43. 👈👉

40 7 27
                                    

Tulisan gabut, maaf kalo ada typo, silahkan komentar karena suaramu menentukan kinerjaku!!

***

Selama hari-hari indah itu berlalu, aku menderita. Bahkan sekalipun orang-orang tersenyum, hanya aku yang terluka.

(_____Substitusi____)

Riana menarik nafas panjang dan membuka pintu itu. Wajahnya tersenyum miring melihat tubuh Jesi yang luka-luka karena ulahnya. Namun dengan cepat dia menepis rasa bahagia itu, namanya juga ini baru permulaan dari rencananya. Dia mengingat perlakuan ibunya Jesi lalu mendekati anak itu yang sudah lemas.

"Hei bangun," ucap Riana menendang Jesi dengan kakinya.

Jesi perlahan membuka matanya dan melihat Riana. "Bun, jangan pukul Jesi lagi, rasanya sakit sekali," gumam Jesi.

Riana berdehem. "Saya tidak ingin membuang waktu untuk menyentuh tubuhmu yang kotor. Sekarang pergilah ke kamar, dan ingat jangan coba-coba untuk mengadukan hal ini kepada suami saya. Paham?" kata Riana.

"Baik bunda,"

"Bagus," ucap Riana lalu pergi.

Jesi mencoba bangun dengan sisa tenaganya. Padahal tubuhnya masih sangat sakit dan sulit untuk bangun.

Dengan langkah yang tertatih, Jesi berjalan menuju ke kamarnya lalu duduk di atas kasur.

"Kenapa hidup ini selalu menyakitkan? Setiap hari yang aku jalani selalu dipenuhi oleh penderitaan." gerutu Jesi melamuni hidupnya.

Jesi jadi ikutan menyerah pada kehidupan, ia duduk melamun sembari menoleh ke arah kaca rias. Jesi menghampiri laci meja riasnya, ia membukanya lalu mengambil beberapa obat-obatan.

Zentana! Obat yang pernah Jesi minum sebelumnya ternyata masih ada. Jesi membawa 3 pil obat itu menuju ke kasurnya.

"Mungkin dengan cara ini aku bisa tidur nyenyak." ucap Jesi lalu memasukan obat itu ke dalam mulutnya dan memakannya hingga kandas.

Selang waktu beberapa menit Jesi terdiam. Tiba-tiba perutnya terasa sangat kesakitan, ditambah lagi dengan matanya yang sudah mengantuk.

Seketika Jesi langsung merebahkan tubuhnya ke kasur dan tertidur.

Bumi tampak begitu indah dan banyak kupu-kupu berterbangan di taman. Harumnya aroma bunga yang mekar membuat Jesi tersenyum penuh makna. Jesi berada di sebuah alam yang sangat indah, tapi dimana? Tempat itu sama sekali tidak Jesi kenali.

"Apa aku ada di surga?" ucap Jesi merentangkan tangannya.

Jesi menghela nafas lalu membuka mata. "Ah, aku rasa tidak." ujarnya sambil berjalan mengejar kupu-kupu berwarna putih.

Seperti gema di hutan, suara samar-samar dapat dipantulkan oleh suasana. Jesi terus mengejar kupu-kupu hingga pada akhirnya dia melihat kehadiran seorang pria yang memakai pakaian putih.

Pria itu mendekat sambil menatap wajahnya, dengan senyuman manis wajahnya bersinar terang bagai malaikat dan kini tubuhnya berada di depan Jesi.

Pria ini meletakan sebuah mahkota bunga di kepala Jesi lalu tersenyum.

Pria ini meletakan sebuah mahkota bunga di kepala Jesi lalu tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang