Kencan

191 44 3
                                    

Jika kalian berfikir bahwa Vino mengajak Erina keluar untuk kesebuah mall, restoran, dan sebagainya. Itu salah

Sebuah apartemen yang cukup mewah adalah tujuan dari Vino, pacaran di apartemen dengan dua. Bukan, tiga ekor kucing. Mikko, Cici dan si cantik Erina

"Mas" Panggilan tersebut otomatis membuat Vino menoleh
"Ya?" Sahut nya
"Apa tetangga mas Vino gak mikir yang macem-macem nanti?" Tanya Erina

Vino tertawa kecil, merasa lucu dengan pemikiran sang kekasih

"Gak, mereka semua sibuk sama kerjaan masing-masing" Sahut Vino
"Mas kok tau?" Tanya Erina
"Ya kan teman mas semua, dek. Di sebelah mas ada Jimmy tunangannya Yuna, depan mas ada Bang Jinan kalau pulang kantor malam, dan samping mas Jinan ada Bang Agus komposer dan pemilik tempat rekaman jarang di apartemen. Jadi kesimpulannya?" Tanya Vino
"Mereka sibuk sama kegiatan mereka masing-masing" Sahut Erina
"Pinter banget pacar mas ini"

Karena gemas dengan tingkah sang kekasih, Vino mencubit kedua pipi Erina. Lalu menciumnya

Membuat Erina terkejut dengan tindakan Vino
"Ih kok di cium"
"Biar gak merah pipinya, kan habis mas cubit" Sahut Vino

Erina menyentuh kedua pipinya, terasa panas sampai telinga. Vino melirik Erina

"Kok makin merah?" Tanya Vino
"Ih enggak, udah buruan dibuka pintunya. Mau sampai kapan disini?"

Ketahuilah sedari tadi mereka masih berada di depan pintu utama apartemen milik Vino, kasmaran membuat mereka lupa dengan keadaan

Vino memasukkan pin apartemen, mempersilahkan sang pujaan masuk terlebih dahulu

"Silahkan masuk tuan putri" Dengan senyum yang mengembang
"Terimakasih pangeran" Sahut Erina, lalu tertawa dengan singkat

━━━━━━━━━━

Disinilah mereka berada, apartemen yang cukup mewah dengan kesan aesthetic nya, beberapa perabotan gemas pun Vino punya. Erina mengernyit dan menatap sang Mas

"Punya ginian kamu mas?" Tanyanya sembari mengangkat teko unyu berwarna pink pastel
"Mama yang belikan, Mas pakai sesekali doang. Mas juga jarang dirumah" Sahut Vino. Sepertinya kelelahan, posisinya terlihat bersandar dengan kaki yang terbuka lebar, kedua tangannya juga terbuka lebar seakan meminta sang cantik memeluknya

"Mama pasti cantik ya, Mas" Sahut Erina, mendudukkan dirinya di samping Vino. Vino otomatis merangkul sang cantik dan meletakkan dagunya pada bahu sang cantik
"Ya jelas dong. Mama tuh urutan pertama paling cantik di mata Mas, nah adek yang kedua"

Erina menunduk malu, menyembunyikan pipi merahnya. Tangannya refleks menggeplak paha sang Mas

Vino yang gemas tertawa dan merengkuh sang adek, menyandarkan sang adek di dadanya. Tangannya kirinya mengelus punggung tangan Erina, sesekali ia cium

"Mas, Cici mana?" Tanya Erina
"Ada, bentar" Sahut Vino
"CICI" Teriakan menggelegar terdengar. Sontak Erina mendelik sembari menutup kedua telinganya
"Gak teriak gitu juga sih" Celetuk Erina dengan nada sinis

Vino tertawa dan mulai menjelaskan
"Cici itu harus di teriakin, biar denger. Betina satu itu kalau di alusin balik ngalus dek" Sahut Vino yang membuat Erina tertawa

Hal kecil seperti itu saja dapat membuat Erina bahagia. Lucu rasanya, yang ia anggap seorang kakak ternyata datang ke rumah dengan alasan ingin mengenal lebih jauh, dan berniat serius sampai kedepannya

Erina & Om Vino│TaerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang