"Lo gak punya otak? Tau malu gak lo?"
"Hm?" jawab Diana kebingungan.
"Lo tuh gak pantes jadi istri papa maupun ibu buat gue. Lo tuh gak pantes hidup anjing!"
Braaakk!!
Revan mendobrak meja dengan keras saat mengucapkan kata 'anjing'.
Tiba-tiba seorang lelaki masuk ke dalam rumah Revan tanpa mengucapkan salam.
"Cukup bun! Ayo pulang!" ucap lelaki itu memaksa mengajak ibundanya kembali pulang.
"Vraska?" Revan begitu kaget saat melihat lelaki yang menyebut Diana 'bunda' adalah Vraska.
"Lo gak berhak memperlakukan bunda gue kayak gitu Rev!" balas Vraska penuh emosi.
"Ayo pulang bun."
"Ng-nggak. Bunda bakal pulang kalo Revan sama papanya mau maafin bunda," kata Diana tetap kekeh.
"Apa kamu mau maafin aku mas? Rev?" Diana bersujud menyentuh kaki Revan dan Sandy.
"Sekarang bawa bunda tercinta lo ini pulang!" bentak Revan kepada Vraska.
"Bun ayo pulang! Harga diri bunda udah jatuh bun!" Vraska berusaha membangkitkan posisi ibundanya.
"Kamu kalo mau pulang, pulang aja. Sekarang bunda udah gak peduli tentang harga diri."
"Sampai lo jadi batu pun, gak akan gue maafin--"
"Aku udah maafin kamu Diana," lirih Sandy, matanya menatap lekat Diana.
"M-makasih mas," dalam hati Diana sangat senang, tapi tunggu dulu. Ia masih harus meluluhkan hati Revan agar anaknya itu mau memaafkan dirinya.
"Hah? Papa maafin pengkhianat ini?" tanya Revan tak habis pikir.
"ANJING!" Vraska langsung memukul pelipis Revan. Vraska tidak terima ibundanya terus dimaki-maki.
"Aaaaa!!" teriak Diana shock melihat kedua anak yang dilahirkannya itu baku hantam.
"Cukup! Revan, Vraska, berhenti!" perintah Sandy dengan tegas.
"Sekarang kalian berdua masuk ke kamar! Papa mau ngomong sama mama kalian."
Setelah Revan dan Vraska pergi menginjakkan kaki dari ruang tamu, Revan langsung mengajak Diana berbicara pelan-pelan.
"Jelasin semuanya ke aku Diana."
"Jadi aku mau jujur semuanya ke kamu mas."
"Sebelum aku nikah sama kamu, aku udah nikah sama laki-laki itu mas. Dan aku langsung dikaruniai anak, yaitu Vraska."
"Jarak umur Revan sama Vraska gak jauh mas. Karena habis ngelahirin Vraska, aku nikah sama kamu. Dan kamu tau sendiri kan kalo kita punya anak itu cepet."
"Aku sengaja nikah sama kamu, karena kamu itu kaya. Sedangkan kebutuhan rumah tangga aku dulu itu banyak banget."
"Setelah aku ngerasa kalo aku udah punya banyak tabungan, aku balik lagi sama laki-laki itu. Tapi sayangnya dia malah selingkuh sama cewek lain mas."
Deg...
Tak sadar alasan demi alasan yang Diana lontarkan membuat hati Sandy begitu tertohok.
Untungnya hati Sandy sudah ikhlas memaafkan kesalahan mantan istrinya itu.
"Maafin aku ya mas. Aku ngerasa bersalah setelah semuanya ini terjadi."
"Iya Diana. Aku udah maafin kamu. Trus gimana Revan dan Vraska?"
"Dari yang aku liat tadi, kayaknya mereka udah kenal deh mas, tapi kemungkinan besar mereka gak akur."
---
"Gue gak mau ya lo maki-maki bunda gue lagi," nada Vraska mengancam.
"Dan bawa dia jauh-jauh! Gue gak mau liat muka dia lagi."
"Lo kenapa sih segitu bencinya sama bunda gue?"
"Karena dia udah ninggalin luka yang ngebuat gue gak bisa ngelupain luka itu," rahang Revan mengeras.
"Lebay lo."
"Lo bisa bilang gitu karena lo belum ngerasain apa yang gue rasain," Revan menatap mata Vraska dengan tajam.
---
Revan dan Vraska di perintahkan oleh Sandy untuk keluar dari kamar dan mengobrol pelan-pelan tanpa ada unsur emosi.
"Revan, Diana sama Sandy hari ini nginep disini dulu ya. Kasian udah malem."
"Ooh bagus, tidur aja disini. Biar Revan aja yang keluar," Revan bergerak untuk mengambil jaketnya lalu keluar dari rumah tanpa berpamitan.
"Revan! Mau kemana nak?" Diana berusaha mencegah namun hasilnya nihil.
"Mas, seharusnya tadi kamu gak bilang gitu. Revan jadi pergi kan," Diana merasa sangat bersalah.
"Gakpapa biarin, namanya juga anak cowok, nanti juga balik."
"Kamar kamu di lantai 2 ya, Diana," tambah Sandy.
"Makasih mas."
"Om, bun, Vraska mau nyusulin Revan dulu ya," Vraska berpamitan dengan sopan.
"Iya nak hati-hati."
---
Vraska melihat Revan yang sedang duduk termenung di salah satu kursi taman.
Tanpa pikir panjang, Vraska langsung menghampiri saudara tirinya itu.
"Ngapain lo?" tanya Revan dengan sewot saat menyadari Vraska duduk di sebelahnya.
"Kenapa sih lo sewot mulu kalo ngomong sama gue."
"Terserah gue lah bangke."
"Hm. Jangan pernah bilang ke siapa pun kalo kita berdua saudara tiri," tambah Revan.
"Kenapa?"
"Karena gue gak mau orang-orang tau kalo gue punya mama bajingan kayak dia. Ngerti?!"
"Lo ngomong yang aneh-aneh tentang nyokap gue, gue hajar lo anjir!" Vraska menyahut, tapi tidak digubris oleh Revan.
Saat melihat beberapa sudut taman yang terlihat indah, bola mata Revan teralihkan pada gadis yang terlihat familiar.
Spontan ia langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri perempuan itu.
"Lo sendiri?" tanya Revan ketika melihat Aora yang sedang memakan es krim sendirian.
"Hah?! I-iya. Revan kok bisa ada disini?" Aora kaget. Sontak es krim bervarian rasa cokelat itu lumer di bibirnya.
"Ck. Kalo makan es krim yang bener dong, cemot kan lu," Revan mengambil satu lembar tissu lalu membersihkan sisa cokelat di bibir Aora.
Hal itu membuat pipi Aora menjadi blushing. Tidak mau Revan mengetahui hal ini, Aora segera menepiskan tangan lelaki itu. Lalu sebisa mungkin ia menyembunyikan pipinya.
"Ngapain lo?"
"Hah? Ng-nggak!"
"Lo kenapa anjir."
"Gakpapa ih."
"Lo jadi orang gak peka banget sih Rev. Masa lo gak tau kalo Aora lagi salting? Gak peka atau pura-pura gak tau lo?" tanya Vraska yang tiba-tiba muncul dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl (Completed)
Novela JuvenilBIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YA!! Jgn lupa vote jugaaa!!! SEQUEL DI PUBLISH JIKA TEMBUS 500K VIEWERS <><><><><><><><><><><> Kesalahan yang Revan dan Aora perbuat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam pernikahan. Tapi tunggu dulu! Saat mereka menjal...