Part: 1

323 35 3
                                    


It’s your Love, your Love, how you showed me Love,
You’re my rhythm, my life’s present,
Please become the beautiful dream of my life timelessly,
I’ll continue to sing you, you’re my song…

>>Off Jumpol POV<<

Aku berjalan dengan langkah lesu menyusuri koridor kampus menuju kelas pertamaku. Sesekali aku menguap lantaran kantuk yang masih menggelayutiku. Yeah, kesalahanku karena semalam aku meladeni Newwiee, adik sepupuku yang maniak game itu menantangku bertanding game yang baru dibelinya. Hingga tak terasa jam tiga dinihari sampai akhirnya aku menyerah dan dengan begitu ia bisa menyudahi acara tanding konyol itu dan membiarkan aku tidur.

“Huuuffftt~”

Aku menghela nafas sekali lagi. Hari ini ada kelas pagi, harusnya semalam aku tidak meladeni tantangan Newwiee. Tapi mau diacuhkan bagaimana, jika dia terus saja menguji kesabaranku dengan menekanku yang berharga diri dan tidak pernah mengabaikan tantangan. Seharusnya mereka melihat sisi lain Newwiee sebelum menyebutnya angel.

Oh ya, aku lupa. Namaku Jumpol Addulkitiporn, tetapi aku biasa dipanggil Off, 22 tahun, mahasiswa tingkat tiga Bangkok University, fakultas seni, jurusan seni pertunjukan. Kehidupanku bisa dibilang biasa saja. Banyak yang mengatakan bahwa wajahku tergolong tampan –yeah, aku menyadari hal itu tentunya–  terbukti dari banyaknya perempuan dan laki-laki yang mengejar cintaku, ohohoho. Ehemm~ selebihnya biasa saja. Kadang menyebalkan, kadang menyenangkan. Tidak ada yang spesial.

“Papii-yaaaaaaah~!!”

Ahh~ aku lupa. Ada yang ‘spesial’ dalam hidupku. Bukan. Bukan karena dia seorang yang spesial, tapi karena ada dia hidupku menjadi sedikit rumit. Why? Akan segera aku jelaskan.

“Papii, kau tidak mendengar panggilanku?” rajuk seorang lelaki mungil –yang terlihat jauh lebih muda dariku, walau kami seumuran– yang bisa dibilang lebih pantas menjadi perempuan karena kecantikan dan keimutannya.

Aku menghela nafas lalu berhenti untuk menatapnya, sedikit jengah.

“Ada apa?” tanyaku malas.

Dia mem-pout-kan bibir plum-nya sekilas kemudian tersenyum lebar sembari menggamit lenganku.

“Tadi pagi mae menyuruhku memberitahumu untuk makan malam di rumah.”

“Tapi Gun…”

“Babii..!”

“OK, Babii.. malam ini aku sudah ada janji dengan Tay untuk…”

“J-jadi.. kau tidak bisa datang?”

‘Mulai lagi deh~’ batinku jengah saat melihatnya mulai mengeluarkan jurus andalannya. Mata besar berkaca – kaca, bibir yang sedikit dimanyunkan, dan jari yang saling dikaitkan di depan dada.

Menghela nafas sekali lagi, aku menyerah.

“Iya iya, aku akan datang. Kau senang?”

“Yayy! Makasih Papii~ Ayooo! Kelas sebentar lagi dimulai.”

Dan aku hanya pasrah saat dia menarikku, err.. lebih tepatnya menyeretku menuju kelas pertama kami. Kadang aku heran, dari mana asal tenaganya yang luar biasa ini. -_-'

Btw... Sudah dapat petunjuk mengenai dirinya?

Salah. Dia bukan kekasihku, istri apalagi. Ehh, dia pria ya? Aku lupa, eheheh ^.^v

Heehhh~

Dia adalah.. ummh, apa ya? Namanya Gun Atthaphan Phunsawat, tapi dia selalu bersikeras menyuruhku untuk memanggilnya ‘babii’, entah apa maksudnya. Iya, aku tahu maksudnya adalah baby dalam artian panggilan sayang, tapi menurutku hal itu terlalu kekanakkan, walau cocok saja sih dengannya. Dia adalah tetanggaku, teman bermain, err.. sahabatku dari kecil. Bahkan kata ibuku, kami sudah terbiasa bersama sejak bayi.

My Annoying, Lovely Babii💚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang