Matahari mulai menaiki tahtanya. Pagi mulai menjelang dan sinarnya menembus jendela balkon Ardi.
Ardi masih belum terbangun dari tidurnya. Jam terus berputar dan waktu terus berjalan. Siang berganti malam dengan sangat cepat. Saat itu pula Ardi mulai terbangun.
"Hoamm..." ardi menguap kelelahan.
Ia kini beranjak dari kasurnya dan menuju ke kamar mandi. Berdiri di depan kaca sebelum menyadari ada sesuatu yang salah dari dirinya. Mata nya terbelalak hingga kantuknya hilang seketika.
"Aaaaaaaa!," teriak Ardi setelah melihat matanya berubah menjadi merah ruby. Dengan taring tajam mencuat keluar dari mulutnya. Pemandangan yang sungguh mengerikan tetapi siapa sangka itu adalah dirinya sendiri.
"R-reaksi permennya secepat ini?" ardi mulai memberanikan diri melihat wajahnya dengan teliti. Perlahan wajah ketakutan itu berubah menjadi senyuman kegirangan.
"Akhirnya aku bisa menemui Hana dengan penampilan yang dia sukai," sesekali ia menyentuh dengan jempol jarinya untuk mengetahui seberapa tajam giginya itu.
Dengan percaya diri Ardi segera mandi dan bergegas untuk bersiap menemui Hana. Tak lupa ia membawa foto berkepemilikan Hana yang saat itu terjatuh dari lokernya. Ia bahkan melupakan rasa laparnya dan kini perutnya terus berbunyi. Masa bodoh dengan perut ku yang penting aku akan menemui nya sekarang
Dengan kegirangan ia meninggalkan kamar apartemen nya dan bergegas menuju tempat Hana kini berada. Kenapa Ardi bisa tahu? Sudah jelas bahwa Ardi teman semasa kecil Hana, jelas dia akan tahu kemana 'Teman' nya itu akan berada pada sekitar jam segini.
Ardi menuju tempat itu dengan berjalan kaki. Karena dia bukan seorang lelaki yang bisa memiliki sepeda motor meski umurnya sudah terbilang mampu mengendarainya. Lagipula tempat itu tidak jauh dari apartemen nya. Karena mereka selalu bersama untuk mencari tempat bagus yang tidak memakan biaya ataupun jauh dari apartemen mereka.
Ia baru sadar jika dirinya tertidur seharian. Mungkin ini efek dari permen tersebut? Pikir Ardi.
Tuk.. tuk.. tuk...
.
.
.Langkah nya terus menelusuri jalanan malam. Sesekali ia melirik kanan dan kiri. Setelah sampai di tempat tersebut, Hana belum terlihat. Ia pun memiliki niat untuk menunggu nya.
Selang hanya beberapa menit kemudian, akhirnya Hana muncul bersama lelaki lain yang bersamanya. Perasaan girang namun bercampur kesal pun tak terhindarkan.
Ardi masih memperhatikan mereka dari jauh. Tampak lelaki yang bersamanya benar benar berpenampilan dingin untuk menarik perhatian Hana. Entah sudah sejak berapa lama mereka terus bersama. Itu membuat Ardi merasa sangat kesal.
Hanya dari jarak beberapa meter Ardi dapat mendengar pembicaraan mereka.
"Umm, kau terlihat keren..." Hana terlihat mengagumi lelaki itu.
Lelaki itu melirik sekilas lalu mengalihkan pandangan nya ke depan seolah terlihat acuh tak acuh. Meskipun sebenarnya ia senang berduaan bersama Hana.
"Kau juga semakin terlihat cantik dan seksi, Hana." ucapnya menggoda Hana. Tangan lelaki itu bergerak merangkul pinggang Hana yang membuat Ardi makin jengkel memperhatikan mereka berdua.
'Aku tidak bisa membiarkan nya'
Tanpa ragu Ardi mendekati Hana dan berhadapan langsung dengan mereka. Wajahnya yang sedaritadi kesal berubah menjadi gugup ketika Hana memperhatikan wajah Ardi yang memucat. Ardi pun berusaha terlihat keren dengan merubah tampilan rambutnya.
"H-hai, Hana." itu ucapan pertama kali sekaligus kata yang sudah lama Hana tidak mendengarnya seharian dari Ardi sendiri.
"Oh, Hai Ardi. Kenapa dengan wajah mu? Apa kau sakit?," nada suara Hana terdengar mengkhawatirkan Ardi. "Apa kau memakai lensa mata?," lanjut nya.
Sebelum pertanyaan itu terjawab terdengar suara tawa yang kencang dari lelaki yang berada disamping Hana. Hana langsung mengerutkan dahinya.
"Apa yang lucu?!," katanya kesal karena merasa Ardi lah yang sedang ditertawakan. Tentu saja dia tidak akan membiarkan teman nya itu ditertawai.
"Hahahaha... lucu sekali! Penampilan nya benar benar membuat ku kagum," lelaki itu masih saja tertawa dengan menyindir Ardi.
Sementara Ardi menjadi sangat marah. Tangan yang menggenggam foto milik Hana otomatis meremasnya kuat. Ia geram dan marah. Ardi lalu menyerang lelaki itu. Foto yang Ardi pegang terjatuh ke tanah.
Ardi menjatuhkan lelaki itu dengan mendorong bahunya. Kini ardi sedang menindih tubuh lekaki yang menertawainya barusan. Karena perutnya yang lapar terasa lapar, Ardi menjadi tak terkendali. Matanya menjadi merah menyala menandakan lelaki itu siap untuk menjadi mangsanya. Gigi taringnya kembali mencuat keluar dan semakin tajam. Lelaki itu terlihat ketakutan setelah menyadari bahwa Ardi sedang tidak berpenampilan layaknya vampir. Namun, dialah vampir sesungguhnya!
Hana yang melihat kejadian nya terkejut, tidak biar ku perbaiki itu, Hana sangat terkejut. Mengetahui bahwa Ardi adalah seorang Vampire? Entahlah yang penting sekarang bagaimana cara Ardi menahan amarah dan rasa laparnya. Tanpa perlu usaha apapun Ardi tersadar dan wajahnya berubah normal kembali. Dia menyadari bahwa kini ia telah menjadi Monster!
Hana tahu Ardi sudah menyadari apa yang terjadi padanya. Ia lalu berusaha menggapai bahu Ardi, "Ardi? Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?"
Ardi berdiri dan melepaskan lelaki itu. Hana yang kini tengah menatap wajah Ardi dengan khawatir tidak ingin jika Hana ikut terluka karena dirinya. Ardi pun melarikan diri dan pergi menjauhi mereka berdua. Hingga tubuhnya ditelan kegelapan malam.
Lelaki itu langsung berdiri dan berteriak ketakutan. "M-Monster!"
Mata Hana masih tidak berpaling ke arah Ardi melarikan diri. Tanpa disadar kakinya menginjak sesuatu. Itu adalah foto yang Hana sukai.
"Ini kan... Apakah karena ini?," hana kebingungan sambil menatap foto tersebut.
=======================
Di tempat Ardi berada...
.
.
.Yaitu di taman yang sepi.
Aku melakukan kesalahan
Meski begitu ia tidak menyesal.
Bukankah ini yang diinginkan Hana?
Sebenarnya semua berawal darimana?
Aku tidak ingin Hana merasa aku bukanlah orang yang sama...
.
.
.Tiba tiba seseorang melemparkan kertas yang sudah diremas ke kepala Ardi. Hana ternyata ada disini. Ardi menatap Hana dengan sayu.
"Hei, aku tahu kemana kau akan pergi, Ardi." hana tersenyum manis.
Hana duduk disamping Ardi.
"Maafkan aku, ini kesalahan ku, Hana." ucap Ardi lirih.
"Ini bukan kesalahan mu. Lagipula kau tidak perlu menjadi apa yang aku suka. Karena dengan sikapmu yang apa adanya sudah membuat ku jatuh cinta." hana berusaha menghibur Ardi dengan menyatakan perasaan yang sebenarnya.
Ardi melirik ke arah Hana, "Jadi, kau menyukai ku juga?" matanya yang tadi suram kembali berbinar.
Hana terawa kecil dan tersenyum manis padanya, sambil mengangguk ia berkata, "Aku menyukai mu, Ardi San Archopolle."
Dengan berakhirnya kata itu Hana menyenderkan kepalanya di bahu Ardi. Ardi pun tidak keberatan dan merasa nyaman dengan Hana disisinya saat ini. Mereka bersandar seolah berpelukan menikmati malam dengan perasaan yang lega karena sudah menyatakan perasaan mereka masing masing.
---------------------***---------------------
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BITE
FanfictionHanya cerita yang terinspirasi dari animasi Nicole Eckert. Namun memiliki jalan cerita yang sedikit berbeda dari animasinya. Berceritakan Seorang Remaja lelaki bernama Ardi yang ingin menjadi pria yang disukai oleh Hana, temen semasa kecilnya. Ardi...