menagih sebuah janji

802 89 40
                                    

Lima menit telah berlalu. Apple pie, lemon tea dan juga chessecake serta beberapa kudapan terbuat dari coklat sudah tersaji. Namun tidak ada sepatah katapun yang terlontar. Keduanya sibuk dalam pikirannya masing-masing, bahkan Kuroo yang cenderung banyak bicara hanya terdiam memerhatikan Kenma.

Wajah, bentuk bibir, hidung dan bulu mata tidak luput dari pandangan pria jangkung itu. Jangan lupakan pipi yang memerah karena terkena udara dingin, Kenma begitu cantik bahkan jika dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Ia tidak sempat menyuapkan sepotong kue ketika Kenma mulai mengintrupsi kegiatannya.

"apa ada yang salah Kuroo-san, kenapa kau menatapku seperti itu?" ujarnya sedikit bergetar. Ia takut Kuroo curiga dan menuntut dirinya menceritakan hal yang selalu ia sembunyikan. Biarlah ia yang mengalah, lagipula semua terlihat bagitu normal saat dirinya tidak ada dalam kehidupan pria dihadapannya.

"Kenma-san, bagaimana hubungan kita dulu?" ucap Kuroo dengan mata penasaran. Ia tahu ini aneh, bertanya tentang kehidupannya pada orang lain.

"maksudmu tentang kita yang bersahabat, aku dan kau masuk kedalam team voli Nekoma." ujar Kenma semakin bergetar, bahkan suaranya hilang untuk beberapa saat.

"maaf mungkin aku masih sedikit demam sampai suaraku menjadi serak seperti ini." lanjutnya sambil menunduk meminum lemon
tea miliknya yang terasa hangat.

"selain itu Kenma-san? Bagaimana dengan foto kita bersama saat kelulusanmu? Bukankah kita berada ditingkat yang berbeda?" Kuroo masih terus bertanya, tidak ingin menyerah begitu saja.

"kita juga tetangga, aku dan dirimu teman masa kecil Kuroo." ujarnya kembali parau. Dadanya semakin sesak saat melihat Kuroo yang murung, sepertinya pria itu tidak puas dengan jawabannya.

"Kenma-san, mengapa kau ingin pulang ke Jepang sebelum acara pertunanganku dimulai. Apa aku melakukan kesalahan fatal sehingga kau tidak mau menghadiri pestanya?" ujar Kuroo lemah. Mata kucing yang selalu bercahaya kini meredup. Rambut yang hitam pekat dan terlihat bervolume kini sedikit lepek dan terjatuh. Kuroo benar-benar berubah.

Ia terlihat semakin kurus dengan balutan mantel tebal agar terlihat lebih besar. Kenma merasakan kesedihannya semakin mendalam, ia tidak tega melihat kekasihnya seperti ini.

Kenma ingin sekali mengakui dirinya dan Kuroo adalah sepasang kekasih, tapi ini tidak mudah. Lev serta keluarga besarnya sudah mengorbankan segala cara agar membuatnya bahagia, membantu Kuroo agar bisa kembali sehat. Lalu bagaimana bisa ia melupakan perjuangan itu, menjadi pribadi egois lalu menghancurkan kebahagiaan mereka.

"Kuroo-san kau berisik," ucap Kenma lemah. Kuroo menaikan satu alis tidak faham. Pria pendek itu tersenyum lembut lalu meneruskan perkataanya.

"kau berisik, suka berteriak, konyol dan menyebalkan. Sering sekali menggangguku saat bermain game hanya untuk latihan bersama." ujar Kenma berusaha ceria.

"benarkah?" ujar Kuroo penasaran.

"kau juga punya sahabat yang sama berisiknya, ia mirip sekali dengan burung hantu. Namanya Bokuto, kalian sama-sama kapten team voli." ucap Kenma sambil tersenyum lebar. Kuroo bergeming memandang Kenma yang tersenyum, hatinya menghangat. Bahkan ia merasa salju yang selama ini menumpuk mulai meleleh.

"dia begitu marah saat kau meluapakannya dan hilang tanpa kabar. Pria itu terus saja menanyaiku seperti seorang detectif, padahal aku juga tidak tahu bagaimana keadaanmu saat itu." Kenma melanjutkan ceritanya. Ia bersyukur bisa mengontrol diri sampai saat ini.

"dia pasti sangat peduli padaku," ucap Kuroo pelan.

"tentu saja, meski dia sedikit moodyan dia itu sangat peduli Kuroo-san. Aku tidak sabar memberitahukan jika kau baik-baik saja." Kenma memakan apple pie miliknya perlahan. Ia pikir ia mulai bisa mengontrol diri.

"Kenma aku melihat kau masih menutupi sesuatu," ujar Kuroo tersenyum kecut. Ia memakan cheesecake miliknya dengan suapan yang cukup besar. Mendengar hal itu Kenma kembali terdiam.

Kuroo melanjutkan perkataannya, "aku merasa kita sangat dekat, aku merasa begitu nyaman berada disekitarmu. Aku merasa kembali jatuh cinta padamu."

Kenma tidak bisa berkata-kata, ia tahu Kuroo adalah orang yang selalu gamblang tentang isi hatinya. Tidak pernah ada yang ia tutupi sekalipun kecuali tentang penyakitnya.

Kenma tertawa pelan, ia sedikit menggeser kursi untuk menetralisir kegugupan.

"kau ini bicara apa, pesta pertunanganmu sebentar lagi. Jangan sembarangan mengungkapkan perasaan cinta pada orang lain." ujarnya panik. Ia ingin pembicaraan ini segera berakhir.

Drrrt drrrt

Kenma segera memeriksa ponsel miliknya, email baru dari Lev Haiba benar-benar menyelamatkan harinya.

"ini Lev, kurasa dia akan memberitahukan tentang tiketku. Aku harus segera pulang Kuroo. Kau juga sebaiknya pulang, tidak
baik jika terlalu lama berada di cuaca dingin seperti ini." ujarnya bergegas.

Kuroo masih merasa jika Kenma menyembunyikan sesuatu. Ia bangkit menubruk Kenma dari belakang, memeluknya erat lalu mengecup pucuk kepalanya lama. Menghirup feromon maskulin namun terkesan begitu lembut.

"K-Kuroo," Kenma sedikit menegang. Jantungnya terasa hampir meloncat dari rongga dadanya. Ia tidak tahu tindakan apa yang harus diambil. Antara pria itu yang sudah mengingat semuanya, atau karena ia yang baru saja menyatakan perasaan. Kenma bimbang diantara kedua pilihan tersebut.

"apakah aku pernah memelukmu seperti ini?" ujar Kuroo berbisik diceruk leher pria pendek itu. Untung saja kafe terlihat lengang karena cuaca belum mendukung untuk melakukan kegiatan diluar rumah.

Kenma mengernyit bingung, jadi Kuroo benar-
benar lupa dan tidak mengingat semuanya. Sejenak ia begitu khawatir.

"kupikir kau mengingat sesuatu Kuroo," ucap Kenma menghela napas. Mendengar hal itu pria berambut hitam tersebut mengambil sebuah ponsel. Menyalakannya lalu menunjukan sesuatu pada Kenma.

"ini adalah foto kita saat kelulusanmu, aku mencatat semua kejadian di ponsel ini. Jangan berbohong padaku lagi Kenma, kau sudah berjanji." Kuroo terlihat begitu kecewa.

Melihat hal itu Kenma terjatuh, pertahanannya seakan runtuh tiba-tiba. Kuroo sedikit terkejut dengan reaksi pria mungil itu. Memangnya apa yang ada didalam ponsel tersebut. Sebenarnya ia hanya melakukan trik reverse psychology yang ia baca seminggu terakhir ini.

Ia benar-benar melupakan segala hal tanpa bisa mengingatnya kembali. "aku kekasihmu, kau puas?" jerit Kenma didalam pelukannya.

Kuroo melebarkan mata tidak percaya, ia kekasih Kenma? Lalu bagaimana bisa dirinya hampir melaksanakan pertunangan dihadapan kekasihnya sendiri. Seburuk apa dirinya ini.

"ingatkan aku," ucapnya sedikit bergetar.

"aku sudah mengingatkanmu, aku sudah menepati janjiku. Jadi biarkan aku pergi Kuroo. Kumohon kita sudah berakhir sekarang, kau akan melaksanakan pertunangan. Jangan biarkan hal itu hancur karena masa lalu." ujar Kenma terisak.

Kuroo mengeratkan pelukannya, seakan tidak ingin kembali terlepas. Tidak memedulikan orang-orang mulai menunjukan atensi pada keduanya. Kuroo hanya tidak ingin kembali kehilangan.

Lev bergegas mencari Kenma, menanyakan kepada setiap orang yang berlalu lalang. Ia khawatir pria itu nekat karena tidak segera mendapatkan tiket untuk pulang.

Namun langkahnya terhenti seketika saat melihat siluat dua pria yang sedang berpelukan. Dirasa ia sudah terlambat dan tidak memiliki kesempatan, Lev menghela napas untuk menetralkan hatinya yang terasa sakit.

"Kenma senpai aku mencintaimu, tapi aku bahagia jika kau juga bahagia." gumamnya sambil membalikan badan dan berlalu.

-
Tbc.

A/N

Update lagi mumpung libur dan mumpung ide ngalir, kebetulan aku punya ide baru jadi mungkin satu atau dua chapter lagi story ini tamat.

Makasih yang udah mampir baca, vote dan juga komen. Mood banget bacanya, bikin semangat juga. Sekali lagi makasih..

Hurt [Kuroken][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang