Proof

1.6K 116 18
                                    

Menangis adalah cara dimana seseorang dapat meluapkan perasaan yang dirasakan seseorang untuk mengurangi beban pikiran ataupun meluapkan rasa bahagia. Namun, sekarang Seokjin sedang menangis bukan karena kebahagiaan meski di hadapannya terdapat sebuah kabar yang bagi sebagian orang membahagiakan.

"Ke—kenapa a—aku hamil? Hiks... Ba—bagaimana ini? Hiks..." Terus saja meratap, Seokjin menatap lekat-lekat testpack yang memperlihatkan bahwa hasil tesnya adalah positif hamil. Ia mengusap air matanya dengan keras, sudah merasa putus asa akan rasa sakit di dirinya. Sekujur tubuhnya memiliki luka, apalagi hatinya yang setiap hari tergores sebuah luka yang semakin lama, semakin banyak hingga Seokjin sendiri tak mengerti berapa persen lukanya dan kapan itu akan sembuh total.

Dahinya yang dihiasi plester ia benturkan di kaca di depannya, 2 jam, sudah 2 jam dirinya berada dalam bilik toilet rumah tuannya.

"Seokjin! Cepat keluar dan bereskan dapur! Jangan mencoba untuk menghindari pekerjaan mu! Mentang-mentang kau disukai tuan jangan manja! Keluar!" Bersama suara gedoran pintu yang sangat keras dari luar, teriakan kepala pelayan dari rumah besar tempatnya bekerja membuatnya menghela napas panjang dan bersiap keluar untuk kembali bekerja. "Iya madam, maafkan saya! Saya akan segera keluar dan membersihkan dapur secepatnya." Terdengar sahutan mengiyakan dan kembali hening seperti semula.

Dengan cepat, Seokjin keluar dari kamar mandi dan membereskan dapur yang sudah digunakan untuk memasak makan malam. Selesai membereskan perlengkapan makan dan yang lainnya, Seokjin beranjak keluar dari dapur dan menyusuri lorong menuju kamarnya yang lumayan hangat dan nyaman di paling ujung dekat tangga. Ia membuka pintu kamarnya dan mendapati sang tuan sedang duduk santai di kamarnya. Inilah mengapa kamarnya terasa sangat hangat dan nyaman, karena tuannya sangat suka berkunjung kemari saat istrinya sedang tidak ada dirumah atau sedang bosan dan ingin bermain dengannya.

Menundukkan kepala, Seokjin membungkuk hormat, memberikan salam kepada sosok yang dihormati dan... Dicintainya meski dalam angannya yang panjang. "Selamat malam tuan, ada yang bisa saya bantu?" Bangkit dari posisi membungkuk, Seokjin menegakkan tubuh dan memegang testpack nya erat-erat di belakang tubuhnya. Berupaya menyembunyikan benda kecil itu dari majikannya.

Sosok pria yang sedang melipat tangan di depan dada dan berwajah angkuh itupun menyeringai, ia menepuk pahanya dan menurunkan kakinya dari satu kaki lainnya. "Kemari, sudah ku bilang kan. Panggil saja Namjoon jika kita sedang berdua. Sini." Memilih untuk menurut, Seokjin mendudukkan dirinya di atas paha sang tuan, ia mengulum bibirnya karena gugup akan testpack yang dipegangnya terjatuh di bawah kaki sosok yang bernama Namjoon tersebut.

Tapi rupanya, Namjoon menganggap kuluman bibir Seokjin sebagai bentuk pelayannya ini sedang menggodanya. Ia tersenyum dan menempelkan bibir keduanya, tangannya mulai bergerilya menjelajahi kulit mulus yang sayangnya terbalut luka yang dirinya sendiri lah seorang yang melukisnya. "Kau nakal sekali baby. Aku selalu tegak saat berada di dekat mu dan tak bisa menahan diri barang sedetik pun. Jadi, apa yang kau gunakan untuk menjerat ku? Sebuah mantra? Atau benda?" Namjoon berujar setelah cumbuan panjangnya terlepas dengan jejak benang saliva menjadi pengait diantara mereka.

Paham akan sesuatu di bawahnya sedang mengeras, Seokjin menggigit bibirnya semakin keras. Jika terjadi apa-apa pada bayinya bagaimana? Bukankah orang yang sedang hamil muda tidak diperbolehkan berhubungan dulu? Tapi dirinya juga tidak mungkin untuk berkata jika dirinya sedang mengandung pada Namjoon. Seokjin tidak berani akan bagaimana tanggapan ayah dari bayinya ini saat mengetahui bahwa ia akan menjadi seorang ayah. "Namjoon tidak ada pekerjaan?" Menaikkan satu alisnya, sosok tampan di depannya ini membelah rambutnya kebelakang dengan jari-jari panjangnya.

"Kau balas bertanya saat aku juga bertanya?— Lupakan. Aku tidak ada pekerjaan, sudah selesai dan kini aku membutuhkan sebuah hiburan." Bergerak mengecup bahu yang sudah memiliki jejak merah, Namjoon menghirup dalam-dalam aroma memabukkan Seokjin. "Aku menyukai saat-saat dimana aku membelai mu, membawamu dalam cumbuan dan menghirup aroma memabukkan dari tubuhmu. Rasanya seperti diriku mendapatkan sebuah ketenangan dan itu membuatku semakin candu akan dirimu. Apa luka mu masih sakit? Ku kira tak apa jika menambah lagi."

Ineffable [Namjin (M)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang