Lantai yang cukup dingin bersentuhan dengan celana jeans yang aku pakai.
"Sekitar pukul 11.15 malam, kemungkinan mereka akan melakukan rotasi lagi..." aku bergumam sambil melihat jam tanganku. Aku yang sekarang sedang berlutut tidak percaya akan melakukan hal ini. Setelah lima jam para teroris berlalu lalang, bergantian patroli sesuai jadwal setiap satu setengah jam, ini saatnya aku mulai bergerak. Mengecek ulang persediaanku, aku hanya menemukan dua botol air mineral yang tersimpan di tas, laptop, dan... tidak ada lagi selain gunting kuku.
"Gunting kuku?" aku pun bingung kenapa gunting kuku bisa di dalam tas berwarna hitam yang memiliki logo laptop itu. Apakah aku lupa meletakkannya kembali ketika pulang dari kampung halamanku? Selain gunting kuku ini, tidak ada lagi barang yang di dalam tasku selain buku dan pena. Aku rasa semua hal ini tidak dapat berguna, kecuali...Aku ambil gunting kuku yang berada di bagian depan tasku dan mengeluarkan dua kartu debit bank dan juga "lem Korea" yang sahabatku beli ketika memperbaiki sepatunya; tentunya dengan uangku. Dengan tutupnya yang sedikit keras, aku membuka botol lem tersebut dan menuangkannya sedikit pada salah satu kartu debit tersebut. Setelah itu aku menempelkan kartu yang sudah ada lemnya dengan kartu satunya lagi. Dan sekarang aku harus menunggu.
Jam tangan menunjukkan pukul 11.25 malam, lemnya sudah cukup mengering dan aku bisa melanjutkan rencanaku. Ku ambil kartu yang sudah bergabung tersebut dan menggunakan gunting kuku, aku menggesek salah satu sisinya. Semakin banyak gesekan yang terjadi, "kulit" dari kartu tersebut mulai berkurang, dan lambat laun menyisakan sebuah sisi yang bisa dibilang "cukup tajam". Ini merupakan senjata buatanku, jika ada hal yang tidak diinginkan. "Aku harus segera bergegas untuk kabur" pikirku dalam hati.
Posisiku ada di sayap kanan kampus, terakhir ketika di bagian tengah kampus para teroris itu sedang menggiring para dosen dan dewan besar kampus, untuk para mahasiswa... Tidak ada waktu lagi untuk memikirkan itu, aku berharap Raka dan Filo dapat kabur dengan selamat atau setidaknya baik-baik saja. Meskipun, tidak ada yang baik dari keadaan ini. Ah setidaknya aku ingin berhubungan dengan cewek sekali saja...
Suara tapak kaki terdengar oleh telinga kananku, suaranya berat, seperti balok yang memukul tanah. Mungkin itu salah satu teroris yang sedang patroli atau sebagainya. Mereka cukup beragam dan tidak seperti teroris pada film ataupun game yang aku mainkan, di mana teroris ini tidak memiliki seragam yang matching. Aku memutuskan untuk tidak keluar dulu sebelum dia menyelesaikan patrolinya.
Kriik-
Suara pintu dibuka, kepalaku langsung menoleh ke arah kiriku. Untungnya pintu ruanganku masih tertutup, itu berarti ruangan di sebelahku yang dimasukki teroris itu. Aku harus segera bergegas jika dia akan memeriksa ruangan ini juga. Sebisa mungkin aku harus mengurangi suara dan beban tubuhku, jadi aku terpaksa meninggalkan laptop dan buku-buku yang ada di dalam tasku. Untungnya aku menggunakan sepatu dengan sol seperti busa yang membuat suara tapak kakiku tidak berisik, tetapi barang di dalam tasku yang menjadi masalah... Aku mengikat dengan kencang tali tas itu ke punggungku sehingga barang yang ada di dalamnya tidak dapat bergerak dengan leluasa. "Senjata" yang aku miliki hanyalah kartu kredit yang pinggirnya ditajamkan, jadi sebisa mungkin aku harus menghindari pertemuan dengan orang-orang berbahaya seperti mereka.
Ketika aku membuka pintu ruang kelas yang aku tempati, terdengar suara teroris itu dari dalam ruang sebelah. "Hai cewek, ternyata masih ada aja yang sembunyi di sebelah sini." Dia berkata dengan suaranya yang agak keras. Aku melihat ke sekeliling koridor, sepertinya tidak ada orang lain yang berpatroli; kemudian aku melihat ke lantai bawah dan seberang dari pinggir pembatas, tidak banyak yang sedang berpatroli, mungkin sudah saatnya mereka bergantian.
Tidak banyak suara yang keluar dari ruangan itu, hanya gesekan dari kursi dan meja yang terdengar. Haruskah aku masuk? Tetapi aku tidak seharusnya melakukan ini, aku harus menghindari segala jenis pertemuan dengan teroris itu jika ingin selamat. Iya, aku harus cepat pergi dari sini, satu-satunya jalan keluar yang bisa aku tempuh yaitu pintu rusak pada sayap kiri kampusku. Pintunya rusak sehingga tidak bisa dibuka dari luar, tetapi bisa dibuka dari dalam, para teroris itu kemungkinan tidak akan tahu tentang pintu itu.