"Ma ini kenapa ma?"
"Mas aku takut mas!"
"Ya Allah, Allahuakbar!"
"Kak! Nandya belum mau ke surga kak!"
"Tuhan Yesus tolong kami Tuhan!"
"Ayah ini kenapa Yah?"
Duar...
Suara ledakan pesawat kembali berbunyi untuk ketiga kalinya. Pesawat berguncang terus menerus membuat seisi pesawat gemetaran takut. Tak ada yang bisa mereka perbuat selain berdoa dan berserah kepada yang Mahakuasa.
Si kecil yang tak mengerti apa yang terjadi hanya bisa diam takut dan bertanya pada sang orangtua. Orangtua yang takut tak tahu bagaimana memberikan penjelasan. Hanya satu dipikiran mereka semua.
'Mati'
Sang pilot memutar otak, berusaha sekuat tenaga dan batin membawa awak dan penumpang pesawat agar selamat. Usaha sudah dikerahkan namun takdir berkata lain.
"Semuanya, terimakasih untuk penerbangan yang sudah kita lalui bersama. Terimakasih juga untuk penerbangan terakhir kita ini. Senang bisa bersama sama kalian. Firasat dia bener" ucapan lirih itu ia ucapkan dengan parau. Tangis tertahan dengan pasrah terluapkan.
Duar...
***
Berita terkini, telah jatuh sebuah pesawat tujuan Jakarta-Balikpapan, pesawat Nusa Air KN-146 dengan jumlah penumpang diperkirakan 65 orang termasuk kru. Saat ini para tim gabungan dengan TNI sedang mencari puing-puing pesawat yang jatuh di sekitar laut pantai Kemala.Chanel berita kini sudah penuh dengan pesawat jatuh. Aku tak tahu harus bagaimana selain mendoakan mereka. Entah bagaimana aku bisa mendengar suara para penumpang dalam pesawat, peristiwa serta suasana yang terjadi. Aku seperti berada di sana.
Esok adalah jadwal penerbanganku dari Balikpapan ke Jakarta. Jujur saja, aku takut. Aku takut bila mana pesawat yang akan aku tumpangi akan bernasib sama dengan pesawat yang baru saja jatuh beberapa jam yang lalu. Suasana kamar hotel semakin mengerikan rasanya. Padahal langit sedang cerah-cerahnya.
Posisi pesawat jatuh tak begitu jauh dari hotel kru pesawat kami dan bandara. Pikiranku sudah kemana-mana.
Tok... Tok...
Pintu kamar hotelku diketuk oleh seseorang yang aku belum tahu siapa. Ku lihat dari kaca lubang pintu, orang itu seperti salah satu dari kami. Namun dengan seragam pramugari yang masih sangat rapih dan berwarna berbeda dengan milikku.
Kubuka pintu itu dan kudapati ia tersenyum manis padaku.
"Maaf, mba siapa ya? Salah satu kru?" tanyaku heran.
Perempuan itu tersenyum padaku sejenak, ia menggelengkan kepalanya, "Bukan. Penerbangan kita berbeda, tapi kebetulan saya menginap di hotel ini. Saya dengar kalian akan melakukan penerbangan ke Jakarta ya besok?"
Dengan anggukan ragu aku menjawab, "Ya, kami akan berangkat besok pagi. Jujur aja, saya sedikit parno habis dengar berita pesawat jatuh itu"
Ia tersenyum lagi, "Ya, saya juga"
Aku menoleh kanan kiri sejenak, melihat keadaan koridor, "Penerbanganmu kapan berangkat? Besok juga?"
Kali ini senyum wanita itu menipis, ia menggelengkan kepalanya, "Engga, penerbangan saya sudah selesai. Tujuan saya sudah berakhir juga"
Seketika suasana atmosfer berubah tegang. Aku melihat wajahnya perlahan pucat. Aku merasakan ada yang tidak beres.
"Kamu jangan takut, saya di sini gak bermaksud menggangu. Saya hanya ingin menyampaikan, kamu akan baik-baik saja besok pagi. Kamu gak perlu khawatir. Kami para penumpang sudah menuju ke langit tertinggi yang sulit manusia jangkau. Berdoa saja agar semua baik-baik saja"
Perlahan ia mengambil tanganku, tangannya dingin, sangat dingin. Ia memegang tanganku dan berucap, "Bangun, berdoa, dan semua akan berjalan baik"
Drt... Drt...
Ponselku berdering keras dari balik bantal. Ku ambil dan kuamati layar ponsel itu, jam menunjukkan pukul 5 pagi. Aku bernapas lega sejenak.
Kepalaku terasa sedikit pusing, aku tak tahu yang tadi itu mimpi atau bukan. Aku mengingat perlahan mimpi yang tadi kulalui.
Aku bertemu dia, aku tak tahu siapa dia. Aku bermimpi baru saja menyaksikan berita pesawat jatuh. Segera aku membuka semua sosial mediaku dan aplikasi pengirim pesan.
Nihil... aku tidak menemukan berita apa pun mengenai pesawat jatuh.
Aku yakin tadi hanya mimpi semata. Kuharap begitu. Tapi wanita itu benar-benar nyata, ia ada dihadapanku, kala tangannya menggenggam tanganku pun sama nyatanya. Dingin...
***
"Makasih ya pak"Aku baru saja menurunkan barang bawaanku dari mobil minibus dibantu seorang pria. Kami sekarang sudah sampai di bandara, penerbangan kami akan berlangsung sekitar 2 jam lagi.
Pikiranku masih melayang-layang akan mimpi semalam. Temanku bahkan sampai ada yang bertanya dan menyadari akan aku yang sedikit berbeda. Namun sayang aku tak bisa menjawab.
***
Akhirnya landing dengan selamat. Aku dan kru ku sudah sampai di Jakarta dengan selamat. Ketakutan yang aku rasakan dimimpi kala itu tak terjadi. Aku bernapas lega.Kami berjalan keluar dari pesawat. Kami menunggu sejenak untuk mengambil barang bawaan kami. Sembari menunggu, aku melirik sekitarku sampai aku mendapati sesuatu yang ganjal.
Dari arah berlawanan, aku melihat kru pesawat lain yang seragamnya sama persis seperti yang ada dimimpiku semalam.
Ya! Tidak salah lagi itu adalah seragam Nusa Air!
Aku menajamkan penglihatanku, sampai aku menemukan dia, wanita yang aku temui di mimpi. Ia masih dalam keadaan sehat dan tersenyum sambil berbincang singkat dengan temannya.
Firasatku buruk. Pesawat mereka akan jatuh, pesawat yang sama dengan yang ada di mimpiku.
Aku mau tak mau berlari kecil kearahnya. Aku tak bisa terus-terusan dihantui penasaran begini.
"Halo! Bisa bicara sebentar? Saya Mauri dari Tara Air"
Wanita itu menoleh ke arahku dengan langkah kaki tak ia hentikan, "Iya boleh"
Suaranya sama persis dengan suara yang ada di mimpiku.
"Pesawat kalian akan menuju kemana?" tanyaku to the point.
Ia tersenyum sejenak, "Ke Balikpapan. Memangnya kenapa?"
"Jenis pesawat apa?"
Dahinya berkerut, ia nampak bingung dengan pertanyaanku. "KN-146. Memangnya ada apa sih?"
Seketika mulutku terasa kelu. Keringat dingin kembali bercucuran. "Gak, gak apa-apa. Kamu banyak berdoa ya? Ajak kru mu berdoa juga. Kamu harus persiapkan diri, karena kamu bakal terbang tinggi ke langit yang manusia gak bisa jangkau"
Aku berlari menghindarinya yang hendak membuka suara. Aku tak bisa dan tak kuat lagi bila mendengar suara ia untuk terakhir kalinya meski aku sama sekali tak mengenalnya. Namanya pun aku tidak tahu.
Hingga pada hari ini pukul 3 siang, aku mendengar kabar tak mengenakan diberita. Berita kabar yang sama dengan yang ada di mimpiku.
Jatuhnya pesawat Nusa Air KN-146. Akhirnya aku juga tahu, nama wanita itu ialah Heaven.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flight
Short StoryAku mengalami mimpi aneh semalam. Mimpi itu terus menghantuiku seharian. Mimpi itu terasa sangat nyata untukku. Sampai ia datang dan mengetuk pintuku dengan wajah pucatnya. Aku tak bisa berbuat banyak selain memperingatinya.