[37] Lie

426 50 10
                                    

Umji saat ini sedang menghirup udara segar di taman dekat rumahnya. Dengan jaket yang tebal, celana jeans casual, juga kacamata yang bertengger di atas hidungnya. Sekali-kali Umji menggosok kedua tangannya lalu meniupnya. Dengan cepat memasukkan kedua tangannya di saku jaket. Hawa saat ini menjadi dingin.

Pagi ini cukup membuat Umji merasakan lega dalam hatinya. Masalah yang berlalu juga tekanan batin yang ia rasakan. Umji yakin setelah liburan seminggu ini, Umji akan ceria seperti biasa.

Tiba-tiba ponsel di saku jaket Umji berdering. Ternyata Sofia menelponnya.

Angkat atau tidak ya?

Tapi, saat ini aku liburan, jadi tidak masalah. Lagipula Sofia dapat dipercaya.

Yeobuseyo?”

“Unnie, gawat! Tolong aku.” ucap Sofia yang ada diseberang ponsel.

Umji beberapa kali mengerjapkan matanya.

“Sofia, ada apa?” tanya Umji sedikit khawatir.

“Gawat, Unnie.” ucap Sofia lagi.

Umji memindah ponselnya ke telinga kanan. “Gawat kenapa? Ada apa Sofia?” tanya Umji lagi bingung sekaligus khawatir.

“Unnie, tolong aku.” pinta Sofia.

“Memangnya ada apa? Kau di mana sekarang?”

Umji pun menjauhkan ponsel dari telinganya sebentar. Memang Sofia yang menelponnya. Apa ini bukan Sofia? Tapi, suaranya memang persis Sofia.

“Unnie, aku sekarang ada di Yeonsu-Gu Incheon. Mobilku tiba-tiba mogok. Aku takut sekali, Unnie.”

Umji meringis bingung.

Sofia tau aku di Incheon?

“Unnie, aku tidak tahu ingin menelpon siapa, Oppa-ku sibuk, orangtuaku di luar negeri, teman-temanku tidak ada yang mengangkat panggilanku. Bahkan bateraiku tinggal 5% lagi.”

“Apa di sekitar sana tidak ada orang, Sofia?” tanya Umji khawatir.

Lama Sofia tidak bicara. Panggilan ini tetap terhubung.

“Unnie, aku sangat takut. Mungkin saja aku tidak jauh dari rumahmu Unnie, jadi aku bisa ke rumahmu, Unnie. Jebal.” ucap Sofia dengan nada gemetar.

“Memangnya kau ada di mana?” tanya Umji lagi sedikit menggesak.

“Aku ada di dekat pohon-pohon yang besar.” ucap Sofia samar.

Umji meringis bingung.

Pohon-pohon yang besar? Bukankah itu hutan? Hutan? Bukankah tidak ada jalan menuju Incheon yang seperti itu? Tunggu, rasanya aku pernah melewati jalan itu bersama Appa. Aah, aku baru ingat sekarang. Itu cukup jauh jika berjalan ke rumahku.

“Kirimkan lokasimu sekarang, Sofia. Itu jauh jika kau berjalan ke rumahku, aku akan menjemputmu, tunggu sebentar ya, tetap di dalam mobil, sekarang dingin sekali.” ucap Umji khawatir bahkan Umji tanpa sadar menggigit jarinya menunggu Sofia mengirim lokasinya.

Ting

Lokasi Sofia sudah terlihat. Dengan cepat Umji berlari ke rumahnya. Langkahnya cukup lebar seukuran dengan tinggi Umji. Bahkan bunga-bunga yang ia petik tadi sudah dibuang Umji sembarang. Saking khawatirnya karena biasanya di dekat pohon-pohon itu banyak ular-ular liar.

Setelah sampai di rumah mewah itu. Umji membuka pintu dengan suara yang keras. Orang rumah kebingungan karena Umji tidak biasanya seperti itu.

“Yewon-a? Ada apa? Kenapa kau berlari?” tanya Oemma Umji yang menonton Tv nampak khawatir.

Bring Me | Vernon & Umji✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang