BAGIAN
3.0
▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔
Kudeta
▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁
⋆ u t o p i a l i n g s ⋆
Kalau ada orang yang mengganggap bahwa dirinya adalah manusia paling bodoh di seluruh dunia, mungkin dia belum pernah bertemu dengan diriku. Aku sering marah dan tidak terima, setiap kali kamu menjustifikasi diriku kalau aku ini orang bodoh. Pasti aku akan protes dan meminpali perkataanmu dua kali lipat. Padahal kamu hanya berkata jujur.
Eh, pantas saja aku pernah dengar kalau orang bodoh itu suka bicara ngotot untuk mempertahankan argumennya. Aku begitu soalnya.
Bicara soal bodoh, kebodohan yang aku lakukan sekarang adalah membiarkan diriku sendiri terjerat oleh tipu muslihat orang lain. Padahal modus operandi pria yang kini berjarak tidak lebih dari satu meter di belakangku, cukup gamblang dan aku pun tahu itu.
Memang ya bawahan Tuan Yelliard, auranya saja sudah sangat mendominasi dan membuat siapa saja jadi mudah merasa terintimidasi.
Saat suara langkah kaki yang sebelumnya mengimitasi langkah kakiku mulai meredam, aku beranikan diri untuk mencuri pandang ke belakang. Pupil mataku melebar sedikit ketika menyadari kalau pria berkumis tebal itu tertinggal jauh di belakang. Wujudnya masih terlihat, namun suaranya yang sedang melakukan pembicaraan secara virtual menggunakan ponsel miliknya itu, tidak dapat aku dengar sama sekali.
Rasa ingin tahuku memuncak, memaksa batin untuk segera mengetahui pembicaraan mereka demi kelangsungan hidupku yang sebenarnya sudah aku tebak tidak akan lama lagi.
Sumpah, rasanya aku mulai putus asa lantaran tidak segera menemukan titik terang untuk mengatasi hal ini. Aku bahkan sempat melupakanmu yang sedang berkamuflase menjadi benda mati di dalam koper.
Lokasiku saat ini lumayan jauh dari permukaan tanah. Hanya melihat ke bawah saja, jantungku langsung berdebar cepat seperti akan keluar dari tempatnya. Andai saja ada kuda terbang yang siap membawaku ke mana pun aku pergi. Pasti aku tidak perlu merasakan apa yang aku rasakan saat ini.
Bagus, aku mulai meracau ngalor-ngidul ketika mengingat nyawaku yang kini terancam.
"Adelio, psst." Sebuah suara yang terdengar tidak begitu jelas lantaran berada di ruang hampa, tiba-tiba menyelusup masuk ke telingaku. Mataku yang sebelumnya belum lepas dari eksistensi pria itu, kini dikecoh karena mendengar suara yang berasal dari koper.
Aku menelusuri pandang antara koper dan pria di belakang secara bergantian. Agaknya aku takut kalau gerak-gerik mencurigakanku dapat ditangkap oleh intuisi pria itu.
Setelah benar-benar memastikan keadaan, aku berjongkok untuk mendengarkan perkataanmu di dalam sana. Sekedar informasi, mataku masih terjaga ke arah pria itu sebagai manuver kalau-kalau dia kembali mendekat ke arahku nanti.
"Bagaimana? Waktumu untuk bicara tidak banyak. Sepertinya kita dicurigai," tanyaku sebisa mungkin menjaga suara agar tidak terdengar sampai ke belakang sana.
Kamu tidak kunjung menjawab perkataanku. Aku semakin khawatir juga frustasi pada saat yang sama. "Kita dicurigai." Sedikit mengeraskan volume suaraku, akhirnya aku bisa menghela napas lega ketika kamu akhirnya memberikan respons dari dalam sana.
"Jatuhkan aku." Jawabanmu yang tak terduga cukup membuatku tertegun. Aku mendekatkan telinga ke koper dan mencoba meyakinkan diri sekali lagi dengan apa yang baru saja aku dengar. Seperti sebelumnya, kamu mengulang jawaban yang sama. Benar-benar rupa dari manusia tergila dan ternekat di dunia.

YOU ARE READING
Epilogue
AcakSetiap orang pasti memiliki cerita. Dan setiap pemilik cerita, berhak memilih bagaimana dia akan mengakhiri ceritanya. Berlaku untuk aku, juga kamu. • • • Sudah terlampau lama sejak terakhir kali kebebasanmu direnggut paksa. Dan mungkin ... kamu sen...