8

280 48 6
                                    

Nih biar kalian gak penasaran, biar bobok nya bisa tenang n sweet dream~ 🤪🤪























































Changkyun menatap tajam ke arah Jooheon yang saat ini menikmati spagetti-nya tanpa rasa berdosa setelah dengan sengaja memanggilnya 'sayang' di depan Mingyu, tetangga barunya.

"Kau bilang tetangga barumu itu berusia sama dengan ayahku? Lalu yang tadi itu apa? Dia juga yang memberikan peralatan gambar untuk putraku? Kalau iya, buang saja. Akan kubelikan yang baru."

Changkyun menghela nafas mendengar ocehan 'tidak bermutu' Jooheon, mengambil selembar tisue kemudian membersihkan noda saus di sudut bibir Jooheon.

"Dia anaknya. Tapi yang memberikan peralatan gambar kepada Chan itu ayahnya."

"Tetap saja. Buang."

"Tidak."

"Buang."

Changkyun merotasikan bola matanya. "Jangan kekanakan. Peralatan yang paman Kim berikan semuanya masih baru dan bisa digunakan."

Mengingat sifat keras kepala Changkyun, Jooheon pun memilih untuk mengalah. Tidak bagus jika mereka bertengkar di restoran hanya karena pembahasan tentang tetangga yang memberikan peralatan gambar yang tidak berujung.

"Ya sudah. Tapi nanti kalau Chan butuh peralatan lagi, katakan padaku. Akan kubelikan."

"Hmm..."

Changkyun menyandarkan punggungnya ke kursi kemudian memijat pelan pelipisnya yang berdenyut.

Changkyun menyandarkan punggungnya ke kursi kemudian memijat pelan pelipisnya yang berdenyut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau kenapa?"

Changkyun menggeleng pelan. "Kau sudah selesai makan? Bisakah kita pulang?"

Jooheon semakin khawatir melihat kerutan di kening mantan istrinya. "Kau sakit?"

"Tidak enak badan sejak tadi pagi." Inilah kenapa Changkyun sebenarnya agak malas saat Jooheon memaksanya untuk pergi padahal ia ingin beristirahat di apartemennya.

Dengan gerakan cepat, Jooheon mengambil dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar uang dan diletakkan di atas meja sebelum membantu Changkyun untuk berdiri dan memapah lelaki manis itu ke mobil.

"Hoshi-ya."

"Eoh? Ada apa hyung?"

Jooheon dan Hoshi bisa dibilang cukup dekat sebenarnya meski mereka tidak menujukkannya di kantor.

"Chan bisa menginap dulu di tempatmu tidak? Dan Senin pagi tolong antarkan ke sekolahnya? Siangnya akan kujemput."

"Akan kujemput sekalian pun tak masalah hyung. Tapi ada apa?"

Jooheon memindahkan ponsel ke telinga kirinya kemudian tangan kanannya terulur ke kening Changkyun.

"Changkyun demam dan butuh istirahat."

"Baiklah, serahkan saja Chan padaku hyung. Changkyun hyung memang kelelahan beberapa hari ini karena lembur untuk design proyek itu."

"Hmm, titip Chan dulu ya."

"Hyung tenang saja. Titip salam untuk Changkyun hyung ya."

"Aku tidak apa. Jangan merepotkan Hoshi." Ucap Changkyun dengan suaranya yang serak.

"Tidak. Kau harus istirahat. Sudah kukatakan, jaga kesehatanmu dan jangan lupa makan. Lihat kan akibatnya sekarang?"

Bukannya terganggu, Changkyun malah merasa tenang mendengar ceramah Jooheon. Entahlah... Lelaki manis itu merindukan momen seperti ini dimana Jooheon yang akan mengomel saat ia sakit namun tetap merawatnya sampai sembuh.

"Kau masih tetap saja cerewet."

Jooheon mendengus. "Aku cerewet begini untuk kebaikan siapa huh? Lagipula, aku cerewet saja kau tidak mendengarkan, apalagi jika aku hanya diam."

"Iya, iya. Sudah, kemarikan tanganmu."

Jooheon menurut dan mengulurkan tangan kanannya untuk digenggam Changkyun, kebiasaan lelaki manis itu sebelum tidur jika ia sedang sakit.

Dan akhirnya perjalanan pulang mereka menjadi lebih lama karena Jooheon yang agak kesulitan untuk menyetir hanya dengan menggunakan tangan kirinya.

Erase (Jookyun)☑☑Where stories live. Discover now