36. Pada Yang Mati

3K 631 65
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kamu menutup semua pintu, membuatku terkurung dalam penjara penyesalan”

***

Sepasang tangan putih pucat mengelus gundukan tanah basah setelah di terpa hujan, segera saja lumpur mengotori jari-jemari lentik miliknya dengan coklat tanah. Sedangkan udara sore menjelang senja tercium menyegarkan, pohon kamboja yang tumbuh di dekat makam menggugurkan banyak bunga, wanginya bercampur menjadi satu dengan aroma hujan.

“Aku tahu kedatanganku sangat terlambat.”

Mentari bersuara setelah lama terdiam. Matanya menatap nisan yang mengukir sebuah nama…

‘Fajar Azhar’

“Aku tahu. Kedatanganku tidak pernah bisa memutar waktu kembali. Tidak bisa! Meskipun aku menangis darah, meskipun aku meminta. Aku tidak bisa kembali ke masa itu.”

Sejenak kedua tangan Mentari hanya menggenggam tanah basah dengan erat, mencoba menguatkan diri namun kemudian dia gagal bertahan, tubuhnya gemetar tak terkendali, menyerah pada duka dan akhirnya memeluk pusara Fajar dengan tubuh ringkihnya.

“Seharusnya kamu tidak mencintaiku Fajar. Seharusnya kamu tidak menikahiku. Dan lihat apa yang telah aku lakukan? Aku menghancurkan hidupmu. Aku membunuhmu!”

Mentari memukul-mukul gundukan tanah. Menjerit dalam tangis pilu di area komplek pemakaman yang sepi, meluapkan penyesalan yang tidak bisa sembuh meskipun dia mati.

“Aku meninggalkanmu Fajar. Aku membuangmu, aku membunuhmu. Semesta mengutukku. Langit menghujat keberadaanku. Allah berpaling dariku.”

Mentari mencium bau tanah, bau wangi bunga. Pusara yang dia peluk begitu menyedihkan, nisan kayu tampak rapuh, nama yang terukir mengabur termakan usia, menandakan sang pemilik telah lama meninggalkan dunia.

“Harus kemana lagi aku mencari pengampunan? Kamu telah pergi. Kamu tiada. Kamu tidak memberi kesempatan untukku meminta maaf, memberi kesempatan untukku meminta pengampunan. Kamu menutup semua pintu, membuatku terkurung dalam penjara penyesalan.”

Mentari merasa sangat lelah, dia tidak sanggup untuk duduk tegap, hanya memeluk pusara Fajar.

“Aku tahu aku bukan isterimu lagi. Satu langkah kakiku keluar dari rumah itu adalah hari di mana langit pun tahu aku tidak layak lagi menjadi isterimu. Tapi hati ini…”

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang