"Seokjin, kau kenapa?," Jimin memilih untuk bertanya. Sejak pelajaran berlangsung, raut muka Seokjin terlihat murung, tidak seperti biasanya.
Yang ditanya menggeleng cepat, memasang senyum yang dipaksakan, "Aku oke Jim."
"Kau yakin? Tidak mau bercerita?" Jimin memastikan.
"Iya aku yakin, hanya saja aku lapar hehe." Seokjin menjawab dengan cengiran khas nya.
Ia tidak sepenuhnya berbohong, perutnya memang terus bergemuruh meminta untuk segera di isi.
Seokjin enggan memberi tahu Jimin mengenai hati dan pikirannya yang sedang tidak bersahabat. Ketika Taehyung sedikit membentaknya, dengan alasan yang sangat tidak etis, Seokjin tidak suka itu.
Menjauhi Jimin? Apa hak nya menyuruh ku seperti itu.
Ya seperti itu lah isi pikirannya, sedangkan si hati selalu merasa tak tenang. Sedikit tidak terima saat Taehyung terus mengucapkan kata demi kata yang menurutnya bertele-tele, seperti tidak pada poin nya. Ditambah perilaku kasarnya itu, masa bodo jika Seokjin dibilang berlebihan. Perlu diingat, selama 21 tahun ia hidup, tak ada seorangpun yang berani berkata kasar apalagi membentaknya.
Kedua orang tuanya pun tidak pernah, paling-paling cuma di nasehati. Itupun disampaikan dengan tutur kata lembut.
Taehyung yang sekarang lebih emosian dibandingkan yang dulu, begitu simpulan Seokjin.
"Ya ampun, kukira kau sedang ada masalah. Baiklah ayo kita makan!" Jimin meraih satu pergelangan tangan Seokjin untuk di gandeng, ini sudah menjadi kebiasaan-nya. Takut Seokjin hilang.
Konyol sekali kan? Tapi Seokjin tidak keberatan, ia nyaman seperti ini, bersama Jimin.
"Sudah tidak ada kelas, mau makan diluar saja?"
Jimin mengudarakan pertanyaannya, sengaja memberi pilihan kepada temannya itu.
"Boleh, kita bisa langsung pulang sehabis makan," Seokjin menyetujui tawaran Jimin.
"Teman lama mu tidak diajak?,"
Seokjin menghentikan langkahnya, ia jengkel saat Jimin bertanya mengenai Taehyung. Jika ingin mengajaknya, pun belum tentu dia mau ikut. Seokjin ingin makan dengan tenang, kalau ada Taehyung bisa-bisa suasana nya akan canggung, mengingat pertengkaran mereka tadi pagi.
"Kenapa berhenti?" Tentu Jimin merasa heran saat Seokjin tiba-tiba saja berhenti.
"Jangan membahasnya, kita makan berdua saja bisa?" Terselip nada menuntut disana.
Jimin semakin tidak mengerti, kenapa Seokjin marah? Memang apa salahnya mengajak Taehyung makan bersama, lagipula Jimin berusaha untuk berbaik hati kepada teman kecilnya Seokjin. Ia cukup paham jika Taehyung tidak menyukainya.
Terbesit pula perasaan senang dalam hatinya. Jimin kira, Seokjin akan melupakannya saat Taehyung kembali. Ternyata dugaannya salah.
"Iya-iya kita makan berdua," Jimin tersenyum senang. Apapun permintaan Seokjin, ia akan menurutinya selagi dirinya mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classified
Teen Fiction"Tidak ada yang berubah, kau tetap terlihat manis. Oh- atau bahkan lebih!" ------------------------------------- "Siapa dia? Kau terlihat akrab sekali" "Hanya teman ku" "Aku tidak menyukainya, jadi jangan dekat-dekat dengannya" ...