Part 4

286 58 6
                                    

"Ini yang terakhir, aku rasa aku tidak bisa melanjutkan hal ini denganmu" kata Hoseok, napasnya masih terengah-engah,
Hoseok dan Taehyung baru saja memuaskan nafsu mereka. Ia berbaring lemah, disisi Taehyung, Taehyung yang kini terduduk itu menatap bingung Hoseok.

"Apa sih yang kamu bicarakan?" Tanya Taehyung, Hoseok memutar bola matanya, mencoba duduk dan menyetarakan diri dengan Taehyung. Ia menatap Taehyung lekat-lekat.

"Kamu pacar teman kerjaku, aku tidak mungkin melanjutkan ini, segilanya aku, aku tidak mungkin patahkan hati Soonyoung" kata Hoseok, Taehyung tidak bersuara, ia hanya menarik napas pelan.

Hoseok kembali berucap, "harusnya kamu bilang dari awal, kamu tahukan susahnya dapat sosok yang cocok dalam seks. Susah sekali, sekarang setelah aku menemukan dan nyaman dengan kamu, kamu malah milik orang lain. Aku kecewa" katanya pelan.


"The thing is I'm not Soonyoung's boyfriend" kata Taehyung tak kalah pelan, ditatapnya Hoseok sebelum berdecak dan kembali berucap, "it is complicated, aku tidak bisa menjelaskannya, tapi tentang Soonyoung itu urusanku"








"Bagaimana hanya jadi urusanmu kalau yang kulihat setiap hari di kantor adalah Soonyoung? Sudahlah kita hentikan saja perjanjian kita ini. Aku serius tidak mau meyakiti siapapun disini. Termasuk kamu, aku atau Soonyoung. Soonyoung mungkin akan sedih jika kamu tidak mengakui dia seperti itu!" Kata Hoseok pasti.

"Ya..ya.. terserah, bertaruh, kamu tidak akan dapat teman seks seperti aku lagi" kata Taehyung malas, kepalanya sakit sekali. Tenaganya sudah dia habiskan di ranjang tadi, dan kini untuk saling berteriak? Sepertinya tidak usah, Taehyung harus mengirit tenaganya sampai dia tiba di rumahnya sendiri.


"Iya! Memang tidak akan pernah lagi, kamu kan cuma 1 di dunia, toh aku sudah nyaman denganmu. Ini menyebalkan sekali! Harusnya kamu beritahu dari awal!" Kata Hoseok




Taehyung mengangguk setuju. Dia lelah. Ia beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri dan segera angkat kaki dari hotel itu. Hanya sapaan selamat tinggal yang bersisa dari bibir kedua orang itu.









Hoseok menghela napas, seharusnya dia tidak harus begitu kesal dan marah, seharusnya mereka hentikan perjanjian teman seks mereka ini, lalu hidup kembali masing-masing. Tapi jawaban Taehyung yang tidak mengakui Soonyoung begitu menyebalkan. Kalau benar-benar cinta kenapa harus disembunyikan, sial betul.





Ah, padahal tubuh Hoseok sudah cocok sekali dengan tubuh Taehyung. Harusnya Hoseok tidak perlu mencari pemuas lainnya di luar lagi.
Ah sial.



Ah, harusnya sejak awal. Sejak pertama kali Hoseok dan Taehyung bertemu hari itu. Sejak mereka saling bertatap muka dan saling bertukar sapa, mungkin seharusnya sudah ada keterbukaan barang begini.

Kalau diingat-ingat, mereka tidak tanya status satu sama lain. Karena pada akhirnya mereka hanya 'teman seks', tidak ada perasaan, tidak ada kasih atau cinta yang perlu ditunjukkan satu sama lain. Cukup memuaskan satu sama lain saja di ranjang dan hubungan mereka sudah saling menguntungkan.



Ah, tapi harusnya mereka memang tegaskan beberapa hal.
Tegaskan beberapa hal sebelum saling mencumbu tubuh satu sama lain.
Hoseok kira 'teman seks' hanya sebatas itu, memuaskan nafsu, dan berhenti disitu. Tidak lebih. Tidak peduli dengan ras, agama, pekerjaan, pendidikan, atau status hubungan, selama tubuh mereka cocok dan tentu saja tanpa penyakit menular, menurut Hoseok itu sudah cukup.

Ah.



















Hoseok menatap Seokjin, ia sibuk memainkan penanya dibanding mulai mengerjakan tugasnya.
Seokjin yang merasakan tatapan Hoseok melekat padanya akhirnya menatap balik sahabatnya itu.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Seokjin
"Aku sudah memutuskan hubunganku dengan si pemilik tubuh sempurna. Mau bantu aku cari orang lain yang lebih baik lagi?" Tanya Hoseok




Seokjin menggeleng dan tertawa, "Hoseok-ah, aku mencintaimu tapi aku rasa otakmu terjebak diantara selangkangan dan pekerjaan" kata Seokjin, Hoseok tersenyum kecil dan mengangguk, "aku tidak akan mengomentari statement mu itu"







"Cobalah mulai jatuh cinta. Cinta itu menyenangkan, kau juga bisa punya ikatan yang lebih kuat daripada 'teman seks', seperti aku dan Namjoon, lihat kami, lihat kami memanjakan satu sama lain tidak hanya dengan tubuh, tapi juga dengan perhatian, kasih sayang dan cinta. Oh coba lihat juga itu Soonyoung, bukankah enak selalu dibuatkan makan siang dan diberi perhatian? Kau bisa dapat lebih atas nama cinta" kata Seokjin pasti.








"Ew, i'm not talking about you or that guy named Soonyoung. I'm talking about me. Aku tidak peduli dengan hubungan kalian yang lovey dovey, yang aku butuhkan hanya teman seks dan itu saja. Please" kata Hoseok


"Ah menyebalkan jika akan berakhir dengan kau yang menceramahi ku dengan cinta busuk itu" kata Hoseok lagi yang kini fokusnya ia tujukan pada komputernya.








"Nanti deh, tidak sekarang. Nanti ada saatnya kamu tahu kalau kamu akan lebih baik dengan cinta" kata Seokjin

"You and your delusional heart about love, ew" jawab Hoseok cepat.












Hoseok bingung, ya bingung.

Hoseok rasa tidak masuk akal, sangat tidak masuk akal. Cinta itu perasaan yang aneh. Bagaimana bisa kamu katakan kamu cinta ketika jantungmu berdetak dengan cepat? Kamu bisa saja sedang mengalami serangan jantung. Bagaimana kamu bilang cinta ketika senyum terbentuk di wajah kamu ketika menatapnya? Mungkin wajahnya terlihat konyol dan itu membuat kamu tertawa. Bagaimana kamu bilang cinta sehingga kamu memutuskan untuk tinggal bersamanya? Kamu bahkan tidak tahu mungkin dia adalah seorang psikopat. Bagaimana kamu bilang cinta sehingga kamu memutuskan untuk menghabiskan sisa usiamu dengannya? Dia mungkin akan meninggal 2 atau 3 hari setelah kalian berjanji di depan altar.




Cinta. Wow what kind of bullshit is that?






Kamu mungkin hanya nyaman, sehingga kamu takut kehilangan. Sehingga kamu lakukan apapun untuk buat dia tetap tinggal.




Next Chapter 🔜

조명 - UntitledWhere stories live. Discover now