12

4.1K 266 6
                                    

Cuplikan

Laki-laki itu—Fabio—terkekeh puas melihat puluhan mayat di sekelilingnya. Dia membelai senapan kesayangannya lalu menyelempangkannya di salah satu pundak dengan tali karet senapan itu. Fabio menghampiri target utamanya yang terduduk dengan kening berdarah di satu sudut ruangan. Terlihat ketakutan, tapi juga penuh emosi.

"Kau benar-benar bukan manusia, Agaratha!" seru orang itu.

PLAK!

Satu tamparan yang sangat keras Fabio daratkan di pipi kanan orang itu sampai sudut bibir orang itu sobek dan berdarah.

"Jangan panggil aku dengan nama keluarga pria brengsek itu!" teriak Fabio. Ketenangannya yang selama ini selalu terlihat lenyap begitu mendengar sebutan itu diberikan padanya. "Aku tidak sudi menjadi bagian keluarga pria tua sialan itu! Dia yang sudah membuat ibuku depresi dan melampiaskannya padaku dengan selalu menyiksaku! Dia bahkan lebih memilih istri dan anaknya yang lain daripada aku dan ibuku yang dia tipu mentah-mentah! Dia... dan orang- orang sok suci seperti kalian sangat pantas untuk mati!"

Fabio menendang orang itu berkali-kali penuh emosi.

"Biar bagaimanapun dia tetaplah ayahmu. Dia menyesal, kau tahu? Apalagi setelah dia tahu akibat dari perbuatannya itu putranya menderita sampai menjadi gila seperti ini."

"Diam, brengsek!" teriak Fabio memberi tendangan di perut orang itu. "Aku tidak gila, bodoh! Aku sama sekali tidak gila seperti anggapan kalian! Aku hanya dipenuhi dendam dan kebencian. Aku hanya ingin melihat orang- orang sok suci seperti kalian mati, lenyap! Negeri ini harus hancur terlebih dahulu agar pemimpin baru seperti temanku bisa memperbaiki semuanya dari awal. Menciptakan negara yang kuat dan disegani seluruh dunia! Hahaha...."

"Kau...."

"Sssttt! Jangan banyak bicara lagi! Sekarang sudah waktunya kau menyusul pria pengkhianat itu ke neraka. Sampaikan salamku untuknya di sana kalau kau bertemu dengannya, oke?" Fabio kembali menyeringai, kemudian menembak orang itu di jantung dan kepala. "Bye, Pak Tua!"

Dengan seringai kepuasan Fabio balik badan dan berjalan dengan langkah santai menuju mobil yang sudah menunggunya di depan kediaman salah satu pejabat negara itu. Setelah mobil itu melaju cukup jauh dari rumah tersebut, Fabio mengeluarkan kotak hitam berbentuk persegi dan menekan tombol berwarna putih di tengahnya.

BUMB! BUMB! BUMB! DUAR!

Suara ledakan terdengar membahana dan api membumbung tinggi meramaikan langit yang gelap malam itu. Rumah besar dan mewah yang belum lama Fabio tinggalkan itu hancur oleh ledakan dan terbakar.

Seringai Fabio semakin melebar.

***===***

Love and see uuuuu....! ^.^

My MochaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang