Part: 2

169 32 2
                                    

“Papii, kau mau kemana? Sebentar lagi kelas akan dimulai.”

“Bukan urusanmu.”

“Kok Papii ketus sama Babii, sih?”

“…”

“Kenapa Papii diam saja?”

Aku tidak menghiraukannya dan tetap berjalan menuju tangga untuk keluar dari kampus. Hari ini mood-ku sedang buruk karena tadi aku kalah taruhan dari Tay Tawan dan membuatku harus membelikan playboy kacangan itu sebuah iPhone terbaru. Dasar! Padahal dia kaya raya, tapi suka sekali memalak orang seperti ini. Sepertinya aku harus puasa selama sebulan karenanya. T.T

“Papii… Kenapa Babii dicuekkin?”

Aiish~ bocah satu ini. Apa dia tidak tahu bahwa aku sedang kesal? Kenapa malah semakin membuatku jengkel dengan sikap kekanakannya itu.

Greep~

Dia menahan lenganku yang membuatku terpaksa menghentikan langkah. Masih berusaha bersabar, aku menatapnya. Bisa dilihat dari raut wajahnya yang sedang cemberut bahwa ia sedang kesal juga. Ahh~ semakin parah saja mood-ku.

Araina?” tanyaku datar.

“Seharunya aku yang tanya, kenapa Papii bersikap aneh?”

“Aku sedang kesal saat ini, jadi kumohon jangan ganggu aku dulu, ok?”

Aku hendak melanjutkan langkahku tapi dia masih saja memegangi lenganku. Setengah sadar, aku menyentakkan tangannya cukup keras hingga…

“Papii.. aaaaaakkhh!”

Aku membulatkan mataku kaget saat melihat tubuhnya terjatuh dari tangga. Segera saja aku menghampiri tubuhnya yang meringkuk di dasar tangga dan meraih kepalanya di atas pangkuanku.

“Ya Tuhan! Gun...”

“Hikss.. Papii, kakiku sakit.” Keluhnya seiring dengan mengalirnya air mata dari bola mata indahnya.

Tanpa membuang waktu lagi, aku segera mengangkat tubuhnya dan menggendongnya menuju ruang kesehatan. Di sana ia langsung diperiksa oleh dokter kampus yang mengatakan bahwa kakinya terkilir. Untunglah tadi ia jatuh tidak dari tempat yang tinggi, kalau sampai terjadi hal yang lebih buruk aku sudah pasti akan membunuh diriku sendiri.

“Nah, Nong Gun, untuk sementara kau tidak boleh terlalu banyak berjalan ataupun melakukan olahraga yang berat selama pemulihan kakimu. Tidak akan lama, dua minggu kakimu juga akan sembuh.” Ujar dokter Sam setelah selesai membebat pergelangan kaki kiri Gun.

“Sebaiknya kau pulang saja untuk beristirahat.” Lanjutnya.

“Baiklah. Terima kasih, P'Sam.” Jawab Gun. P'Sam tersenyum sekilas, menepuk puncak kepala Gun lalu beranjak menuju mejanya.

Kemudian aku mendekat ke arah ranjang dimana Gun duduk dan menatapnya dengan tatapan prihatin sekaligus bersalah.

“Gun?” panggilku yang langsung disambutnya dengan tatapan mengancam hingga membuatku menelan ludah. “B-babii...” ulangku, membuatnya tersenyum.

“Hnn?” sahutnya sembari menatapku dengan tatapan innocent-nya.

“Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu terluka.” Sesalku. Dia tersenyum lagi.

Mai pen rai. Aku tahu kok, Papii tidak akan mungkin sengaja melukaiku. Ini hanya kecelakaan yang tidak Papii sengaja, ok?”

Aku tertegun mendengarnya. Gun memang berhati lembut dan pemaaf. Aku menatapnya terharu.

“Tapi.. tetap saja Papii yang membuatku jadi seperti ini, jadi Papii harus bertanggung jawab.” Lanjutnya, membuatku ingin menarik kata – kataku tadi.

My Annoying, Lovely Babii💚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang