1

15 1 0
                                    

"Kenapa kau suka sekali melihat matahari?" Tanya salah satu temanku berambut gondrong berkulit putih layaknya orang eropa.

"Aku hanya penasaran saja," ujarku sembari melanjutkan aktivitas ngemil.

Dia menertawaiku. "Haha, kau ini! Dari zaman kita sekolah masih belum berubah juga ya,"

Yang lainnya ikut menimpali.

"Iya nih! Daridulu kau suka sekali memandang sesuatu yang tidak ada enaknya dipandang. Mending kau lihat aku," salah satu pemuda mengedipkan sebelah matanya. Semua orang tertawa. Aku hanya menyengir.

"Bahkan, hey! Nama dia saja dikutip dari dua dewi mitologi kuno. Ekhi Alectrona. Jangan-jangan kau ini sebenarnya dewi yang menyamar jadi manusia ya?"

Mereka tertawa lagi. Aku tidak tahu harus memasang ekspresi apa. Apa seharusnya aku ikut tertawa juga? Tapi yang pasti, kali ini ekspresiku benar-benar masam. Memang apa salahnya kalau namaku dikutip dari dewi-dewi mitologi kuno? Malah menurutku, ini menjadi ciri khas terunik diantara yang lainnya. Setidaknya, aku lebih unik dibanding mereka—yang hanya bisa—mencemooh saja. Semua rangkaian kalimat caci makian ingin kulontarkan sekarang juga. Entahlah, akhir-akhir ini aku begitu sensitif.

"Orang tuanya kuno sekali,"

Sial. Mereka mulai berani membawa pihak orang tuaku!

"Ohya, Khi...Kau masih magang disana?" Tanya salah satu cewek berkulit putih berambut cokelat yang mencolok dikepang dua. Kurasa ia sengaja mengalihkan pembicaraan. Baguslah.

Sekarang, aku sudah kuliah semester empat di salah satu kampus terkenal—tepatnya di Stanford—mengambil jurusan meteorologi dan klimatologi. Beberapa waktu yang lalu, kusempatkan diri untuk mengambil magang sesuai dengan jurusanku di NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Sudah empat bulan aku magang disana, dan bisa dibilang perkembanganku—yah—berkembang pesat. Menurut kebanyakan karyawan tetap, aku satu-satunya anak magang yang perkembangannya sangat signifikan. Di satu sisi, aku merasa lega. Di sisi lain, aku merasa....Hmm, entahlah. Aku merasa belum puas saja—seperti ingin berkembang lebih jauh.

"Iya Sel. Mungkin sampai semester akhir pun, aku masih memegang status magang,"

"Menurutku sih, kau bakal direkrut sebagai karyawan tetap disana." Cewek yang kupanggil 'Sel' tadi, mendekatkan posisi nya di sampingku. "Salah satu kenalanku yang memegang jabatan lumayan tinggi disana, sempat membicarakanmu."

Pupilku melebar. "Ohya? Apa yang dia bicarakan?"

"Begini," Sella mengatur posisi duduknya. "Dia sempat terkejut saat tahu kalau aku adalah temanmu. Awalnya aku menanyakan bagaimana perkembangan para pemagang di NOAA. Lalu ia bercerita tentang dirimu, dan aku langsung menimpali kalau aku juga kenal denganmu,"

"Lalu?"

"Disitulah obrolan kami jadi panjang. Dia semangat sekali membicarakanmu, sampai bilang kalau dia benar-benar mengharapkanmu direkrut menetap disana."

"Aku jadi penasaran siapa dia,"

"Yah, kalau itu sih rahasia," Sella tersenyum jahil.

"Ayolah, katakan,"

"Yang pasti sih, dia laki-laki."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brain UploaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang