dos

1.9K 131 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
***

Ruang kamar yang bisa dibilang cukup luas itu kini diisi oleh tiga kepala, salah satunya sedang membersihkan diri di kamar mandi, sedangkan dua lainnya tengah berbincang singkat di atas ranjang.

Cahaya redup yang berasal dari red light itu menambah kesan sensual yang membuat tagih. Cukup untuk membuat fantasi pria dewasa itu untuk semakin liar selagi menunggu bising rintik air yang jatuh di kamar mandi berhenti.

"Kau yakin tidak ingin mencobanya, Ji?"

Sosok yang ditanyai begitu sungguh kentara ragu, cukup jelas bahwa saat ini sukmanya tengah bergelut dengan otak di kepala. Saling melempar poin masing-masing tanpa sudi mengalah. Helaan napas lelah lolos setelahnya.

"Aku masih menyukai wanita kalau kau lupa!" sengitnya tak ingin terlihat gundah.

Rekannya itu melagukan gelak tawa remeh, yang kemudian disusul dekap tangan congkak dari pria dengan aksen ringan yang memperlihatkan bahwa ia bukan penduduk asli negara ginseng tersebut.

"Masih bisa berkilah, Jisung Han."

Lelaki itu, Jisung mendengkus pendek. Tentu tidak terima dengan segala tindak curiga Chan terhadapnya. Ia benar-benar masih menyukai payudara besar para wanita, meskipun sulit untuk diakui bahwa tarian para laki-laki cantik beberapa saat yang lalu cukup untuk membuatnya kepayahan menelan ludah.

"Shut up!"

"Apa kalian bertengkar?"

Suara lembut namun cukup serat dan rendah itu menginterupsi keduanya, secara kompak menjatuhkan atensi pada sosok lain yang kini berada di ambang pintu kamar mandi. Dengan tubuh masih terdapat bulir-bulir air tersisa, surai gelap uang pun masih basah, juga handuk putih yang terlilit di pinggang, cukup untuk membuat dua pria tadi menjatuhkan dagu mereka ke lantai.

Itu adalah si emas, panggilan khusus dari Minho Lee untuk penari telanjang kesayangannya. Seperti apa yang pria Lee itu katakan, Changbin benar-benar seksi jika dijumpai secara langsung. Pundaknya yang lebar dengan kedua lengan berotot, dada bidang yang cukup menonjol dan berisi, serta pinggang ramping yang tampaknya sangat nyaman untuk dipeluk. Pantas saja laki-laki bermarga Seo itu menjadi primadona para kaum gay.

Chan mendengar rumor bahwa Changbin bahkan memiliki fanbase yang tersebar di mana-mana, bahkan sampai ke luar kota maupun luar negeri. Tidak salah, bunga satu itu memang memiliki bahwa pesona.

Dua pria itu membuyarkan lamunan mereka saat Changbin melangkah menuju ranjang, tidak mau ambil pusing untuk memakai pakaian atau apapun untuk menutup tubuh cantiknya.

Ia naik ke atas kasur empuk yang kini berderit tersebut, kemudian membuka kakinya dan duduk di atas pangkuan Chan. Tersenyum tipis yang begitu menggoda setelahnya, Changbin pun mengalungkan lengannya pada lingkar leher laki-laki berkulit putih kelewat pucat tersebut.

"Ugh, tidak ada basa-basi dulu?"

Chan dapat mencium aroma sakura menguar dari tubuh semi basah milik Changbin, yang saat ini berada sepenuhnya di dalam tangannya. Ia mengelus sisi pinggang ramping milik si penari, menikmati sensasi lembut dari gesekan antara telapak tangannya dengan kulit Changbin. Sungguh lembut dan Chan tidak berpikir untuk menghentikan tindakannya.

"Aku lebih suka melakukannya dengan cepat. Sebab aku tau kau pasti tidak sabar, kan?" suaranya mengudara sensual.

Changbin menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Chan, lantas bibir mungilnya yang telah diolesi tint glossy dengan perisa buah itu menyentuh dagu pria kelahiran Australia 32 tahun yang lalu tersebut. Dan dengan lirikan nakal, Changbin mengigit bibir bawah Bangchan. Si pemilik menggeram.

"Ah, such a naughty boy."

Changbin menyeringai, sedikit menggerakkan pinggulnya dan menekan pada tonjolan diantara kedua paha Chan, sebelum akhirnya begerak turun dan membungkukkan tubuhnya di antara kaki pria itu. Membawa jari lentiknya untuk menyentuh si monster kecil yang mulai mengeras. Dalam waktu dekat benda itu akan jadi bulan-bulanan di dalam mulutnya yang hangat.

Sebelum fokusnya ia jatuhkan sepenuhnya pada Chan, Changbin menolehkan kepala untuk memandang Jisung yang terdiam di tempat memperhatikan kegiatan panas mereka. Tampak laki-laki itu terkejut saat dirinya tiba-tiba menaruh perhatian, dan Changbin terkekeh karenanya. Lantas ia mengedipkan sebelah mata untuk pria bermarga Han tersebut, yang kontan memberikan reaksi tersedak seolah baru saja menelan duri.

Tanpa diminta, Chan dengan tahu diri menurunkan resleting celananya, membebaskan teman kecilnya yang berkedut serta makin membengkak. Dan selebihnya, ia serahkan pada Changbin. Yang kini begitu antusias meletakkan salah satu tangannya pada penis milik Chan. Mengocok benda itu pelan hanya untuk merasakan urat-urat disekitarnya menggesek kulitnya. Changbin terlihat sangat lapar, binar dari manik hazelnya mengatakan segalanya. Hal itu pula yang membuatnya tidak segan melepas lilitan handuk pada pinggang, mempertontonkan bokong mulus yang sungguh sintal dan nampak kenyal untuk ukuran seorang laki-laki.

"Fuck!"

Bukan, itu bukan Chan. Melainkan Jisung yang terbelalak saat dua belah daging penuh itu tertuju lurus padanya. Pria Han itu kembali menegak ludah, namun sulit rasanya sebab demi dewa Neptunus, pemandangan tersebut membuat penisnya berkedut di dalam celana.

Jisung masih sangat yakin bahwa dia adalah pria lurus. Dan ia harus mempertahankan itu.

Mengesampingkan Jisung, mulut Changbin kini penuh oleh kejantanan milik Bangchan. Kepalanya bergerak naik turun memompa benda tersebut, dengan kedua tangan bertumpu pada paha sang empu.

Ujung kepala tumpul itu ia jilat dengan lidahnya, kemudia menghisap cairan precum yang keluar dari lubang seni penis milik Chan. Merasa sangat bangga kala mampu membuat laki-laki di hadapannya itu menggeram nikmat sembari mendorong kepalanya agar masuk lebih jauh dan menyentuh pangkal kerongkongannya.

Changbin tersedak, dan Chan makin gila.

Malam penuh gairah itu sudah barang tentu akan berakhir dengan simbah keringat serta bau amis keesokan paginya.

Lalu Jisung? Orang itu masih sibuk bergelut perkara orientasinya.



.
.
.
.
.
.
.
***






ANIMALS  | 19+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang