"Hallo?"
"Hallo Pak, tolong cari posisi Sena sekarang. Saya tunggu," ucap Alex lalu segera mengakhiri panggilannya setelah menelepon salah satu bawahannya untuk mencari keberadaan Sena sekarang. Lelaki itu lantas mengendarai motornya untuk menemui Alvin yang beberapa waktu lalu melihat keberadaan terakhir kekasihnya itu.
Dalam perjalanan, mata Alex tak henti-hentinya menatap sekitar. Ia memperhatikan satu per satu pejalan kaki yang ada, berharap jika salah satu di antara mereka adalah Sena.
Pikiran Alex kalut dan cemas. Ia tak pernah sekhawatir ini terhadap seseorang. Rasanya dunianya runtuh tatkala belahan jiwanya itu dinyatakan menghilang tanpa ijin, tanpa pamit. Bahkan ponselnya dihubungi pun tidak bisa.
Jika dahulu Alex akan acuh tak acuh terhadap kondisi dan keadaan pacarnya, tetapi ketika bersama Sena terasa berbeda. Ia ingin melindunginya, menjadikannya priositas, bahkan ia ingin selalu berada di dekatnya. Namun, berita hilangnya Sena datang menghancurkan segala hal yang sudah ia janjikan kepada gadis itu.
Alex tak ada di saat gadisnya membutuhkannya, ia tak hadir saat namanya disebut dengan putus asa oleh Sena. Alex menyesal. Sangat menyesal. Ia merasa gagal menjadi kekasih yang baik. Ia gagal membahagiakan Sena.
Motor hitam itu sudah terparkir di titik temu antara dirinya dan Alvin. Lelaki itu melepas helmnya ketika Alvin datang menggunakan motornya. "Gimana?"
"Terakhir liat ada di jembatan Jalan Pattimura. Kemungkinan mereka ke arah selatan," jelas Alvin.
"Mereka?"
Alvin membuka kaca helmnya. "Sena tadi disamperin orang trus mereka pergi entah kemana. Yang gue tau, dia naik motor persis kayak motor lo, bedanya ada corak putihnya. Lo tau siapa dia?"
"Motor gue?" Alex berpikir sebentar. Pikirannya menerawang kembali ke masa-masa saat dirinya dan DB melakukan balapan liar beberapa tahun lalu. Saat itu Alex masih nakal-nakalnya. Kadang ia bertaruh memacari seorang gadis apabila ia menang taruhan dalama balapan tersebut. Namun, semenjak ibunya tahu Alex melakukan balapan, ibunya marah besar sehingga ia menghentikan aktivitas itu agar tak mengecewakan ibunya lagi. Alhasil ia dan DB melakukan E-Sport sebagai pengganti balapan tersebut. Keylan menyetujuinya dan memberikan markas khusus sebagai tempat anaknya dan teman-temannya itu bermain. Bahkan peralatan gaming juga disediakan dengan sangat lengkap di sana.
Kejadian itu lantas berputar di otak Alex. Ia mengingat terus menerus siapa pemilik motor balap yang persis seperti miliknya yang tergolong langka dan hanya orang-orang tertentu yang dapat memilikinya. Hanya beberapa unit yang ada di Indonesia. Lelaki itu terus berpikir hingga sebuah nama muncul di pikirannya.
Chiko.
Ya, Alex ingat. Lelaki itu yang memiliki motor seperti dirinya mengingat Chiko adalah penggila motor juga. Selain sejak SMP Chiko selalu menduplikat apapun yang Alex punya, lelaki itu juga kerap melakukan aksi curang saat balapan, membuat jurang permusuhan makin terpampang nyata di antara keduanya.
"Ikuti gue Vin," titah Alex kepada Alvin yang telah mengendarai motornya melesat pergi ke suatu tempat dengan cepat.
Alvin yang melihat Alex mengendarai motornya dengan kecepatan penuh itu berdecak. "Gila! Ini jalan raya kali bukan area balap!" umpat Alvin tak habis pikir.
Mereka berdua telah sampai di depan gedung apartement yang mewah. Bangunan itu terdiri dari puluhan lantai sehingga terkesan tinggi menjulang. Pada bagian depannya terdapat area parkir yang cukup luas beserta tulisan Ambassade Residence di sana.
Berdasarkan data yang pesuruhnya berikan, terakhir kali nomor Chiko digunakan ada di bangunan ini. Langsung saja Alex dan Alvin turun menuju lobby dan naik lift menuju lantai dua belas sesuai instruksi yang diberikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]
Teen Fiction• COMPLETED || SEQUEL KEYLANDARA || BISA DIBACA TERPISAH • "Let see seberapa kuat lo nahan godaan dari gue, Arsena Lavenia Azura." -Alexander B. Zanuar- "Gue bersumpah kalau jatuh cinta sama lo itu adalah KUTUKAN! Lo sial b...