Kupu-kupu

193 35 1
                                    

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan,"kata dokter, sebagai penutup dari penjelasan panjang lebarnya terhadap hasil rontgen tengkorak Karina.

Kun dan Karina keluar dari ruangan setelah puas mendengarkan penjelasan medis yang runtut. Sebenarnya Karina tidak terlalu memahami perkataan dokter tadi, selain karena dia masih merasa tidak enak badan, juga karena Karina memang tidak pernah paham bahkan saat gurunya menjelaskan tentang biologi, apalagi penjelasan yang baru saja dia dengar.

"Intinya tidak ada yang salah dengan kepalaku kan?"tanya Karina.
"Iya, yang penting jangan jatuh lagi,"jawab Kun.

Mereka berdua saat ini ada di apotek rumah sakit untuk menebus obat.

"Tidak biasanya kau mabuk,"kata Kun.
"Sudah kukatakan berapa kali, aku tidak mabuk,"ujar Karina, "aku pingsan karena melihat hantu ikan paus,"

Kun memutar bola matanya malas, seolah tidak percaya dengan perkataan adiknya.

"Makanya berhenti baca buku-buku tentang hewan yang menakutimu,"kata Kun.
"Memangnya aku baca buku tentang hewan?"gumam Karina kesal.
"Terakhir kali kau baca tentang ular kan,"ujar Kun, membuat Karina terkejut.
"Bagaimana kau tahu?"tanya Karina.
"Diam-diam aku tahu semuanya tentang dirimu,"jawab Kun.
"Daebak,"Karina bertepuk tangan antusias hingga cukup menarik perhatian orang-orang disekitar hingga Kun menyuruhnya untuk berhenti.
"Aku juga tahu kau terpilih sebagai ambassador jurusan bersama Winwin,"kata Kun.
"Tahu juga tidak kalau aku terpilih karena visual bukan karena kemampuan?"tanya Karina, tersenyum masam.
"Omong-omong, bagaimana rasanya berdampingan dengan Winwin?"tanya Kun, mengalihkan pembicaraan agar Karina tidak sedih.
"Biasa saja,"kata Karina, datar.
"Kalian berdua masih tidak melupakan kenangan masa SMA kalian bukan?"goda Kun.
"Jangan bahas itu lagi!"tukas Karina.
Kun tertawa dan mengacak rambut Karina, "bisa-bisanya adikku dan sahabatku terlibat hubungan semacam itu,"
"Dulu ya dulu,"kata Karina, "pokoknya jangan dibahas lagi atau aku akan memukul wajahmu,"
"Sopan kamu begitu sama kakak sendiri?"tanya Kun.
"Sopan,"sahut Karina, lalu tersenyum manis supaya dimaafkan.

·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙ ✩ *̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧

Sudah seminggu sejak Karina dan Winwin mulai latihan bersama untuk pertunjukkan musim semi sebagai sepasang ambassador jurusan. Setiap hari berubah menjadi seperti neraka bagi Karina sejak pertama kali latihan. Dia terus menerus dimarahi. Bahkan ketatnya Profesor Hwang sampai menggunakan tongkat bambu untuk memukul betis Karina setiap dia membuat kesalahan.

"Latihan sampai disini dulu,"kata Professor Hwang, setelah selesai memukul betis Karina untuk terkahir kalinya hari ini, "rasa sakit yang kau rasakan harus membuatmu ingat apa yang harus kau lakukan,"

Kemudian perempuan berusia senja bermulut tajam itu meninggalkan ruang latihan.

"Penampilan ini tidak sepenting itu, jangan memaksakan diri,"kata Winwin pada Karina.
"Maksudmu, kau menyuruhku untuk mundur?"tanya Karina kesal, "menurutmu aku juga tidak pantas menjadi pasangan tarimu?"
"Bukan begitu,"kata Winwin.
"Aku akan berusaha jadi tolong bersabarlah,"tukas Karina, "bersabar dan lihat bahwa aku akan memantaskan diri,"
"Tapi penampilan ini tidak sepenting itu sampai kau rela untuk dipukul setiap hari,"kata Winwin.
"Penampilan ini mungkin tidak penting untukmu karena kau punya banyak kesempatan untuk tampil, tapi ini penting untukku,"kata Karina.
"Penampilan apapun tidak ada yang lebih penting dari dirimu sendiri,"kata Winwin.

Karina tersentuh karena Winwin memperhatikannya.

"Aku tidak akan mundur,"kata Karina, menutup perdebatan mereka hari ini.

Winwin menghela nafas dan mengangguk tanda mengerti.

"Mau pulang?"tanya Winwin.
"Adakah tujuan lain selain pulang?"tanya Karina.

Mama Of Kwangya [FF Aespa X WayV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang