[ 09 ] Finish

964 159 27
                                    

Caspian, Lucy, Edmund, Eustace, dan aku kini berada di perahu menuju negeri Aslan. Oh ya, jangan lupakan Reepicheep, dia juga ikut bersama kami.

"Bagaimana rasanya ketika Aslan merubahmu kembali?" Tanya Edmund yang sibuk mendayung, kepada Eustace. Aku menoleh pada Eustace yang di sebelahku.

"Ya, kau tau. Apapun usaha terkeras yang aku lakukan, aku tak bisa melakukannya sendiri." Dia menatap kami semua. "Lalu dia datang menemuiku. Rasanya sedikit sakit, tapi sepadan."

"Menjadi naga ternyata tidak buruk. I mean, aku lebih berguna menjadi naga daripada menjadi anak kecil." Ucapnya lagi.

"Ya, aku sangat setuju dengan kalimatmu itu." Aku menepuk pundak Eustace. Eustace hanya tersenyum, begitu juga yang lainnya.

"Maafkan aku karena selalu menyebalkan setiap waktu."

"Tak apa, Eustace. Kau adalah naga yang terbaik." Ucap Edmund.

"Yeah, aku rasa aku juga harus minta maaf karena selalu membuatmu cemburu selama ini, Edmund." Eustace melihat pada Edmund dan aku secara bergantian. Aku mengeryitkan dahiku. "Apa?"

Hanya tawa yang aku dapatkan dari mereka dan juga Edmund yang tersenyum dengan wajahnya yang memerah.

"Teman-teman, kita sudah sampai." Ucap Reepicheep yang membuat kami langsung memusatkan perhatian kami ke depan.

Tak butuh lama perahu kamu mendarat dan kaki kami menginjakkan tanah di negeri itu.

Aku memandang takjub pemandangan di depanku. Air ombak yang berdiri dengan sendirinya, selalu tetap pada posisinya. Kakiku terus melangkah hingga berhenti ketika Eustace menyebutkan nama Aslan. Sontak aku menoleh ke belakangku dan melihat sesosok singa yang gagah dan tangguh menatap kami semua.

"Welcome children. You have done well. Sangat bagus. Kalian sudah datang dari jauh. Sekarang perjalanan kalian akan berakhir." Aslan kini berdiri di sampingku dengan tatapan pada Lucy dan Edmund.

"You too, gadis kecil." Ucapnya padaku. "Kau tau yang harus kau lakukan setelah ini."

"Apa ini negerimu?" Tanya Lucy.

"No. Negeriku ada di baliknya." Ucapnya melihat ombak yang berada di depan kami.

"Apa ayahku ada di sana?" Tanya Caspian.

"Kau akan tau dengan mencarinya sendiri, anakku. Tapi kau harus tau jika kau meneruskannya, kau tak akan bisa kembali."

Caspian berjalan maju pada ombak itu dan menyentuhnya. Aku kira dia benar-benar akan masuk ke sana. Kenyataannya dia kembali berbalik, menatap kami semua.

"Kau tak pergi?" Tanya Edmund.

"Aku tak tau ayahku bangga apa tidak denganku. Jika aku menyerah begitu saja padahal dia telah berkorban. Aku tak bisa membayangkan jika ayahku tidak bangga melihat aku menyerah dengan apa yang telah diberikannya padaku. Dia telah memberikan aku kerajaannya, rakyat."

Caspian berjalan ke arah Aslan. "Aku sudah berjanji untuk menjadi raja yang baik."

"Kau sudah melakukannya." Ucap Aslan. "Childrens." Aslan menoleh pada kami berempat.

"Aku rasa sudah saatnya untuk pulang." Ucap Edmund.

"Aku pikir kau lebih suka di sini?" Tanya Lucy.

"Ya, tentu. Tapi aku juga suka rumah dan keluarga kita di sana. Mereka memerlukan kita." Ucap Edmund. "Dan aku juga harus melakukan sesuatu setelah ini." Gumannya yang masih bisa aku dengar.

"Kau mengatakan sesuatu, Ed?" Tanyaku.

"Nothing." Ucapnya.

"Ekhem." Reepicheep datang menghampiri Aslan dan memberi hormat. "Yang Mulia, sejauh yang aku ingat, aku selalu bermimpi untuk melihat negerimu. Aku mengalami banyak petualangan hebat di dunia ini, tapi tak ada yang sepadan dengan keinginan itu. Aku tau aku tak pantas, tapi dengan izinmu, aku akan menurunkan pedangku agar dapat melihat kebahagiaan di negerimu dengan mataku sendiri."

Aku menundukkan kepalaku. Rasanya sangat sedih, seperti ini adalah sebuah perpisahan yang tak akan ada pertemuannya lagi.

"Negeriku diciptakan untuk hati yang mulia sepertimu. Tak peduli seberapa kecil dirimu." Ucap Aslan.

"Tak ada yang lebih mengharapkan dari dirinya." Ucap Capsian.

"Itu benar." Sambung Edmund yang menunduk memberi hormat pada Reepicheep. Aku juga ikut menunduk memberi hormat padanya. Sedangkan Lucy menghampirinya, memeluknya. Eustace juga ikut menghampirinya, dia menahan tangisnya, membuat aku juga ikut menahan tangis. (Seriuslah, aku benaran nangis pas nonton scene ini T-T)

Setelah itu Reepicheep berlari memasuki negeri di balik ombak itu.

"Ini saat kita terakhir di sini, bukan?" Tanya Lucy.

"Benar. Kau sudah tumbuh besar, anakku. Seperti Peter dan Susan." Ucap Aslan.

"Maukah kau mengunjungi dunia kami?" Tanyaku.

"Aku selalu memperhatikan kalian." Ucapnya.

"How?" Tanya Lucy yang terisak.

"In your world I have another name. You must learn to know me by that name. This was the very reason why you were brought to Narnia, that by knowing me here for a little, you may know me better there." Ucapnya.

"Apa kita akab bertemu lagi?"

"Ya, anakku. Kita akan bertemu lagi suatu hari nanti."

Dan saat itulah Aslan mengaum membuat sebuah jalan di tengah-tengah ombak di depan kami.

"Kalian lah yang terdekat denganku dan telah ku anggap bagian dari keluarga. Dan itu juga termasuk kalian berdua, Eustace, Herminia." Ucap Caspian. Aku memberikan senyum padanya. Edmund dan Lucy memeluknya, pelukan perpisahan.

Saat itulah kami bereempat berjalan masuk ke jalan yang di buat Aslan. Aku mengerjapkan mataku ketika aku melihat aku kini berada di kamar Lucy, dengan pakaian kering dan rambut yang rapi, persis seperti keadaan di mana aku datang ke mari.

"Sudah berapa lama kita meninggalkan dunia kita?" Tanyaku.

"Tidak satu detik pun." Ucap Lucy dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Sejak saat itu, hubungan kami bereempat menjadi dekat. Eustace sudah tak semenyebalkan seperti dulu, walau terkadang dia selalu memancing emosiku untuk terus berdebat dengannya.

Dan juga aku tak tau apakah ini hanya sekedar perasaanku atau tidak. Sikap Edmund sangat-sangat sulit ku pahami walau sebenarnya harus aku akui, aku sangat menyukai perlakuannya.

Hingga suatu hari aku memutuskan untuk pergi meraih mimpiku yang sudah lama aku kubur. Sedikit berat memang rasanya meninggalkan mereka, namun dibalik itu aku percaya, kami akan bertemu lagi suatu saat.

Aku membawa barang bawaanku menuju ke stasiun kereta. Lucy, Edmund, dan Eustace mengantarku. Sebelum aku benar-benar masuk ke dalam kereta. Eustace mengajakku berbicara secara empat mata.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Eustace?" Tanyaku setelah memastikan Lucy dan Edmund jauh dari kami.

"Err itu--" Eustace tampak gugup. Sesekali dia mengalihkan pandangannya padaku. "Aku ingin kau tahu sesuatu." Ucapnya yang kini menatapku serius.

"Aku menyukaimu."

Mataku membesar, membuat Eustace menghela nafas.

"Tenang saja, aku tidak memaksakanmu untuk menerima perasaanku. Aku tau kau menyukai Edmund. Benarkan?" Tanya Eustace dengan senyum kecil di bibirnya.

#eustacesadboy

"Yaa-- sebenarnya aku tidak terlalu mengertk dengan apa yang aku rasakan." Ucapku.

"Perlahan-lahan kau akan tau perasaanmu itu."

Aku tersenyum. Bersamaan dengan itu tanda kereta akan berangkat berbunyi. Aku bergegas masuk ke kereta dan melambaikan tangan pada Eustace. Tak lupa dengan Lucy dan Edmund yang kini berada di sebelah Eustace, ikut melambaikan tangan.

Dan juga kisahku ini masih belum selesai.

Explore Your Heart【Edmund Pevensie】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang