bag 4 : Virus Typo

91 42 223
                                    

"Salah itu bukan masalah. Masalah yang sebenarnya adalah tidak memperbaiki kesalahan, terlebih tidak mengakuinya.
.
.
.
.
Bukan Salah pemain bola ya🙈"

-lopediadotcom-

💌💌💌

Takdir seumpah mistery box yang di acara really show. Kita bisa memilih box yang mana saja tapi kita tidak tahu isinya apa. Begitu juga dengan takdir, kita bisa mengusahakan suatu hal untuk masa depan tapi keputusan final tetaplah ditangan takdir.

Baik-baik saja sekarang, belum tentu baik-baik saja bulan depan atau minggu depan atau juga besok. Kita hanya bisa meminta dan berusaha agar takdir yang kita peroleh sesuai dengan apa yang kita harapkan. Meskipun terkadang kita sering meminta hal sesuai keinginan bukan kebutuhan.

Hubungan Alin dan Asep semakin hari semakin erat, mereka semakin bisa memahami satu sama lainnya. Eitss, memang mereka sudah dekat sejak masih SMP tapi hubungan mereka sempat renggang karena Asep sibuk belajar buat persiapan ujian dan juga menjadi ketua pelaksana sebuah event tahunan di kampus. Kedekatan mereka membuat orang-orang berfikir bahwa mereka adik-kakak dan ada pula yang menganggap mereka pasangan, tentunya argumen orang-orang itu salah dan saat mereka jarang bersama karena kesibukan masing-masing membuat orang-orang berspekulasi bahwa mereka sudah putus.

"Sep, lo ada utang sama gue. Kapan lo lunasin?" Tanya Alin langsung to the point.

"Nggak kebalek?" Bukannya bertanya Asep malah balik bertanya.

"Temen lo yang lo bilang kembar itu siapa? Kok gue nggak tau. Biasanya, kucing tetangga lahiran aja lo ceritain ke gue," tukas Alin.

"Kan gue udah cerita Kurap Monyet. Mereka itu tetangga gue yang baru pindah, elo sih nggak cuma brain aja yang soak tapi kuping lo juga. Nanti kita ke warung ya ... " Ucapan Asep terpotong oleh Alin.

"Tumben. Bunda yang nyuruh ya,"

"Kita mau beli brain baru buat lu, yang lama udah soak," tukas Asep.

"Lin, kita ke sana yuk. Gue liat Qian di sana, kan kebetulan tuh lo belum tau Qian," tutur Asep.

"Males Sep, gue udah nyaman di sini," ujar Alin --mereka sekarang memang sedang bersantai sambil mengerjakan tugas di taman kampus.

"Sekalian ke kantin. Gue bayarin," bujuk Asep, tidak ada sanggahan atau penolakan yang terlontar dari mulut Alin bahkan ia yang duluan jalan menuju kantin.

Tidak butuh waktu lama untuk menuju kantin. Siapapun manusianya jika menuju kantin apalagi dibayarin pastinya kecepatan menuju kantin secepat cheetah berlari.

Asep terlalu hapal dengan hal ini, Alin tidak akan menolak apapun selama itu makanan yang bisa ia makan. Terkecuali yang ngasih makanan orang nggak dikenal Alin akan menolak meskipun makanan tersebut menggoda imannya seperti style penculik di televisi, Alin memang korban sinetron.

Tujuan Alin dan Asep ke kantin, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk bertemu dengan Qian yang merupakan tetangga sekaligus teman Asep dan tentunya kembaran Jean.

Waktu menunjukkan pukul 12.00. di waktu seperti itu kantin akan penuh dengan mahasiswa karena sudah masuk jam makan siang. Alin yang langsung mencari meja yang kosong untuk mereka makan sedangkan Asep masih celingak-celinguk mencari keberadaan Qian yang sudah tidak tampak.

"Lin, bantu gue dulu nyari Qian dong," pinta Asep.

"Gimana mau nyari. Gue aja nggak tau orangnya gimana," tukas Alin santai. "Atau siniin deh fotonya, kalao nggak ada liat sosmednya aja," lanjut Alin.

ALIEN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang