Bagian 29 ||Red Blood||

24 22 0
                                    

Xander berlari menaiki anak tangga, dia bahkan sudah tak peduli lagi dengan anak kucing yang menatap nya di tangga. Ia terus berlari menuju ruangan ayah nya, ia membuka pintu dan mendapati sang ayah yang juga sedang menatap nya. 

"Xander??Apa yang membawa mu kemari nak?" seru Mr.Erick berusaha untuk bangkit dan bersender di sandaran kasur yang ada di belakang nya 

"Tristan sudah mengatakan semua nya pada ku. Maaf tadi aku tidak mendengar mu dan malah membentak ayah. Maaf ayah, aku salah!" ujar Xander sambil meneteskan air matanya di depan Erick 

Erick, lelaki paruh baya itu menepuk punggung Xander yang menangis di sebelah nya. Masa seperti ini mengingatkan nya pada masa-masa Xander kecil yang waktu itu juga menangis di sebelah nya.Saat ia menemukan lelaki di depan nya di rumah kecil yang kehilangan keluarganya. "Sudah nak, tenangkan jiwa dan pikiran mu. Ayah tidak pernah menyalahkan mu karena itu. Bahkan ayah yang merasa bersalah karena tidak memberitahu mu lebih awal. Jika kau tau, ayah rasa kesalahpahaman ini tidak akan terjadi!" 

"Maaf ayah!" 

Xander berjongkok dan menangis, ia menarik nafas nya dalam. Cukup lama lelaki paruh baya itu menenangkan nya. Xander menatap lelaki paruh baya yang sedang berada di kasur nya. Malam sudah semakin larut, angin berhembus dari jendela kamar yang masih belum tertutup sepenuh nya. Tristan yang sudah berada di sana sejak tadi berjalan mendekati jendela itu dan menutup nya. Usai berbicara dengan gadis bernama Alice dan Logan itu, ia memutuskan untuk menyusul Xander yang sudah ia pastikan sedang menangis. 

"Kau sudah kembali? Mengapa tidak memberi kabar kepada ku?" 

Xander menatap ke belakang saat Mr.Erick berbicara ke arah belakang. Ia menatap Tristan yang tersenyum pada mereka. Xander memang harus mengakui, diantara Oliver dan Tristan. Lelaki di depan nya ini memiliki penjiwaan yang paling baik. Jarang marah dan selalu patuh pada setiap perintah dari 'Mr.Erick' dan hal yang membuat Xander bertanya-tanya. Mengapa Mr.Erick tidak mengangkat Tristan sebagai anak nya? 

"Aku sudah berada di sini beberapa hari ini Tuan, hanya mengawasi dari jauh. Rencana awal aku ingin segera kembali, namun saat menyadari bahwa ada beberapa iblis yang mengintai di sekitar rumah. Aku memutuskan untuk mencari tahu apa penyebab nya dan aku juga memutuskan untuk muncul tadi!" 

"Iblis? Apa kau bisa merasakan kehadiran mereka juga?" ujar Xander yang sudah bangkit berdiri 

"Ya, dan aku menangkap beberapa dari mereka. Kebanyakan adalah ras 'Jikininki', aku tidak tau mengapa iblis pemakan manusia itu bisa memasuki wilayah ini. Namun, selain mereka. Aku juga merasa aura yang kuat dan aku rasa mereka ikut membantu melindungi rumah ini dari para iblis itu!" jelas Tristan mengambil duduk di atas bangku di depan Xander 

"Aku senang kau kembali dengan baik-baik saja Tristan!". Erick yang tadi diam akhrinya membuka suara "Dan ingat untuk tidak memanggil aku tuan, aku ayah mu juga nak!" 

Tristan hanya tersenyum, "Terimakasih tuan, tapi aku rasa aku tidak pantas untuk itu. 'Tuan' adalah panggilan yang tepat untuk orang sebaik anda!" 

Erick menarik nafas nya dalam, menatap Tristan yang benar-benat tidak pernah mengubah sikap bahkan panggilan untuk nya. Nasib Tristan sebenarnya hampir sama dengan nasih dari Xander, namun jika bisa dibandingkan. Tristan memiliki latar belakang yang cukup menyedihkan. Lelaki itu lahir dalam keluarga yang menggunakan 'satan' sebagai aset agar mereka kaya raya. Tristan memiliki 2 orang saudara yang berakhir menjadi tumbal untuk para satan itu. Ayah nya sendiri tega melakukan itu pada anak-anak nya. Saat Tristan hendak ditumbalkan, ia dan para pemburu satan lain nya datang dengan tepat waktu. Mereka berhasil menyelamatkan Tristan, namun tidak dengan kedua saudaranya yang sudah lebih dulu di bunuh di depan mata anak itu sendiri. Itu lah sebab nya Tristan sebenarnya masih trauma dengan sosok seorang ayah. 

The Last Weird (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang