BBOP #10 - REVISI

22 1 39
                                    

"Langit pulang."

Senja menatap datar sang anak, "Agi." panggilnya.

Langit menghentikan langkahnya yang ingin ke kamar, "Iya yah?"

"Ikut ayah keruang kerja." Senja berjalan menuju ruang kerjanya, membuat Langit ikut mengekor dibelakangnya.

Ada apani? kok bikin gue jadi takut gini.

Senja membuka ruang kerjanya, lalu duduk dikursinya, menyuruh Langit duduk dihadapannya.

Detik selanjutnya Langit mengangguk paham ketika melihat rapotnya berada diatas meja sang ayah.

"Nilai kamu kenapa turun lagi?" tanyanya dengan bariton suara berat.

Langit terdiam, bukan karna takut tapi ia juga tidak tahu mengapa nilainya menurun menurutnya ia sudah mengerjakan soal soal sekolah dengan baik.

"Kenapa nilai kamu turun Langit?" Senja sedikit menaikan nada suaranya.

"Langit gak tau yah." jawabnya.

"Kamu itu kebanyakan main, makanya lain kali prioritaskan tugas!" tegasnya, Senja memang mendidik anak anaknya untuk menjadi disiplin, namun entah kenapa ia merasa Langit itu keras kepala.

Tahun kemarin Senja bahkan sudah menegur agar tidak membuat masalah disekolah, tapi selalu saja ada laporan bahwa Langit kembali membuat masalah.

Senja bingung dengan apa yang Langit lakukan, buat apa ia membuang waktu dengan hal yang tak guna seperti bolos berkelahi?

"Prioritaskan tugas yah? Maaf Langit bukan ayah yang selalu memprioritaskan pekerjaan dari pada keluarga." Langit menghela nafas, ia tau kelanjutannya.

"Berani kamu ngelawan ayah?! Kenapa kamu jadi nakal seperti ini Langit?! Ingat ayah bekerja juga untuk keluarga kita! Untuk masa depan anak anak ayah!"

"Masa depan?" Langit terkekeh, "Masa depan Langit udah cukup baik yah, jadi ayah gausah ikut campur. Ayah mending prioritasin keluarga, prioritasin Bunda."

Senja mengernyit, "Apa maksud kamu Langit? Ayah ini ayah kamu, kenapa kamu berani sekali?!"

Tias datang mengetuk pintu dan masuk, "Mas," panggilnya menghampiri Senja, "Udah mas, jangan marahin Agi terus."

"Agi kalau gak dikasih tau pasti dia bakalan makin ngelunjak Bund." Senja menatap sang Anak.

"Agi minta maaf sama ayah." pinta Tias.

Langit mendengus, "Maaf yah, bukannya Langit sok dewasa tapi Langit cuman mau ngutarain apa yang selama ini Langit rasain."

Langit bangkit, lalu pergi dari ruangan sang ayah. Berjalan dengan langkah kesal menuju kamar.

KESEL GUE MONYET!! ARGH! KENAPA SI PEKERJAAN MULU YANG ADA DI PIKIRAN DIA?! GATAU APA KALAU GUE ARIN SAMA BUNDA JUGA PERLU PERHATIAN DARI DIA?

***

online

AlinLilin
| p Monyet! besok jemput gue bisa?

LangitTampan
ga bisa gue mau jemput Netta|

AlinLilin
|Halah dasar Bucin!

LangitTampan
makanya cari pacar. eh gak usah deh| kayaknya ga bakalan ada yang bisa sama lo

kalau pun bisa dia harus lawan gue dulu|

Friend To Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang