✓ Bedded By the boss | nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang