51. Akhirnya

1.1K 134 22
                                    

Selamat membaca

"Luna! Nanti jangan lupa makan!" Ujar Taeil dari balik pintu.

"Siap bang! Maaf ya hari ini aku gak keluar dulu. Lagi gak enak badan sumpah." Jawab Luna.

Terkekeh, "Sans. Kalo gitu gua jalan dulu ya. Yang lain udah pada berangkat. Gua pulang bakal malem soalnya mo ngedate bareng-" Ujar Taeil namun terputus.

"Iya banggggg! Udah sana buru berangkat gih, ntar gak sempet ngedate bareng ayang bebnya lho." Sela Luna.

"Kurang ajar emang. Yo dah baek-baek ya lu." Ujar Taeil.

"Yoi. Ati-ati bang." Jawab Luna dan tepat setelah itu ia mendengar langkah kaki yang mulai menjauh dari pintu kamarnya.

Setelah merasa kakak pertamanya itu sudah sangat jauh, Luna menghela nafas lega kemudian dengan segera dia berjalan menuju ke sebuah kamar di sebelah kamarnya.

Saat ruangan itu di buka, wangi woody selalu mendominasi ruangan ini dengan warna hitam menjadi ciri khas tersendiri ruangan ini. Entah siapa tapi pasti ada seseorang yang selalu menyemprotkan wangi woody ke ruangan ini.

Hah...

Di sinilah tempat dia mencoba menjadi sosok yang di butuhkan para kakak angkatnya. Mulai dari cara bicara, sifat, ciri khas, sebisa mungkin Luna mengikutinya.

"Kalo aku bantu mereka damai, secara otomatis aku gak usah bertingkah menjadi orang lain lagi. Tapi kemungkinan terbesar pasti aku tersingkir." Monolog Luna sambil menatap setiap sudut ruangan ini dengan kagum.

"Ara kuat banget sih. Kalo aku jadi dia mungkin gak bakal sanggup. Mungkin aku bakal bunuh diri." Lanjut Luna sambil terkekeh.

"Iya juga ya. Apa jangan-jangan Ara punya penyakit mental karena di benci kakaknya?" Tanya Luna.

Menghela nafas, "Gua ngerasa gak enak sama Ara. Gua harus ngapain buat bantu dia? Selama ini karena dia gua bisa hidup berkecukupan dan ngerasain kasih sayang keluarga." Lanjut Luna lagi.

Ow ayolah. Luna bukanlah tipe orang antagonis. Jauh di lubuh hatinya ada hati nurani yang besar banget.

"Tapi aku juga udah ngerasa bahagia selama 5 tahun ini." Ujar Luna sambil tersenyum bahagia.

Luna sangat bersyukur karena para bersaudara Park ini mau mengangkat dia menjadi adik mereka dan membiayai seluruh pengeluaran hidupnya dan melunasi hutangnya. Mungkin kalo mereka gak ada, sekarang Luna sudah pernah di jual ke pasar gelap dan juga menjadi budak mungkin.

Yah, memang semiris itu masa lalu Luna. Untungnya semenjak kehadiran para kakak angkatnya, mereka membantu Luna mengobati kesehatan mentalnya yang dulu sangat parah.

"Udah waktunya ya?" Tanya Luna pada dirinya sendiri.

"Tunggu bentar lagi Ra, aku bakal bantu kamu." Ujar Luna senyum dengan menunjukkan lesung pipinya yang samgat jarang ia tunjukkan.

~ ~ ~

Hah...

Ara menatap setiap sudut rumah yang sangat ia rindukan sekaligus hindari setengah mati karena setiap kenangan yang tersimpan.

"Biarin Ara sebentar lagi di sini deh." Ujar Ara pada sebagian dirinya yang terus menyuruh dia agar segera berangkat.

Toh juga tak masalah bukan kalo di nunda sebentar lagi? Tiketnya hangus tinggal beli lagi saja. Kakaknya menghentikan dia? Jelas sangat tidak mungkin sekali hal itu terjadi. Jadi seharusnya tak ada masalah bagi dia untuk menunda keberangkatannya kembali ke Indonesia walau sebenarnya Korea Selatan adalah Negara kelahirannya.

Park Family [SEVENTEEN × NCT 2020] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang