BBOP #5 - REVISI

22 3 19
                                    

"Dia Netta!" bentak Alyne, nadanya terlihat serius.

Sebenarnya ada rasa tak yakin ingin memberitahu Langit bahwa Netta telah kembali, ia takut Langit seperti waktu itu lagi.

Tapi mau tidak mau, lambat atau cepat pasti Langit akan mengetahui keberadaan Netta sekarang.

Langit menatap serius Alyne, "Yakinin gue kalau dia Netta."

Alyne menatap bimbang Langit, lalu menceritakan bahwa tadi saat di UKS ia bertemu seseorang yang mengaku kalau dia Netta.

"Demi apa Lin?" Alyne dapat melihat raut sedih dan bahagia bercampur diwajah Langit sekarang.

Langit menatap lurus, entah apa yang sekarang ia pikirkan. Ketahuilah, saat mendengar cerita Alyne tadi dia sedikit merasa bahagia tapi disatu sisi dia juga merasa sedih karna mengingat Netta yang telah meninggalkannya.

"Lo..." kalimat Alyne menggantung, ia menatap Langit.

Langit menoleh, "Kenapa?"

Lo gapapakan? munafik banget gue nanya gitu udah ketauan dari raut wajah dia Alin!!-batin Alyne.

"Lo masih suka sama Netta?" Alyne mengenggam erat roknya, sembari menunggu jawaban Langit.

Langit terkekeh, "Mungkin." jawabnya.

Alyne mengangguk paham, "Lo ada niatan deketin dia lagi?"

Langit bimbang, "Gatau deh, eh." ia menyalakan layar hpnya, "Ayo buruan, ntar bunda nungguin gue kelamaan."

Alyne tersadar lalu bangkit dari duduknya, "Eh sorry."

Langit ikut berdiri lalu mengajak Alyne menuju parkiran, "Gue pulang sendiri aja Ngit, lo duluan aja ntar bunda lo kelamaan nungguin lo."

"Gak, ayo gue antar pulang."

"Gak gue juga masih ada urusan, gue duluan." Alyne berlari menuju belakang sekolah, meninggalkan Langit yang menatap bingung dirinya.

Bodoh bodoh bodoh!-batin Alyne merutuki sifatnya yang seperti ini.

"Alin?" sang empun nama menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke sumber suara.

***

"Permisi Langit tampan datang!" teriak Langit, sembari masuk kerumah Ranti.

"Eh Langit, udah besar aja." Ranti tersenyum saat melihat Langit.

"Aduh aunti Ranti, udah kek berapa tahun aja gak ketemu Langit." kekehnya, sembari mendekati Ranti.

"Bunda mana Tan?"

"Ada lagi dibelakang." Langit mengangguk paham.

"Langit, gimana sekarang udah punya pacar?" tanya Ranti dengan senyum mengejek.

"Aduh masih singel Tan, tapi banyak banget yang ngantri." Langit tersenyum pede.

Ranti menggeleng pelan, sifat Langit yang satu ini pasti keturunan dari sang Senja-ayah Langit.

"Eh Agi udah dateng," Langit menoleh kebelakang menemukan sang Bunda sedang berjalan mendekati mereka.

"Yaudah Ran, aku pulang dulu." pamit Tias, sembari memeluk Ranti.

"Iya hati hati ya."

"Aunti, Langit pamit ya jangan kangen." Langit tersenyum manis, membuat Ranti ikutan tersenyum melihatnya.

"Pede nya sama seperti Senja ya, Yas."

Tias terkekeh, lalu mengajak Langit pulang agar tidak terlalu sore saat mereka sampai di rumah.

Friend To Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang