"Akh.." Kepalaku seperti ingin pecah. Pikiranku tidak bisa dikendalikan. Kali ini berbeda. Mungkin ini puncak dari semua rasa sakit yang pernah kualami.
I'm the one but i wan't more, yeah..
Chi qui ta we go top yeah, ya..
Enjoy yourself all night, yeah..
Jump and make it bounce, ya, ya..
"Hah.. hah.." Aku bangun dengan nafas yang tak beraturan. Mimpi apa aku tadi? Itu terasa sangat nyata.
"Akh.." Aku mengacak-acak rambutku frustrasi. Benar-benar tidak bisa kembali tidur. Aku hanya merebahkan diri, menutup mata, lalu bangun lagi. Jam masih menunjukkan pukul 02.47, masih sangat pagi untuk beraktifitas.
===
Aku insomnia, sulit sekali untuk tidur selama tiga hari dan aku juga tidak masuk sekolah. Hanya mendekam di kamar.
Hei! Kau kenapa tak masuk sekolah?
Lyara mengirim pesan, tapi aku hanya membacanya dari luar dan tidak membukanya. Badanku sangat lemas. Mengedipkan mata saja sulit sekali. Lemah sekali ya manusia itu--tak peduli sebesar apapun otot yang mereka punya, diberi rasa lemas atau mengantuk sedikit saja, bagian tipis dan seringan kelopak mata saja tak mampu mereka angkat.
Aku tidak tahu sekarang pagi atau siang. Aku bangun tidur seperti orang gila, karena langit pagi dan sore mirip sekali. Tapi aku tidak peduli, tidak ada waktu untuk memikirkan sekarang jam berapa. Yang jelas selain lemas, sekarang aku sangat lapar dan butuh energi untuk menjalani aktivitasku hari ini. Aku tidak boleh lalai lagi, aku harus produktif mulai hari ini!
Aku bangun dan berjalan ke arah dapur dengan jalan yang sempoyongan. Kepalaku berputar-putar dan badanku perlahan jatuh ke samping kanan, hampir saja kepalaku membentur meja makan, aku berlutut sambil tanganku menggenggam ujung meja kuat-kuat. Aku harus bisa berdiri dan berjalan. Aku harus sekolah hari ini.
Seketika aku membeku. Tiba-tiba dua ingatan datang di saat yang sama. Lagi-lagi kepalaku tertusuk-tusuk.
Bingung dan khawatir.
Apakah ini mimpi?
Atau halusinasi karena beban pikiranku akhir-akhir ini?
Atau aku stress biasa karena tertinggal banyak pelajaran?
Aku terdiam sambil tangan kiriku memijat kepalaku yang sakit dan tangan kananku bertumpu pada meja. Lututku lemas dan aku jatuh terduduk. Pertanyaan kembali berputar-putar di kepalaku.
Apa yang kulakukan selama ini?
Aku tidak bergerak sama sekali.
Aku hanya berputar-putar.
Aku sudah tertinggal jauh.
Apa yang harus kulakukan?
Apa yang kucari?
Aku terlalu takut untuk melangkah dan hanya berkata sambil bertele-tele.
Apa semua orang bosan padaku yang sesulit itu untuk maju?
Kenapa aku tiba-tiba merasa sendirian?
Kenapa aku merasa lemah seperti ini?
Kenapa aku tidak berani menghapai kenyataan?
Kenapa aku terus terjebak dalam "mimpi-mimpi"-ku yang penuh kekosongan dan tanpa arti?
Sebenarnya apa yang terjadi?
Perlahan air mataku menetes. Kenangan buruk mulai dari nilai akademikku yang buruk mulai menghantuiku. Aku mulai membayangkan kesendirian yang bisa saja aku alami--entah datang dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust and Dream
Teen FictionMimpi yang ada kalau kita percaya bahwa ia ada. 1 Januari, my dream.