25{kutukan}

5.3K 979 13
                                    


"--lawan aku!"

Vloe tersenyum, tanpa aba-aba sebilah es tajam keluar dari lengan pakaiannya. Dia dengan cepat melesat ke arah nenek tua tadi, "haha, terlihat jika Nini sangat yakin, ya?"

Walaupun dengan gelagapan, nenek itu tetap menangkis serangan Vloe membabi buta dengan tongkat kayunya. Disisi lain, tidak ada bedanya dengan Vloe, Almesho bersama Salomon mencoba menghabisi luapan iblis yang tak ada habisnya.

"Salomon, mengapa makhluk biadab ini tidak ada habisnya?!"

"Penggal saja kepalanya!"

Suara tendangan bertubi-tubi terdengar, itu berasal dari nenek penyihir yang terseret mundur karena tendangan beruntun dari Vloe di perutnya. Sampai kemudian tubuhnya terseret di tanah saat kedua kaki Vloe menekan perutnya keras. Gadis bersurai silver itu menutup mulutnya seolah bersimpati.

"Wah, sekarang aku merasa seperti cucu durhaka. Yah tak apalah, lagi pula Nini pantas mendapatkannya."

"T-tunggu!" Vloe yang hendak menusukkan bilah esnya ke wajah nenek itu tertahan, gadis itu menatap orang tua dibawahnya,"N-nini hanya diperalat! Yah benar, untuk--"

"Oh? Itu... Memilukan sekali ya, aku akan menolongmu Nini," Vloe tersenyum, inilah deja vu . Ia mendekatkan wajahnya tepat di atas wajah si nenek. Kedua netra kristalnya mengunci mata lawannya, beberapa helai rambut Vloe jatuh di kedua sisi wajah nenek penyihir itu."... Aku akan menikahkanmu dengan seorang roh."

Vloe mengerjap sebelum menambahkan"... Sebelum itu kamu harus mati dulu,"

Crack!

Tanpa aba-aba, bahkan Almesho yang sempat melirik pun terkejut bukan main. Vloe menancapkan bilah es di tangannya tepat ke dahi musuh di bawahnya. Nenek itu terbelalak dengan mulut terbuka, Vloe mengatupkan rahangnya agar tertutup. Tidak, nenek itu berucap sesuatu sebelum kematiannya. Dan saat itu rasa ngilu menjalar di dada Vloe.

***

"--ingin jika Aku tidak dapat memilikinya, maka siapapun juga tidak boleh bisa memilikinya." Pandangan gadis itu beralih sinis,"termasuk Nona Vloe."

"Ohoh? Apa dia penguasa selatan?"

Rae mengangguk lesu,"rasanya aku ingin dia lenyap saja. Semenjak dia muncul, semua perhatian beralih padanya. Raetty sedih, nek."

"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan?"

Mendengar itu, Rae tersenyum senang, ia mendongak,"aku ingin negerinya hancur terserang iblis. Lalu, bagaimana caranya melenyapkan dia, nek? Sudah menjadi cerita umum jika kita merebut sesuatu dari Calvara, dewi akan memberi sebuah kutukan..."

"Kamu benar,"

"Eh?" Rae mengerjap polos.

"Kamu pintar, Nak. Itulah, sebuah kutukan!"

Mendengar itu Rae bertepuk tangan sekali,"wah? Benarkah--"

"Tetapi..." Rae diam memperhatikan apa yang akan dikatakan nenek itu selanjutnya,"... Itu butuh sebuah pengorbanan,"

Rae terdiam lagi, ia berpikir itu sangat merugikannya.

"Tenang saja, itu bukanlah tentang nyawa tetapi waktu. Aku membutuhkan beberapa bulan untuk menyiapkan hal ini,"

Kedua sudut bibir Rae terangkat sempurna,"wah, benarkah? Terima kasih, nenek!"

"Untuk melancarkan jika gagal. Kita dapat melakukan ini..."

***

"Kamu akan kemana, kak?"

Zhen menoleh mendapati sosok laki-laki dengan wajah sedikit mirip dengannya, Xion. Adiknya itu sudah kembali dari pengembaraannya. "Calvara,"

"Hm? Kudengar jurang disana tengah meluapkan banyak mayat hidup,"ujar Xion, saat ia menoleh kakaknya sudah hilang dari sana.

***

Almesho secara tiba-tiba jatuh terduduk, ia menekan dadanya yang sakit. Vloe mendekat menghiraukan rasa ngilunya, ia dengan segera berjongkok di sampingnya sementara Salomon menghalau para iblis.

"Almesho, kamu kenapa? Apa ada suatu penyebab?"

Almesho tersenyum kurva,"aku senang kamu tidak bertanya apakah aku baik-baik saja. Entahlah, akhir-akhir ini aku terbiasa merasakan hal ini, gelisah tidak menentu sampai ingin tidur pun rasanya sulit."

Vloe terdiam sejenak,"berapa lama kamu tidak tidur?"

"Hanya dua bulan," jawab Alemsho sontak membuat Vloe ingin menjatuhkan rahangnya,"kamu gila! Hanya kamu bilang?! Itu lama, pantas saja kondisimu seperti ini! Jika seperti ini, apa gunanya kemampuan membaca masa depanmu!"

Terlihat Almesho yang diam memegangi dadanya yang berdetak tak karuan. Ia menjawab,"itu seperti ada sihir hitam yang menghalangi. Nenek itulah penyebabnya," keduanya menatap mayat nenek penyihir tadi yang teronggok mengenaskan.

"Ini," Vloe memberikan sebatang caramel untuk pemulihan laki-laki di depannya. Almesho menerima tanpa bantahan dan memakannya. Saat itu, Vloe tak sadar sesuatu yang tajam menuju dengan cepat ke arah keduanya. Saat Almesho menatap Vloe, dia terbelalak sebelum menarik gadis itu ke dalam dekapannya.

"Eh?!"

Vloe terbelalak sampai terdengar sebuah tusukan dan badan Almesho yang melemah. Laki-laki itu memuntahkan darah seraya meringis kesakitan. Melihat itu, kelopak mata Vloe melebar, mulutnya terasa kaku seolah tak dapat mengatakan apapun. Sedangkan kedua netra kristalnya terpaku pada sesosok gadis bercadar, dia seperti menyeringai padanya. Gadis itu pergi melalui portal dari sana, lihat saja, Vloe pasti akan membalasnya.

Tubuh lemas Almesho bertumpu pada Vloe, laki-laki itu tersenyum saat merasakan tubuh Vloe yang kaku dan sedikit bergetar.

"Ada apa denganmu, Vloe? Kamu ketakutan, tidak biasa ya..." Suara batuk Almesho terdengar disertai darah yang keluar. Tusukan tadi mengena tepat di atas jantung Almesho.

Vloe meletakkan kepala Almesho di pangkuannya,"kamu jangan banyak ber--"

"Vloe,"

"...ya,"

"Untuk kali terakhir...kamu bersedia menjadi permaisuriku?...Satu-satunya pasangan hidupku?"

Vloe meringis, antara rasa sakit yang mulai menjalar dari dada dan melihat keadaan laki-laki di pangkuannya. Luka Almesho masih menganga, regenerasinya lambat,"disaat seperti ini apa yang kamu sampaikan?"

Kedua kelopak mata Almesho memejam,"apakah itu penolakan, lagi?"

Mulut Vloe akan berucap tetapi menutup kembali, tidak, disaat seperti ini ia harus tenang. Senyum terukir di bibirnya,"aku akan menerimanya jika kamu pulih kembali," gadis itu merogoh botol kecil dari balik jubahnya. Itu satu-satunya caramel yang hendak ia minum tetapi karena Almesho lebih membutuhkan, akan lebih baik untuknya saja.

Begitulah, sebuah kutukan. Itu yang Vloe tangkap dari kata-kata terakhir nenek penyihir tadi.

"... Kutukanku menyertaimu. Kau tak akan bertahan lebih dari sehari, selamat mend--d...er...ita..."


The Heir to The Crown{End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang