Bab 6 : Apa mungkin kita dipertemukan lagi?

20 3 0
                                    

"Yang pergi pasti akan kembali lagi kan? Bukan nya semesta itu sudah pernah berjanji?"

Pagi menyapa. Membangunkan seorang pemuda tampan yang masih bergulung nyaman dalam selimut.

Dengan sedikit malas dia bangun untuk mengawali paginya. Bagi Kala, setiap harinya itu berharga. Maka, dia tidak ingin melewatkan satu hatipun dengan bermalas-malasan, terlebih hari ini dia akan pergi ke toko buku dengan Kakaknya.

"Hoam.... Selamat pagi dunia. Alhamdulliah gue masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bernapas,"ucap Kala dengan penuh syukur.

Setelah berhasil mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di dalam mimpi, dia bangkit untuk menuju kamar mandi. Dia harus segera bersiap sebelum Galan datang ke kamarnya dan menemukan dia yang belum bersiap sama sekali.

Tidak butuh waktu lama, Kala selesai bersiap. Tampaknya pemuda itu tengah mematut diri di depan kata. Sesekali dia tersenyum manis melihat wajahnya, namun senyum sendu kembali membawanya pada gurat kesedihan.

"Gue kapan sembuhnya, sih? Gue pengen main, bergerak bebas tanpa larangan. Gue pengen kayak cowok normal di luaran sana," monolognya.

Tanpa Kala sadari Galan mendengar semuanya. Sebenernya Galan tadi ingin membangunkan adeknya, namun siapa sangka kedatangannya harus mendengarkan kalimat menyedihkan dari bibir sang adek.

Galan tak tega. Mengapa hanya adeknya yang menderita? Padahal dia adalah Kakak, bukan? Kenapa dari semua pilihan yang ada harus adeknya?

Tapi, Galan hanya mampu menyuarakan semua dalam tanya. Karena semesta tidak akan pernah mau memberitahu alasannya. Mungkin Tuhan sangat menyayangi Kala, sehingga memberikan beban kepada sang adek. Galan hanya berharap adeknya mampu bertahan sampai waktu yang dia janjikan terwujud. Termasuk mendapatkan donor jantung untuk adeknya.

Setelah lama berdiam diri, Galan memutuskan untuk menghampiri sang adek di dalam kamar. Tapi sebelum itu dia berusaha menunjukkan wajah seperti biasa. Dia tidak ingin adeknya merasa bersalah karena berhasil membuatnya sedih.

Tok....

Tok....

Tok....

"Dek, Gue masuk, ya,"ucap Galan.

Setelah mendengar  persetujuan dari sang adek, Galan segera masuk ke dalam kamar Kala. Menggeleng pelan saat menemukan keberadaan sang adek yang tengah mematut diri fi depan cermin, sebuah kebiasaan yang Kala lakukan setiap pagi.

"Mau seberapa lama pun lo ngaca, muka lo gak akan berubah ganteng. Udah..... Syukuri aja muka pas-pasan," ucap Galan yang membuat Kala mendengkus kesal.

"Iri bilang, Bos!" kesal Kala tanpa menoleh ke arah Galan.

Galan terkekeh pelan. Bahagia dia berhasil membuat adeknya kesal. Menurut Galan, wajah kesal Kala itu terlihat sangat lucu di matanya.

"Lagian ya....gue itu udah ganteng dari lahir. Mau diapain aja wajah gue masih tetap ganteng," ucap Kala penuh kemenangan.

"Masih gantengan gue ya, Dek. Buktinya gue punya pacar. Sementara lo, jomblo akut. Padahal banyak yang suka sama lo, tapi kenapa harus lo tolak, sih?"

Kala memutar bola mata malas. "Gue malas sama cewek yang hanya suka sama fisiknya aja, Kak. Mungkin dia suka gue bukan karena tulus Cinta, tapi kagum. Lagian ya, ada cewek yang gue suka."

"Serius? Siapa? Atau jangan-jangan cewek yang lo ceritain kemaren?"tanya Galan penasaran.

Kala mengangguk dan tersenyum. "Dia itu beda, Kak. Kita ini serupa masa? Sama-sama memiliki kekurangan diri masing-masing," jelas  Kala.

"Tapi gue ragu, apakah semesta akan kembali mempertemukan kita?" Batin Kala.

Galan yang mengamati Kala yang tiba-tiba terdiam bertanya. Takut-takut penyakit adeknya kambuh.

"Kenapa?"tanya Galan yang dibalas gelengan dari sang adek.

"Gue cuma bertanya-tanya aja, apa mungkin gue bisa ketemu cewek itu lagi?

***

Bakal ketemu enggak ya?

Gantung dong 😃😃😃

See you next time

Surabaya, 14 Januari 2021

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang