08• Malapetaka

206 51 22
                                    

"Pegawai gue bilang, si Axel gak dateng di hari pertama kerja. Lo tau dia kemana?” Naya menoleh sejenak, ia meruntuki hujan deras yang tak kunjung reda, mana Cafe sudah di tutup, alhasil ia berteduh di teras cafe. Tidak sendiri. Ada laki-laki menyebalkan yang tak mau pulang meski berulang kali Naya usir. Siapa lagi kalau bukan Arkan Haidar? Si anak baru yang tak kapok mencari masalah dengannya.

Selalu ingin ikut campur dalam permasalahan orang. Dan juga, orangnya sok tahu.

"Kenapa nanya sama gue? Lo punya nomornya kan? Ya telepon lah.”

"Kalian kan deket, jadi gue pikir lo tau alesan Axel gak masuk. Dia juga gak izin sama gue, gue juga udah coba hubungin, tapi nomornya gak aktif, gue cuma takut dia Kenapa-kenapa.” Naya diam, benar juga. Sejak tadi pesannya tak kunjung di jawab oleh laki-laki itu. Naya hanya khawatir kalau Axel terluka saat balapan atau mungkin ada beberapa penantang yang melakukan hal curang dengan menyabotase motornya.

Bisa di bilang, Axel dan Naya ini langganan pemenang lomba balap liar. Jadi banyak penantang yang tak terima dan melakukan hal curang untuk menjatuhkan keduanya.

"Coba lo telepon, barangkali di angkat kalo lo yang nelpon." Naya menoleh sejenak sebelum akhirnya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

Saat ia membuka ponselnya, ada sebuah notif pesan masuk.

Roy: Axel kecelakaan, motornya di sabotase sama Elang. Tapi gak usah khawatir, gue udah bawa dia ke rumah sakit. Sekarang dia ada di rumah gue

Naya meremat ponselnya kuat-kuat. Jadi, Elang berulah lagi? Laki-laki itu kenapa tak pernah punya kapok? Kenapa selalu cari gara-gara dengan Axel? Padahal Axel tak ada sangkut pautnya sama sekali. Kalau ingin marah, marah saja pada ayah Axel, karena dia lah yang menabrak ibunya hingga meninggal. Bukan terus-menerus mencelakai Axel, ini sudah kesekian kalinya Axel terluka. Dan Naya tak akan tinggal diam. Ia akan buat perhitungan.

"Buat beberapa hari ke depan, Axel kayaknya gak bakal bisa masuk kerja.” Arkan menoleh cepat.

"Kenapa?"

"Dia kecelakaan dan kakinya patah." arkan membelalakkan matanya.

"Kok bisa? Dia gak ikut tawuran kan?"

"Tanya aja sama orangnya."

"Sekarang dia di rumah sakit mana?"

"Gak usah di jenguk, dia ada di rumah temen gue."

"Gue gak niat jenguk, gue cuma nanya doang sih.”

"Oh."

🔸🔸🔸

Hari ini Naya memutuskan untuk tidak bekerja.

Perempuan itu sejak semalam terus memikirkan bagaimana kondisi Axel selama di rumah Roy, untuk itu Naya memutuskan untuk mengunjungi rumah laki-laki tersebut.

"Masuk aja, dia ada di kamar. Gue mau beres-beres dulu,” ungkap Roy sembari membersihkan mejanya yang berserakan puntung rokok dan beberapa botol minuman keras.

"Keliatannya lo baik-baik aja ya?” Naya melipat tangannya sembari bersandar di ambang pintu. Memperhatikan Axel yang sibuk bermain game di ponselnya.

"Habis ini, gue rasa jangan nginep di rumah gue lagi deh.”

”Kenapa?”

”Gue bukan tempat lo pulang, lagian gak wajar banget kalo cewek sama cowok tinggal serumah tanpa pengawasan orang tua.”

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang