Chapter - 7

599 65 7
                                    

^^ TWICE MITZU ONCE ^^

^

^

^

-----------------------------

Tzuyu memeluk tubuhnya sendiri. Hampir tiga jam dia berada disini, sejak photoshoot yang harus ia selesaikan berakhir. Badai salju masih terus menerjang daerah dimana kini dia tengah berada itu.
Udara dinginnya benar-benar seperti menembus ke tulang. Dan jujur saja dia tidak tahu sampai kapan dia mampu menahan rasa dingin ini.

"Uhh.. chuwo.."

Kembali Tzuyu merapatkan jaket tebal yang ia kenakan sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya untuk sekedar mencari kehangatan.
Sampai kapan aku harus menunggu disini?
Tzuyu hanya bisa bertanya-tanya dalam hati sambil terus menggosokkan kedua tangannya dan meniupinya perlahan. Menyemburkan karbondioksida yang berhembus seperti asap, yang keluar dari dalam rongga mulutnya.
.
.

.

Sementara itu Mina terlihat membawa mobilnya melaju dengan kecepatan semaksimal mungkin. Berkali-kali dia harus memutar arah dan mencari jalan lain, karena beberapa ruas jalan memang tengah ditutup. Dia bahkan tidak peduli dengan badai salju yang melanda setiap jalan yang ia lalui dan menutup jarak pandangnya.
Yang ia pedulikan hanya kondisi dongsaengnya itu saja.
Puluhan polisi terlihat berkeliaran, mengamankan kondisi jalan yang saat ini sedang dilanda cuaca buruk.

"Tuhan.. Jebal.. lindungi Tzuyu-ku.." mohon Mina dengan wajah khawatirnya. Tidak lagi ia pedulikan rasa lelah yang tadi begitu menderanya karena baru saja tiba dari menyelesaikan syuting di Jepang. Yang ia pikirkan hanya Tzuyu sekarang.
Dia sangat takut jika sesuatu terjadi pada yeoja yang sangat ia cintai itu.
Dan dia bersumpah tidak akan pernah memaafkan manager oppa jika hal buruk sampai terjadi.
Mina terus membawa mobilnya melaju. Kini hanya satu-satunya jalan ini yang tersisa setelah semua jalan di tutup dan dijaga ketat oleh petugas keamanan.

Namun ia terpaksa harus memperlambat laju mobilnya karena di depan sana, lagi-lagi beberapa orang petugas terlihat berdiri, memberi isyarat bahwa jalan ini, jalan satu-satunya yang tersisa ini, juga telah ditutup.

"Sialan!!" umpat Mina kesal sambil memukul keras kemudi mobilnya. Dia sama sekali tidak bisa menghubungi Tzuyu. Bukan karena ponsel Tzuyu tak aktif, namun justru karena dia sendiri juga meninggalkan ponselnya di meja sofa yang ada di living room dorm.
Dia bisa tahu letak lokasi syuting Tzuyu ini, karena beberapa waktu yang lalu Mina juga pernah mengantarkan Tzuyu kesini. Produk ambassador yang menggunakan Tzuyu sebagai modelnya memang sudah sering bekerja sama dengan JYP Entertainment.

Mina menghela nafasnya, menatap kearah petugas-petugas itu yang menggerakkan tangan, memberi isyarat agar ia tak melanjutkan perjalanannya lagi. Badai salju memang turun cukup deras kali ini. Bahkan sekarang gumpalan salju itu mulai menempel di kaca depan mobilnya.
Mina mengeraskan rahangnya dan juga genggaman tangannya di kemudi mobil. Kalau memang hanya ini satu-satunya cara,
Apa boleh buat..

Mina segera melepas seat belts yang ia kenakan dan segera meraih jaket tebal yang tadi ia lempar ke jok belakang. Dia sendiri bahkan tidak memakai jaket apapun sekarang. Hanya memakai sweater putih yang lumayan tebal, yang masih menempel di tubuhnya saat ia memutuskan untuk beristirahat sebentar di sofa usai menempuh perjalanan Jepang-Seoul yang cukup melelahkan beberapa jam yang lalu.
Dan Mina langsung membuka pintu mobil dengan cepat, lalu menutupnya secepat ia membukanya.

"Agasshi.." seorang petugas terlihat datang menghampirinya.
"Kenapa anda berada disini? Daerah ini sedang dilanda badai salju yang cukup parah. Sebaiknya anda kembali kerumah anda."
"Anniya, saya harus menjemput dongsaeng saya." Balas Mina sambil memeluk erat jaket tebal itu. Polisi itu menatap Mina dengan wajah sedikit berpikir.
"Ng.. sepertinya saya mengenal anda.."
Mina menggigit bibirnya. Bukan saatnya dia bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya, terlebih lagi yang mengidolakannya. Bukan sesuatu yang aneh lagi jika para namja, tak peduli apapun profesinya, akan langsung histeris saat bertemu dengannya.

"Ahh.." mata petugas itu langsung membulat tak percaya. "agasshi.. anda-"
"Ahh jweseonghaeyo.."

Mina langsung berlari, meloncati palang pembatas yang digunakan untuk menutup jalan. Petugas yang masih nampak muda itu terbengong-bengong sejenak melihat apa yang baru saja Mina lakukan.
Mina tidak memperdulikan teriakan dari para petugas itu. Dia terus saja berlari, menerjang badai salju yang terlalu deras dan sedikit mengganggu pandangan matanya.
Udara benar-benar dingin. Terlebih dengan hanya menggunakan sweater seperti itu. Berkali-kali gas karbondioksida yang berikatan dengan molekul air di udara luar membentuk ikatan hidrogen seperti asap yang kini berulang kali keluar dari mulutnya, menandakan seberapa rendah dan dinginnya suhu yang ada disana sekarang.

Daerah itu terlihat lengang. Hanya ada dia sendiri. Rumah-rumah dan pertokoan di kiri dan kanan jalan terlihat tertutup rapat. Orang-orang pasti sedang duduk didepan perapian untuk menghangatkan tubuh.
"Ahh.. neomu chuwo.."
Tubuh Mina mulai bergetar kedinginan. Kakinya pun terasa ikut bergetar juga. Hanya keinginan yang kuat untuk segera menjemput Tzuyu dan memastikan yeoja itu baik-baik saja, yang bisa terus membuatnya untuk berlari ditengah badai salju yang terus menerjangnya ini.
Dia tahu dia gila. Apa yang ia lakukan ini.. dia tahu ini adalah sesuatu yang gila.
Tapi demi Tzuyu. Demi yeoja bernama Chou Tzuyu itu..
Yeoja yang selalu ia cintai itu..
Dia bahkan berani melakukan hal gila lebih dari yang bisa dibayangkan oleh dirinya sendiri.
.
.
.
.
.

Tzuyu mulai duduk sambil meringkukkan tubuhnya dengan kedua lututnya. Wajahnya mulai terasa dingin. Bibirnya mulai membiru. Semakin lama dia merasa suhu justru semakin rendah dan rendah saja di daerah itu.

Badai salju ini sungguh tak kunjung berakhir. Ponselnya yang mati dan hanya ada dirinya sendiri saja disana, membuatnya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Disaat seperti ini, dia berharap seseorang akan datang kepadanya.
Disaat seperti ini dia membayangkan Eonnideul-nya.
Disaat seperti ini..
Dia membayangkan wajah Mina.
Yang selalu ada dan selalu berusaha untuk bisa menjaganya.
Mina Eonni..
Tzuyu menutup rapat matanya sambil terus berusaha untuk menjaga kesadarannya yang terasa semakin menipis.
.

.

Mina terus berlari. Lebih tepatnya menyeret tubunya untuk ia bawa berlari. Karena jujur saja udara yang benar-benar dingin ini nyaris membuatnya menyerah.
Tapi dia tidak boleh menyerah. Tidak. Karena kalau dia menyerah, bagaimana nasib Tzuyu?
Kalau dia menyerah, lebih dari kemarahannya pada manager oppa, dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
Mina tahu lokasi itu sudah dekat. Mina tahu hanya sebentar lagi maka dia bisa bertemu Tzuyu dan membawanya keluar dari tempat ini.
Hanya sebentar lagi..
Dia akan berusaha bertahan sebentar lagi.

Buuk!
"Uhh.."

Namun Mina yang terus berlari itu seolah lupa dengan jalanan sekitarnya. Dia lupa bahwa salju yang menumpuk itu akan terasa sangat licin. Ia pun kehilangan keseimbangan dan jatuh ketanah.
"Ahh.." Mina mencoba untuk bangkit sambil memegangi pelipisnya yang terasa sakit. Terasa ada cairan kental disana. Cairan berwarna merah.
Darah.
Mina menoleh kearah tempatnya terjatuh tadi yang rupanya tak sengaja menghantam trotoar yang entah mengapa tidak sepenuhnya tertutupi salju. Ia terus memegangi pelipisnya. Sepertinya tak parah. Ia yakin lukanya tidak akan parah karena dia masih mampu untuk berdiri sekarang.

Kembali Mina menyeret tubuhnya sendiri dan membawanya berlari lagi. Serpihan salju yang begitu lebat menghantam wajahnya dan membuat jarak pandangnya menipis pun masih saja tak ia perdulikan.
Ia ingin bertemu Tzuyu. Secepatnya.
Dan ekspresi tegang itu pun perlahan berubah menjadi eskpresi yang terlihat sedikit lega saat akhirnya dia bisa melihat sosok yeoja yang ia cintai itu.
Mina pun berlari semakin cepat.

Lebih cepat.
"TZUYU-YA.."

Yeoja itu, yang tengah duduk didepan sebuah bangunan bertingkat, perlahan menoleh kearahnya dengan matanya yang membulat kaget.

.

.

.

.

TO BE COUNTINUE
**안자니**

I'll Be Waiting [It's Okey Even If It Hurts]✓[END] MITZU❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang