"Makasih buat hari ini, hati-hati di jalan. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup." Sesaat kemudian aku pun memalingkan wajah ku dan tersadar bahwa kini kami berdua sudah sampai di depan rumah Melody. Aku pun segera memberikan tas biolanya tersebut dan pergi meninggalkannya. Sial sekali wajah ku harus memanas disaat seperti tadi, aku yakin ia pasti melihat wajah ku memerah dengan sendirinya.
Sesaat kemudian aku pun menatap ke arah langit yang terang pada malam ini. Perkataan Melody tadi masih terbayang-bayang dalam kepala ku. Perkataan dia tak salah.. Dia benar. Tidak ada manusia di dunia ini yang bisa ku percaya selain diriku sendiri, namun tidak ada salahnya juga untuk meminta tolong jika keadaan sudah mendesak. Namun tentu itu bukanlah hal yang mudah untuk ku lakukan.
Setelah berjalan sedikit lebih jauh dari perempatan jalanan tadi, tak terasa kini aku sudah sampai di depan rumah ku. Namun aku sempat terdiam sejenak, aku berusaha tenang sebelum aku masuk ke dalam rumah. Aku sudah menduga bahwa akan terjadi keributan lagi antara Ayah dan Ibu. Setelah merasa tenang, aku pun segera masuk ke dalam rumah dan menaruh sepatu ku di rak.
"Aku pulang," Hal pertama yang ku dengar tentu saja teriakkan Ibu. Ah sepertinya aku belum menceritakan mengapa Ayah dan Ibu ku bisa bertengkar seperti ini. Ibu dan Ayah sama-sama bekerja di suatu perusahaan, namun karena Ibu terlalu mencintai pekerjaannya, Ayah selalu memainkan banyak wanita di luar sana. Tentu saja Ibu tidak terima dengan sikap Ayah dan berujung seperti ini.
Aku pun memasang headphone ku dan berjalan menuju kamar ku, kepala ku menunduk untuk menghindari tatapan kedua orang tua ku. Sesampainya di kamar, aku pun menyimpan tas ku dan menyalakan televisi dengan volume yang sangat kencang. Merebahkan diri di tempat tidur setelah melewati hari yang begitu panjang terasa sangat nikmat. Beban ku terasa lebih ringan dibandingkan ketika aku sedang berada di luar. Tubuh ku juga merasa lebih rileks.
Namun karena terlalu lama merebahkan diri, perlahan-lahan mata ku mulai terasa berat. Aku merasa lelah, aku ingin tertidur. Mungkin tidak ada salahnya jika aku langsung tidur malam ini, aku hanya ingin mengistirahatkan tubuh ku seharian ini dan juga menghindari kenyataan yang pahit di rumah.
Melody POV
Setelah berpisah dengan Tsukishima, aku sempat memandang punggung nya hingga ia benar-benar hilang dari pandangan ku. Punggung itu.. Punggung yang terlihat memanggul beban berat. Aku merasa kasihan kepadanya, meski aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Tsukishima bukanlah tipe orang yang mengumbar masalah pribadinya di depan orang lain, tidak.. Tidak hanya masalah pribadi, namun ia juga jarang menunjukkan ekspresiny dan berbicara. Sekalinya ia berekspresi dan berbicara, jika bukan hal serius maka dia akan mengintimidasi orang-orang. Namun aku tidak pernah menyangka jika orang sepertinya menanggung beban hingga ingin mengakhiri hidupnya.
Sekilas, aku menatap ke arah bulan di atas langit sana dan tersenyum. Tsukishima.. Aku harap dia akan terus bersinar seperti bulan itu, sama seperti arti namanya yaitu bulan.°°°
Sudah satu bulan sejak kejadian itu berlalu, namun kini justru aku dan Tsukishima perlahan-lahan mulai dekat. Tentu saja ia masih tetap Tsukishima yang ku kenal, si garam yang selalu mengintimidasi orang lain dengan tatapan dan ucapannya. Namun entah perasaan ku saja atau bagaimana, ia kini lebih merperhatikan hal-hal kecil dariku. Seperti bertanya apakah aku baik-baik saja atau tidak ketika wajah ku terlihat pucat.
Karena hari ini bosan, aku memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah yang sepertinya akan cukup sepi untuk hari ini. Tak lupa, aku membawa biola ku kesana. Entah mengapa rasanya tangan ku terasa gatal ingin memainkan biola, aku ingin sekali memainkan lagu yang sedang ku tulis. Sesampainya di taman, aku melihat ke arah sekeliling ku yang tampak terlihat sepi. Ah ini benar-benar sempurna. Suasana yang sepi, tidak ada orang, angin yang berhembus dengan lembut, dan daun yang berguguran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐎𝐟 𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠 ¦¦ Tsukishima Kei.
Fiksi PenggemarPada malam itu, Tsukishima Kei tidak mengikuti latihan volley dan memilih pergi menuju rooftop rumah sakit untuk mengakhiri hidupnya. Namun rencananya tersebut gagal ketika seorang pasien wanita berhasil memergokinya. ───────────────────────────────...