XV - LIMA BELAS

111 36 1
                                    

Sehun telah berada di bawah pohon sakura bersama sebuket bunga lili dan bunga krisan selama berjam-jam. Ia hanya berdiri bersandar di bawah pohon sembari menikmati pikirannya sendiri.

Ia lelah dengan emosinya sendiri. Matanya menerawang jauh sambil memerhatikan kendaraan yang lalu-lalang di jalan.

Sehun menikmati kesendiriannya di bawah pohon sakura. Ia merasa lebih baik berada di sana daripada berada satu atap dengan kedua orangtuanya. Dengan berada di sana, ia merasa lebih dekat dengan Suho.

Tempat itu memang membawa kenangan yang menyakitkan untuknya, tetapi di sisi lain ia juga merasakan ketenangan. Seolah kakaknya juga berada di sana bersamanya.

Para pejalan kaki banyak yang melemparkan pandangan bertanya-tanya pada Sehun yang hanya berdiam diri dengan wajahnya yang menarik perhatian itu. Tak jarang beberapa gadis berbisik-bisik antusias ketika melihatnya.

Namun, Sehun sama sekali tidak menampakkan sedikit pun ketertarikan pada apa pun di sekelilingnya hingga tak terasa berjam-jam telah berlalu sejak ia menginjakkan kaki di tempat itu. Hal yang membuatnya tersadar dari pikirannya sendiri adalah dua sosok yang baru saja menyeberang dari arah Yeouido Park.

Sesosok laki-laki yang tengah menggendong seorang anak kecil yang tampak terlelap di punggungnya. Di sebelahnya, seorang perempuan yang sekitar dua puluh senti lebih pendek darinya berjalan sembari mengatakan sesuatu. Mereka berdua terlihat tertawa bersama.

Jika ia tidak mengenal kedua orang itu, ia pasti sudah mengira mereka berdua adalah sepasang suami istri yang tengah berjalan-jalan bersama anaknya. Kedua sosok itu sangat tidak asing di matanya.

Sehun melepaskan punggung dari batang pohon yang selama beberapa jam menjadi sandarannya. Tanpa sadar, kakinya melangkah pergi menuju kedua orang yang berjalan lurus menuju Stasiun Yeouinaru.

Sepanjang perjalanan, Sehun hanya mengekori mereka dengan mata. Ia sempat melirik jam di tangan untuk memastikan bahwa kereta tidak akan penuh pada jam-jam itu. Ragu-ragu, ia mengikuti mereka sampai ke stasiun dan mengembuskan napas lega ketika melihat tidak ada banyak orang di peron.

Kalau peron penuh, bisa dipastikan ia tidak akan bisa mengikuti mereka. Sehun sering merasa klaustrofobianya sangat mengganggu.

Sehun tetap mengikuti mereka dan menjaga jarak hingga tiba di stasiun tujuan. Ia melihat mereka berdua berjalan ke luar stasiun dan menuju ke halte terdekat.

Awalnya, ia memang tidak begitu yakin. Namun, semakin diperhatikan semakin jelas bahwa dua orang itu adalah Chanyeol dan Sejeong. Sehun mencoba menahan amarah dengan mengepalkan tangan erat-erat sepanjang perjalanan.

Apa maksudnya dia mengajak gadis itu ke sana? batin Sehun dengan emosi yang susah payah dikontrolnya.

Begitu melihat mereka berdua berhenti di halte, Sehun yang semula menjaga jarak cukup jauh, menoleh ke belakang dan mendapati sebuah bus terlihat di kejauhan. Ia merogoh saku celana untuk mengambil handphone, lalu mulai berjalan cepat menuju halte. Matanya melihat Sejeong mengambil handphone dan melihat layarnya.

Sehun tidak tahu apa yang dilakukannya, tetapi di kepalanya hanya ada berbagai rencana selama beberapa menit ke depan. Rencana untuk membawa gadis itu menjauh dari Chanyeol.

Ia mulai berlari. Gadis itu tak kunjung mengangkat telepon hingga bus yang dilihatnya sudah berhenti sempurna di depan halte. Sesaat kemudian, Sehun akhirnya mendengar suara gadis itu dari handphone-nya.

"Halo?" Suara Sejeong terdengar ragu-ragu.

"Wah, kamu tidak menyimpan nomorku, ya?"

Gadis yang hanya berjarak beberapa meter di depannya terdiam. Pintu bus terbuka. Chanyeol terlihat menoleh pada Sejeong dan sudah siap masuk ke dalam bus.

Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang