WARM CLOTHES

3.2K 244 23
                                    

Local AU and nicknames
Mas Minho × Dek Jisung

Super cheesy & fluff content

Repost from Twitter!

.

.

.

“Baju Mas lagi, Dek?” Minho ajukan tanya setelah mendapati Jisung—kekasih manisnya—tengah duduk di atas kasur sambil membaca komik dengan pakaian besar melekat di tubuh.

“Hehe, iya Mas! Nggak apa-apa, ‘kan?” sahut lelaki manis itu dengan senyum lebar terlukis di wajah. Berhasil buat pipi gembil favorit Minho terangkat naik dengan gemasnya.

Ah, tidak. Pacar Minho selalu menggemaskan.

Lelaki itu mengangguk, mengiyakan pertanyaan Jisung yang sudah letakkan komik di atas nakas. Kedua tangan Jisung kini terbuka lebar, menampilkan gestur yang sangat Minho kenali apa artinya.

Peluk. Lelaki manis kesayangannya itu ingin diberi afeksi.

Wajar, hari ini hari Sabtu. Setelah lima hari berkutat dengan kesibukan masing-masing, mereka baru sempat bertemu hari ini. Wajar juga kalau Jisung dan Minho sama-sama merasa rindu dengan kehadiran yang lain.

Tanpa sepatah kata, Minho naik ke atas kasur. Menerjang tubuh si manis yang kini sudah berada dalam kungkungannya. Keduanya tertawa geli, merasa perut seperti digelitiki ratusan kupu-kupu setelah berhasil memperoleh hangat dari tubuh pasangannya.

Minho tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia langsung jatuhi kecupan-kecupan ringan di wajah Jisung. Di kening, hidung, pipi, hingga bibir. Mengundang rengekan manja dari si lelaki manis karena harus susah payah menghindari hujan cium dari Minho. Maklum, Minho kalau sudah cium-cium suka enggak mau berhenti.

“Mas Minhoooo! Berat!” protes Jisung sambil menahan wajah Minho dengan kedua tangannya. Berusaha menahan pergerakan Minho yang masih tidak mau berhenti dari kegiatannya.

“Abis adek pacar gemes. Mas kangen pipi gembulnya. Sini, mau mas cium lagi.”

“Ih, Mas! Nanti Mas bosen kalau cium-cium terus. Kasian pipi aku nanti kalau Mas bosen gak dicium lagi,” ujar Jisung yang lantas membuat Minho tergelak. Ia menggelengkan kepalanya, merasa lucu dengan pola pikir Jisung yang menurutnya sangat aneh.

Mana bisa Minho bosan dengan dua bongkahan bulat di wajah si lelaki manis? Ia bahkan rela menukar jatah ‘anu’ demi cium pipi Jisung. Demi apapun yang ada di dunia, pipi Jisung adalah favoritnya.

“Gak mungkin Mas bosen lah, Dek. Ada-ada aja kamu,” jawab Minho setelah berhasil hentikan tawanya. Ia mengecup singkat ujung hidung Jisung sebelum menggulingkan tubuhnya ke kanan, berbaring tepat di samping Jisung.

Yang lebih muda lantas mengubah posisi. Menggeser tubuhnya untuk bersandar di dada bidang Minho sementara lengan lelaki yang lebih tua melingkar di bahu Jisung.

Minho menatap Jisung yang kini sudah tampak nyaman dalam pelukannya. Lelaki manis itu memejamkan mata, seolah memberi waktu untuk Minho mengamati sosok sang kekasih.

Mata bulat yang selalu berbinar indah setiap menatap Minho, pipi gembil favoritnya, bibir ranum si manis yang selalu tampilkan senyum lebar setiap bersama Minho. Minho jelas tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Ia merasa sangat bersyukur karena menjadi satu-satunya manusia yang bisa mendapatkan Jisung dalam rengkuhannya.

Pandangan Minho kini teralih pada tubuh si lelaki manis yang terbalut kaus putih garis-garis hijau berukuran besar. Jelas bukan milik Jisung.

Minho sendiri bertanya-tanya, kenapa ya Jisung suka sekali menggunakan pakaiannya? Ia memang dengar kalau sangat wajar bagi sepasang kekasih melakukan itu. Tapi, tetap saja Minho bingung. Pasalnya, setiap Jisung main ke apartemen Minho, Jisung akan selalu mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju di lemari Minho. Tak jarang Jisung bahkan membawa pulang pakaian-pakaian yang ia gunakan. Pernah juga beberapa kali Minho berkunjung ke rumah Jisung dan mendapati si tupai manis sedang menggunakan hoodie milik Minho.

Ia bingung.

“Sayang.”

“Ya, Mas?”

“Kenapa suka pakai baju Mas?”

Jisung terkekeh geli. Ia membuka kelopak matanya, menatap wajah lelaki yang lebih tua sembari menguseli pipi kanan ke dada lelaki itu.

“Suka aja. Besar, anget, bau Mas Minho.”

Jisung tersenyum kecil. Memilih untuk jatuhkan satu ciuman ringan di pipi Minho sambil kembali melanjutkan bicaranya. “Kalau pakai baju Mas, kayak lagi dipeluk. Enak. Adek suka.”

Sial, Minho tidak tahu kalau alasan sederhana dari Jisung berhasil membuatnya salah tingkah.

Gemas, gemas, gemas. Minho rasanya ingin memenjarakan Jisung di apartemennya. Supaya tidak ada orang lain yang bisa lihat kelucuan sang pacar.

“Sayang, jangan gitu dong. Mas lemah. Hatinya kayak merosot jatuh ke perut kalau Adek gemes begini.”

Jisung langsung tertawa lebar. Bangga karena berhasil membuat Minho salah tingkah. Biasanya kan Jisung yang dikerjain Minho.

“Ya tapi kan benaaar! Enak dipeluk sama Mas kayak gini! Anget banget dipeluk Mas pacar!” ujar Jisung sembari mengerucutkan bibirnya lucu. Aduh, Minho bisa diabetes kalau begini ceritanya.

Memilih untuk tidak menanggapi perkataan Jisung, Minho pun memeluk tubuh Jisung erat-erat. Menjaga lelaki itu tetap dekat dengannya sambil berujar, “Jisung gak boleh keluar. Jisung gak boleh pulang. Mas mau kurung kamu. Kamu terlalu lucu buat dibawa keluar, Ji. Nanti ada yang naksir!”

Pft, posesif.

Jisung terkekeh geli, membiarkan Minho memeluk tubuhnya erat-erat walau sedikit sesak. Toh, Jisung suka juga.

“Mas Minho,” panggil Jisung setelah Minho selesai dengan ritual gemas-gemasin Jisung.

“Apa sayangnya Mas?”

“Hehe. Aku bawa pulang lagi ya bajunya? Belum punya yang warna ini di rumaaaah!”

Minho mengangguk tanpa berpikir dua kali. Tentu saja tanpa ragu mengiyakan perkataan Jisung.

“Iya, terserah. Ambil aja sebanyak yang kamu mau, Ji,” jawab Minho tanpa memikirkan nasib isi lemarinya. Minho tidak peduli kalau akhirnya ia harus kekurangan pakaian. Jika itu bisa membuat Jisung tersenyum lebar seperti sekarang ini, Minho akan berikan seluruh isi lemarinya untuk Jisung.

.

.

.

Hehehehehehehehehehehehe.

Melebur.

MINSUNG: ONESHOOT COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang