Part 19

609 104 27
                                    

Pulang sekolah, seperti yang sudah dijanjikan Brandon. Dia segera berlari menuju kelas Abigeal untuk menemuinya agar bisa segera pergi ke tempat kumpul dengan teman-temannya. Brandon juga sudah memastikan Gelin tidak lagi berada di sekitar kelas IPA. Karena kalau Gelin tahu akan terjadi masalah.

"Woi, Geal!" sapanya tiba di kelas Abigeal.

Saat itu Abigeal masih menyimpan buku-bukunya ke dalam tas. Kelasnya sudah lengang, hanya ada Abigeal, Adrian, Ranggel, Dion, dan tiga orang lainnya yang sedang piket kelas. Tanpa basa-basi lagi, Brandon menarik tangan kanan Abigeal segera saat Abigeal baru saja berdiri dari duduknya.

"Geal, kalian mau ke mana?" tanya Dion menghentikan Abigeal dengan menarik tangan kiri Abigeal.

Langsung terdengar ketusan dari mulut Brandon. "Lo ngapain pegang-pegang tangan cewek gue? Cari gara-gara lo sama gue?" tantang Brandon merasa terhalangi oleh perbuatan Dion.

Bukan karena dia cemburu, tapi dia ingin segera sampai di tempat teman-temannya berada. Sudah cukup lama dia tidak lagi berkumpul gara-gara motornya ada pada Abigeal. Brandon tidak mau buang-buang waktu lagi dan ingin segera pergi dari sana. Kali ini dia juga merasa kalau Dion tidak suka Abigeal dekat dengannya.

"Ya, lo mau bawa Abigeal ke mana?" balas Dion nyolot.

"Terserah guelah, emang lo siapa? Bapaknya? Enggak kan? Atau ... lo suka sama cewek gue?" ujar Brandon tak kalah menyolot.

"Udahlah, kalian apa-apaan, sih?" lerai Abigeal, "Dion, lepasin gue!" pekik Abigeal kepada Dion.

Dion segera melepas tangannya. "Maaf!" ujarnya dan berlalu dihadapan mereka berdua.

"Bos, kami juga pulang dulu, ya! Semangat!" goda Ranggel mengepalkan kedua tangannya di udara.

"Udah, sana ah," usir Abigeal tampak kikuk.

"Bos, jangan kecewain Dion!" bisik Adrian menghampiri Abigeal dan berlalu begitu saja.

"Yuk!" ajak Brandon kemudian setelah merasa tidak ada lagi alasan mereka berdiri di sana.

Mereka berdua kemudian berjalan santai ke arah parkiran. Brandon juga tidak mempedulikan orang-orang yang melirik ke arah mereka berdua. Brandon tetap memegang tangan Abigeal melewati orang-orang yang mereka lewati. Entah apa yang dia pikirkan. Padahal dia juga tahu kalau besok pasti Gelin akan tahu dan membuatnya dan Gelin bisa bertengkar lagi.

Sesampainya diparkiran, Brandon baru melepaskan tangannya dari Abigeal. Abigeal memang tampak biasa-biasa saja. Namun, dalam hati dia merasa sedikit deg-degan oleh Brandon yang menggenggam tangannya dari kelas hingga parkiran. Untung saja Abigeal bisa menyembunyikan rasa kikuknya dengan tetap diam dan berlagak seolah tidak ada apa-apa.

"Naik!" titah Brandon kepada Abigeal yang hanya diam melihatnya sudah menghidupkan motor.

Abigeal tersentak dan langsung naik dibelakang Brandon dengan spontan. Mereka berdua segera meluncur menambah padatnya jalan raya.

Selama perjalanan Brandon hanya diam begitu juga Abigeal, mereka tidak tahu mau membahas apa. Selama perjalanan juga hanya ada keheningan antar mereka berdua layaknya pasangan yang sedang marahan.

Karena tidak biasa dengan berdiam, Abigeal memulai pembicaraan. "Tempatnya di mana?" tanya Abigeal penasaran.

"Enggak jauh kok, 'ntar lagi sampai," jawab Brandon.

Padahal mereka sudah berjalan sekitar lima belas menit, apanya yang tidak jauh? Bahkan, sampai sekarang tempat yang mereka tuju belum juga sampai. Mereka kembali diam, tidak ada lagi bahan pembicaraan yang akan mereka bahas.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang