5. Selamat hari Ra sedunia

63 59 34
                                    








"Ra".
"Dra".
"Hydra".

Hydra menatap jengah sahabatnya itu. Hampir lima menit gadis itu hanya terus menerus mengucapkan namanya.

"Lo ada masalah apa sih Nayaal sama gue".
"Lo keren, Ra".
"Baru tahu lo".
"Udah lama sih".

Itu pembicaraan aneh yang sering terjadi di antara mereka. Sebenarnya sih Naya yang lebih sering memulai. Gadis itu cerewet kalau kata Hydra.

"Hari ini lo nggak ke cafe, Ra?".
"Enggak, lagi capek".
"Bisa capek juga loh?".
"Nggak bisa sih sebenarnya. Ini lagi di alay-in aja".

Tawa naya meledak begitu saja. Gadis itu benar-benar senang menjahili Hydra.

"Tapi nih, Ra, lo benerang nggak kepo gitu soalnya anaknya pak Salim?".

Hydra yang mendengarnya, hanya menggeleng kecil. Ia tidak peduli.

"Masa lo beneran nggak kepo sih, Ra. Kepo gue udah maksimal ini, nggak bisa ditambah lagi".

Hydra yang mendengarnya, tersebyum kecil. Gadis-gadis itu benar-benar punya kosa kata yang banyak.

"Emangnya lo kepo kenapa, Nay?".
"Yah kepo aja gitu".
"Iya tau, keponya gara-gara apa emang?".

Naya, gadis itu terlihat memikirkan sesuatu.

"Soalnya kata orang-orang anak beliau punya kelainan mental". Hydra yang mendengarnya sekali lagi tersenyum kecil, topik ini lagi.

"Lo dengar dari mana gosipnya?".
"Dari fakultas sebelah, karena katanya waktu mereka wawancarain Pak Salim di Kantornya, mereka nggak sengaja gitu liat foto yang di pajang didinding kantor beliau".

"Hmm, anaknya masih kecil apa udah gede?".
"Katanya sih waktu difotonya itu, anaknya keliahatan masih anak-anak gitu, mungkin sekarang udah gede".
"Ah, nggak seru lo mah. Infonya setengah-setengah".

Naya melayangkan tangannya sebelah ke kepala Hydra. Hydra ini kadang-kadang rada-rada ya.

"Katanya lo nggak kepo. Kok sekarang complain kalau info gue setengah-setengah".
"Sekarang gue kepo. Simple kan".
"Dih, pergi deh lo. Pengen gue bunuh lama-lama".

Setelahnya, kalian bisa melihat Naya yang mengejar Hydra karena ingin menjambak rambut gadis itu.

Di selingi oleh Hydra yang tertawa bebas karena Naya tidak pernah berhasil meraihnya.

***

"Lia, kamu tahu nggak. Kayaknya aku jatuh cinta deh".

Gadis yang di panggil Lia itu menoleh kecil sembari mengerutkan keningnya.

"Jatuh cinta? Sama siapa?".

Yang ditanya hanya diam sembari tersenyum-senyum kecil. Ini menyenangkan pikirnya.

"Nanti aku kasi lihat deh ke kamu. Dia cantik banget soalnya".

Gadis yang di panggil Lia itu sekali lagi mengerutkan keningnya.

"Cantik?". Ujarnya memastikan.
"Iya. Cantik banget malah".

Percakapan itu selesai begitu saja. Di akhiri dengan gadis itu yang masih tersenyum-senyum kesenangan juga dengan gadis yang dipanggil Lia yang masih terus mengerutkan keningnya.

***

Hydra, gadis itu asik dengan lamunannya sedari tadi. Deru ombak dan angin pantai yang menyejukkan menjadi alasan Hydra untuk ke pantai kali ini.

Sebentar lagi juga matahari akan tenggelam di ufuk barat sana. Menyisahkan kegelapan sekaligus memberi kesempatan kepada bulan agar merasakan menjadi dirinya.

Hydra menghembuskan nafasnya kecil. Hampir satu jam lebih ia disini. Hanya mendengarkan deru ombak yang melantun layaknya melodi. Juga sesekali memainkan air menggunakan tangannya.

Terlalu banyak hal yang terjadi beberapa akhir ini. Kadang menyenangkan kadang pula menyedihkan.

Tak apa. Sesekali kita memang harus tahu segala rasanya.

Melihat arloji yang terdapat di tangan kirinya. Gadis itu kembali menatap matahari yang hanya meninggalkan beberapa cahaya keemasan di ujung sana.

Kurang dua menit dari sekarang maka waktu akan menunjukkan pukul enam sore. Cahaya keemasan matahari yang sering kali orang-orang panggil dengan sebut sunset itu sangat indah sore ini.

Hydra sekali lagi tersenyum kecil. Pikirannya sedikit tenang sekarang.

Ketika selesai dari Naya tadi, gadis itu sebenarnya ingin langsung pulang saja. Ia sudah katakan tadi kalau ia hanya ingin istirahat saja.

Tapi ya, seperti pepatah lama, hati manusia sangat gampang untuk dibolak balikkan. Mungkin pelatah lama itu sedang mengenai hatinya sekarang.

"Gue pulang dulu, Laut. Sehat selalu ya, jangan sering marah".

Itu hal yang selalu dilakukan Hydra ketika gadis itu akan pulang dari laut. Agak aneh memang, tapi itu menyenangkan.

***

Hampir pukul sebelas gadis itu tiba dirumahnya. Seperti biasa, selalu saja ada laporan kalau pengendera mobil pajero itu datang lagi.

Dia pantang menyerah.

Mendecekkan lidahnya sebal, gadis itu membuka hoodie yang membungkus tubuhnya.

Hari ini spesial bagi dirinya.

Bukan karena hari ini ia banyak tertawa, bukan juga karena tadi ia mengunjungi laut, hanya spesial saja.

Menatap jam dinding yang terdapat di dalam kamarnya, gadis itu merenung sebentar melihat jarum yang sudah menunjukkan pukul satu pagi lebih.

Berpikir dengan pikirannya sebentar, gadis itu akhirnya bangkit dari kursi yang sedari tadi ia duduki.

Ia harus tidur sekarang.

Karena mungkin beberapa jam yang akan datang akan terjadi hal istimewa.

***

"selamat hari Ra sedunia, Hydra".

Hari ini umurmu menginjak 21. Aku selalu punya banyak doa baik untuk mu yang tidak akan cukup kalau ku tulis satu-satu.

Mungkin salah satunya, semoga kamu sering senyum.

Aku selalu kagum sama kamu, Ra. Dan itu yang buat aku selalu iri. Kamu selalu disukain banyak orang. Dan aku sedikit membenci itu.

Tapi, bukan berarti aku benar-benar membencimu. Orang-orang juga tahu, Ra, betapa aku mengangumi . Sekali lagi selamat hari Ra sedunia.

            Q.

Hydra menatap kosong selembarang kertas yang dipenuhi coretan berantakan itu. Umurnya menginjak 21 sekarang, dan pastinya orang itu juga.

Menatap lagi selembaran kertas yang selalu ia buka di tanggal yang sama, gadis itu mengadahkan kepalanya ke atas. Air mata itu sedikit lagi akan turun.

Tapi, ia sudah janji untuk tidak akan pernah nangis di hari ulang tahunnya sendiri.

Melipat kertas itu sebaik mungkin, gadis itu memasukkannya ke dalam toples kaca mungil yang terlihat menggemaskan.

Sekarang hampir pukul tujuh pagi. Ia harus berangkat ke cafe sekarang.

Berdiri melangkah, gadis itu menatap lamat-lamat  kalender yang menunjukkan angka 7 pada bulan ke-9 itu.

Selamat hari Ra, sedunia juga.

BACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang