: ̗̀➛ 0 1☕

2.2K 253 173
                                    

"Kau bodoh ya?"

Satu kata yg cukup membuat ku mengundurkan niat untuk lompat ke sana.

Jujur, aku kaget serta kesal ketika dikatai bodoh seperti itu, apa maksudnya?!

Memutar sedikit kepala dengan wajah kesal untuk melihat siapa yg telah mengejek ku seperti tadi, "Edogawa-san?"

"Ngapain disana?"

Bisa bisanya dia masih nanya aku ngapain??

"Bukan urusanmu."

Pria dengan jubah coklatnya itu menghela nafas, "Ahh.. Ternyata kau memang bodoh ya~" Lanjutnya.

"Dih, banyak omong juga ya untuk pria berumur seperti mu."

"Ck!, Kasar sekali mulutmu itu, cobalah jadi anggun sedikit."

Karna kesal, aku turun dan tak berniat bunuh diri untuk hari ini, disaat terakhir pun aku juga ingin bunuh diri dengan elite.

Baru saja sekali melangkah, tanganku ditahan olehnya.

"[Name], ke kedai dulu, aku lapar."

"HAH? G— eh!"

Tak sempat merespon, tanganku langsung ditarik dan diseret olehnya.

Edogawa-san merupakan tipikal orang yg paling kubenci, pemaksa dan keras kepala, namun, ikut keras kepala pun juga percuma saja, aku juga lemas, belum makan sejak pagi tadi.

☕☕☕

"Makasih" Ucapku sambil menunduk.

Walaupun dia menjengkelkan, tapi dia sebenernya baik–

"Ganti ya, duit untuk beli coklatku jadi habis gara-gara mentraktirmu."

Gak jadi.

"Ck! pelit kuburannya sempit."

"Oke", Ia membalikkan badan, berniat untuk meninggalkan [Name] yg kesal karna perkataannya.

—Di kamar [Name]

"Hahhh.." Hela nafas lelah bersamaan dengan [Name] yg merebahkan dirinya di atas pacar; kasur– tercintanya.


Ting!

Sebuah pesan masuk ke smartphone [Name].

_________________________________________

{ Bujang lapuk } 1 Message!

"Hutang mu, besok wajib bayar"

"y."

_________________________________________

Ah... lelah sekali....

[Name] memiringkan badannya usai menjawab pesan pria yg telah menyelamatkannya tadi.

Tak tersadar, buliran air mata keluar dari iris mata sang gadis bukan tanpa sebab.

Dazai Bejat!.


—Esoknya

Cahaya terang dari luar menandakan hari sudah cerah.

"Hoamss~" Desahku diikuti dengan menarik otot otot nya yg tegang dan kaku agar sedikit lemas demi memudahkan ku beraktifitas seharian.

Dengan mata yg masih terkantuk dan ber-awan, aku menegakkan badan seraya mengusap kasar mata berkali agar sadar dari belaian iblis kemalasan.

Menoleh ke arah tepat dimana jam dinding berada. Mataku terbuka lebar dan tak berasa ngantuk lagi, aku terkejut "Loh!? Udah jam 8!"

Aku pun lompat dan lari terbirit-birit dan bahkan kadang tak dapat menyeimbangkan tubuh yg menyebabkan ku seringkali terjatuh.

Memakai seragam kantor, lalu dengan cepat ia keluar apartemennya.

"Sial, sial, sial!"

Drap
Drap
Drap
Drap

Masih dengan berlari, menoleh sekilas jam di tangan,

"Duh, 5 menit lagi.." Keluh ku berbarengan dengan berhenti tepat di sebelah taman yg begitu tenang.

Harusnya aku masih bersemangat seperti tadi, namun melihat waktu yg hanya tinggal 5 menit lagi, aku merasa hal ini sia-sia saja.

"Bolos saja deh, potong gaji pun tak masalah, aku juga berencana ke Aokigahara."

Dengan lemas, [Name] berjalan sempoyongan sekuat tenaga ke bangku taman yg mungkin hanya 5 langkah dari titik posisi si gadis.

Ia menjatuhkan diri ke bangku serta merentangkan tangannya ke atas sandaran bangku. Mendesah keras, "Panas banget sih?! Tak ada tempat meneduh disini, sialan!"

[Name] tak dapat lagi Membendung emosinya sejak kemarin, karna ia tahu hal itu dapat memengaruhi anaknya dalam kandungan.

Ah dasar, padahal akupun mau bunuh diri, bisa-bisanya aku masih memikirkan anak ini..

[Name] menunduk, merasakan panas nya mata dan sakitnya dada yg telah ia tahan berhari-hari.

tes
tes

Tanpa disadari, tempo buliran air mata nya jatuh dengan cepat serta sesaknya dada membuat keinginannya untuk bunuh diri lebih kuat dibandingkan tekadnya untuk hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa disadari, tempo buliran air mata nya jatuh dengan cepat serta sesaknya dada membuat keinginannya untuk bunuh diri lebih kuat dibandingkan tekadnya untuk hidup.

Matanya yg sudah sembab hasil tangisnya kemarin, bertambah sembab lagi dengan menangis hari ini.

Sudah 30 menit sejak gadis yg malang tersebut menangis,  akhirnya [Name] lega. Pada saat yg bersamaan pula sesuatu yg dingin terasa menempel di pipi nya yg kering dari air mata membuat nya terkejut. 

Ia menoleh ke sisi dengan heran, "Edogawa-san?".

TO BE CONTINUED

FYI : Aokigahara disebut juga "hutan lautan pohon" dan "lautan pohon gunung Fuji". Disebut demikian karena jika angin meniup perpohonan di sana terlihat seperti keadaan ombak di laut. Usia hutan ini diperkirakan sekitar 1200 tahun. Hutan ini dikenal sebagai tempat bunuh diri populer di Jepang.

sc : google

SERIES KE DUA SUDAH PUBLISH DENGAN JUDUL MY YELLOW!!!

-ˋˏ ⎙ 𝐅𝐈𝐑𝐄𝐖𝐎𝐑𝐊𝐒;  ranpo edogawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang