“Bagaimana kau bisa mengetahui namaku?”
“Apa seperti itu, seorang perempuan bersikap?”
“Lalu, apa seperti itu seorang laki-laki bersikap?” Aku menyunggingkan bibirku menatapnya saat dia membalas perkataanku.
“Kami akan memberikan kalian waktu untuk mengenal pasangan kalian masing-masing. Jadi, segera cari pasangan kalian lalu berbicaralah dengannya!” Aku turut menoleh ke arah suara teriakan dari laki-laki yang memakai jubah putih tersebut.
“Sachi, aku pergi terlebih dahulu. Aku, ingin mencari tunanganku, kau pun seharusnya melakukan hal yang sama-”
“Untuk apa dia melakukannya, tunangannya sudah ada di depannya,” jawabku memotong perkataan perempuan berambut pirang itu.
Dia melepaskan cengkeraman tangannya di pakaianku saat aku tersenyum menatapnya. Aku masih diam, menatapinya yang berdiri gelisah sambil melirik ke arah perempuan berambut pirang yang telah pergi meninggalkan kami. “Membosankan sekali,” gumamku sembari melirik dari ujung kaki ke ujung kepalanya.
“Apa maksudmu?” Dia balas bertanya, aku tak segera menjawab perkataannya sebelum kedua matanya itu melotot padaku.
“Hanya mengandalkan kecantikan, bahkan wajahmu itu terlihat membosankan untukku.”
“Apa yang kau maksudkan?”
“Aku tidak tertarik dengan perempuan membosankan sepertimu.”
“Ka-” Dia menghentikan perkataannya sambil menarik napas dalam, sebelum akhirnya dia berjalan lalu ikut duduk bersandar di sampingku.
Lama kami duduk berdampingan tanpa mengeluarkan suara apa pun. Kedua mataku membesar saat telingaku ini, “apa yang kau lakukan tadi?” tanyaku, sambil menghentikannya yang sebelumnya bersenandung pelan.
“Kenapa? Apa bahkan ada larangan, jika aku dilarang untuk bersenandung?”
“Lagu itu-”
“Lagu kesukaanku, apa kau penasaran dengan maksud dari lagu tersebut?” Dia mendecakkan lidahnya saat aku menggelengkan kepala, membalas pertanyaannya.
Lagu tersebut … Itu lagu, yang pernah aku dengar saat Sakura menyanyikannya untuk anak-anak di Panti.
“Sa-” Aku langsung menutup mulutku kembali, tatkala dia kembali menoleh ke arahku.
“Ada apa?” balasnya dengan kening berkerut menatapku.
“Aku menyukai lagunya.”
“Lagunya bagus, bukan?” timpalnya sambil tersenyum membalas tatapanku.
Aku bahkan lupa, jika dulu pun dia sangatlah suka marah-marah akan hal yang kecil. Apa dia memiliki ingatan di kehidupannya yang lama? Sudahlah, aku tak peduli. Aku menunggu lama untuk melihat senyum itu kembali … Akhirnya, aku menemukanmu lagi, Miyuki Sakura.
__________.
Aku berlari, saat mendengar kabar dari salah satu Kesatria … bahwa surat untukku datang. Langkahku melamban, lalu berhenti di depan seorang laki-laki. Laki-laki bermata sipit itu, menyerahkan sebuah bungkusan kepadaku dengan mengatakan semuanya berasal dari Putri Takaoka Sachi.
Aku berjalan meninggalkan laki-laki tersebut dengan membawa bungkusan itu ke dalam kamarku yang ada di samping gudang. Ibuku seorang penghibur, yang tak sengaja hamil karena melayani laki-laki baajingan seperti Raja. Tidak seperti anak-anaknya yang lain, yang memiliki Ibu seorang bangsawan. Apa yang bisa diharapkan untuk anak dari seorang penghibur sepertiku? Aku diberikannya kehidupan sekarang pun, karena aku terlahir sebagai seorang laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori
FantasyKelanjutan dari novel 'Fake Princess' di MT/NT. Diharapkan, untuk membaca novel 'Fake Princess' terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psycholog...