Chapter 7

1 0 0
                                    

Raja beberapa kali melirik pada Jihan yang masih betah memakai masker. Jihan yang pake dia yang sesak.

"Lo gak mau buka masker lo? Gak panas?" Tegurnya.

Jihan menoleh, tangannya antara mau buka dan tidak.

"Gak usah deh. Muka aku hancur banget," Cicitnya.

Raja mengangguk, "Atau setidaknya itu kacamata hitam lo lepas."

"Maaf. Kamu terganggu ya," Jihan membuka kacamata hitam yang menutupi matanya.

"Gak sih. Cuma kenapa sih lo pake kacamata hitam?"

Jihan menyamping menghadap Raja. Dia menunjuk wajahnya yang penuh cakaran.

"Waktu di BK Kak Poppy sama Risa bertengkar lagi. Terus aku juga kena," Jelasnya.

"Lo sih sok-sokan mau misahan mereka. Lo gak liat badan siapa namanya--

"Kak Poppy,"

"Iya itu, badannya gede banget terus kalian berdua malah adu jambak sama cakar. Ya, kalah lah."

"Kalau gak dipisahin bahaya. Belum lagi Kak Poppy gak akan berhenti kecuali dipisahin,"

"Lo nyebut Kak Poppy mulu. Emang dia Kakak lo?" Raja menggaruk kepalanya yang memang gatal, sepertinya kepalanya jadi sarang ketombe.

"Kakak sepupu aku. Jangan bilang-bilang ya, dia malu punya sepupu kayak aku."

"Malu kenapa? Lo emangnya habis berak di celana sampe bikin dia malu?"

Jihan meringis, tak mengira jika mulut Raja lemes banget.

"Wajah aku,"

Mulut Raja membentuk huruf 'O'
"Emangnya jerawat memalukan?"

"Bagi yang ngerasain pasti bakal bilang iya." Ucap Jihan tanpa melihat Raja. Gadis itu menatapi jalanan.

"Gitu. Lo mau makan gak?"

"Kamu laper emangnya?"

"Yoi, lo ada tempat yang enak gak? Belum banyak tempat yang gue tau."

Mata Jihan menyipit, gadis itu tersenyum dari balik maskernya.

"Iya. Kamu suka batagor gak? Setelah perempatan nanti belok kiri aja, enak lho."

Raja mengangguk, dia tertular senyum lebar Jihan.

"Stopp. Kita parkir di depan Bank situ aja, gratis hehe," Raja tetap mengikuti instruksi Jihan.

Jihan mendahului Raja keluar dari mobil. Sudah hampir sebulan lamanya dia tidak berkunjung ke warung kesukaannya ini. Jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.

Saat menyebrang Raja menggenggam jemari Jihan. Gadis itu sempat terkejut dan hendak melepas genggaman tangan mereka namun genggaman Raja lebih erat.

"Halo Bude Yum," Sapa Jihan riang.

Wanita yang dipanggil Bude Yum tersenyum lebar, "Siapa ya ini? Bude udah gak kenal lagi soalnya udah jarang dateng." Sindirnya.

Jihan mengerucutkan bibirnya berpura-pura ngambek.

"Oh, ternyata Jihan ya? Sudah lupa ya sama warung Bude atau udah dapet tempat yang lebih enak dari ini?" Bude sangat lincah membungkus pesanan orang.

"Maaf ya Bude, warung Bude jauh banget. Pindah di sebelah rumah Jihan aja atuh," Candanya.

"Ya, gak bisa neng geulis. Ada-ada aja kamu. Pesan seperti biasa ya?"

"Iya. Tiga porsi satunya di bungkus ya,"

"Eh, Bude baru ngeh kalau Jihan bawa cowok. Ganteng pisan euy."

Jihan dan Raja duduk tepat di depan gerobak Bude Yum.

"Temen sekolah Jihan, namanya Raja." Jihan memperkenalkan Raja pada Bude Yum. Teman kedua yang dia kenalkan pada Bude Yum.

"Bagus namanya. Bude kira pacarnya Jihan," Godanya. Matanya bahkan mengedip-ngedip.

"Doain aja Bude. Iya gak Han?" Raja ikut mengedipkan matanya genit.

Wajah Jihan sontak memerah meski dari balik masker Raja bisa melihat telinga Jihan yang ikut memerah.

"Apaan sih?!"

Beruntungnya tidak lama kemudian Bude Yum menyajikan batagor di depan mereka. Jihan menurukan maskernya dan juga menutupi sebagian wajahnya menggunakan rambut.

"Lo mau makan rambut? Itu rambutnya kasih ke belakangan dulu." Tegur Raja.

"Nanti ada yang liat wajah aku." Lirihnya.

"Siapa sih yang bisa liat? Lo hadepnya langsung digerobak terus lo di pojok tembok. Ikat rambutnya." Jihan akhirnya menurut. Dia mengikat rambut pendeknya.

"Nah, gini lebih enak diliat." Pujinya. Dia menepuk kepala Jihan pelan.

"Kalau gak nyaman liat muka aku bilang ya?"

Raja membanting garpunya. Dia sangat tidak suka jika gadis itu selalu merendahkan dirinya sendiri. Sedikit pun dia tidak pernah merasa tidak nyaman dengan wajah Jihan. Menurutnya itu wajar, namanya penyakit ya siapa sih yang mau kena? Dia juga punya temen dari Venezhuela yang punya bau badan banget, tapi Raja biasa aja karena dia pikir itu mungkin bisa jadi penyakitnya. Kita mana tau perjuangan orang itu dalam menyembuhkan penyakitnya. Kecuali disengaja nah itu barulah kita bisa membicarakan baik-baik.

"Ngomong gitu lagi gue gebuk ya pala lo pake duit," Ancamnya.

Jihan tertawa mendengar ancaman Raja.
"Kalo duit sekoper aku mau,"

"Ngelunjak ya lo," Dia menoyor pelan kepala Jihan.

"Oh iya, kamu kenapa gak masuk sekolah?" Tanya Jihan. Gadis itu mengulurkan tangan mengambil sambal di samping Raja.

"Jangan pake sambel, lo mau mereka tambah ngamuk sama lo?" Jihan menurut. Betul juga, takutnya makin meradang.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku,"

Raja mengunyah dulu lalu menjawab, "Sekolah membosankan banget,"

"Kok bisa?"

Mata Raja bersiborok dengan netra Jihan yang terhalang kacamata.

Matanya berwarna biru? Atau ungu?

"Soalnya gak ada Jihan,"

***

Splendor KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang